Bisakah HIV/AIDS menular lewat ASI?
Merdeka.com - Meski sudah sering digembar-gemborkan, namun pengetahuan akan penyakit HIV/AIDS nampaknya masih terasa samar-samar bagi sebagian orang. Masih banyak anggapan yang salah akan penyakit ini. Termasuk pula dengan miskonsepsi tentang media penularan HIV/AIDS. Hal yang wajib Anda ketahui adalah bahwa AIDS hanya akan menular lewat cairan tubuh dan darah.
Lantas, bagaimana dengan kasus saat seorang ibu yang terkena HIV/AIDS menyusui bayinya? Bisakah HIV/AIDS menular lewat air susu?
Dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia, air susu ibu tetap mengandung virus HIV dan kemungkinan para bayi untuk tertular virus ini lewat ASI sangat besar sekali. Menanggapi hal ini, maka organisasi kesehatan dunia atau WHO pun menerapkan beberapa hal yang wajib dilakukan para ibu dengan HIV untuk menyusui. Beberapa peraturan tersebut adalah dengan peraturan untuk memberikan ASI secara eksklusif hanya selama 6 bulan pertama, kemudian ketika dirasa si bayi sudah memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik, maka untuk selanjutnya akan diberikan susu formula berikut makanan pendamping ASI. Kemudian untuk 'menjinakkan' virus tersebut, para ibu dengan HIV juga harus selalu mengonsumsi obat ARV atau anti retroviral virus. Pemberian ARV ini pun bahkan diwajibkan untuk dikonsumsi semenjak masa kehamilan.
-
Bagaimana cara mencegah penularan HIV? Untuk mencegah penularan HIV, dr. Rudi menekankan prinsip ABC: Abstinence (menahan diri), Be faithful (setia pada satu pasangan), dan Condom (penggunaan kondom).
-
Bagaimana HIV bisa dikendalikan? Namun, virus HIV dapat dikendalikan dengan pengobatan yang dikenal terapi antiretroviral (antiretroviral therapy).
-
Bagaimana HIV/AIDS menular? Virus HIV dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, atau ASI.
-
Bagaimana cara mencegah infeksi adenovirus? Cara mencegah adenovirus dengan melakukan hal-hal berikut:Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin, terutama sebelum dan sesudah makan, setelah buang air besar atau kecil, setelah bersin atau batuk, dan setelah menyentuh benda-benda umum. Mencuci tangan dapat membunuh virus yang menempel di kulit dan mencegah penularan melalui kontak langsung. Menjaga jarak dengan orang yang sakit, minimal 1 meter. Menjaga jarak dapat mengurangi risiko terpapar droplet yang mengandung virus saat orang yang sakit bersin, batuk, atau berbicara.Menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Menyentuh bagian-bagian tubuh ini dapat memindahkan virus dari tangan ke selaput lendir yang rentan terhadap infeksi.Menggunakan masker saat sakit atau berada di tempat umum. Menggunakan masker dapat menutupi hidung dan mulut serta mencegah penyebaran droplet yang mengandung virus. Masker juga dapat melindungi diri dari terhirupnya droplet dari orang lain. Menjaga kebersihan lingkungan, seperti membersihkan permukaan benda yang sering disentuh, membuang sampah secara teratur, dan menyediakan tempat cuci tangan yang memadai. Menjaga kebersihan lingkungan dapat menghilangkan virus yang menempel di benda-benda atau tempat-tempat umum.Menjaga kesehatan tubuh, seperti mengonsumsi makanan bergizi, minum air yang cukup, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup. Menjaga kesehatan tubuh dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan membuat tubuh lebih kuat melawan infeksi.
-
Bagaimana cara mencegah anak terkena penyakit menular? Untuk mengurangi risiko anak-anak terserang penyakit menular, orang tua dapat melakukan beberapa hal, seperti:Memberikan anak vaksinasi sesuai jadwal.Mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, dan tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut sebelum mencuci tangan.
-
Bagaimana Dinkes Jateng menekan penyebaran HIV? Untuk upaya menekan angka penyebaran HIV, Dinkes Jateng terus melakukan edukasi dan penyuluhan yang bekerjasama dengan yayasan dan menyasar komunitas mulai dari lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT), pekerja seks, hingga penghuni lapas.
Pemberian ASI dari ibu yang terkena HIV memang membutuhkan pertimbangan antara untung dan ruginya. Namun menurut anjuran WHO, pemberian ASI ini tetap diwajibkan sebab ASI tetaplah makanan utama bagi bayi yang baru lahir. Lagipula, risiko penularan ini bisa dicegah dengan konsumsi ARV yang selama kehamilan, persalinan, dan menyusui yang menurunkan risiko penularan pada bayi hingga sebesar 42%.
(mdk/feb)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
HIV/AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Penyakit ini akan tinggal selamanya di dalam tubuh dan dapat menular melalui beberapa cara.
Baca SelengkapnyaEdukasi yang tepat tentang HIV perlu terus digalakkan agar masyarakat tidak lagi terjebak dalam stigma dan ketakutan yang tidak berdasar.
Baca SelengkapnyaBanyak orang belum memahami penyebab HIV. Yuk, simak hal-hal yang bisa jadi penyebab seseorang terjangkit HIV!
Baca SelengkapnyaPenularan HIV melalui gigitan nyamuk tidak mungkin terjadi karena beberapa alasan.
Baca SelengkapnyaMeskipun belum ada obat untuk menyembuhkan herpes, pemahaman tentang cara penularannya dapat membantu mengurangi risiko penyebaran virus ini.
Baca SelengkapnyaWanda juga menjelaskan penularan polio juga bisa terjadi melalui air liur.
Baca SelengkapnyaSalah satu hal yang kerap dipercaya adalah bahwa ASI mengalami perubahan saat ibu atau anak sedang sakit.
Baca SelengkapnyaMenggunakan masker adalah langkah pencegahan, bukan hanya untuk COVID-19, tapi juga berbagai macam virus lainnya.
Baca SelengkapnyaSering dianggap sopan dan bersih, nyatanya menutup mulut dan hidung sangat bersin dapat membahayakan diri.
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca Selengkapnya