Bisakah Indonesia Menerapkan Lepas Masker Jika Sudah Vaksinasi Lengkap?
Merdeka.com - Vaksinasi yang sudah dilakukan di berbagai negara di dunia, menciptakan aturan yang baru. Seperti yang dilakukan Otoritas Amerika Serikat, mengijinkan warganya yang sudah menjalankan vaksinasi lengkap untuk tidak menggunakan masker dan menjaga jarak saat beraktivitas. Lalu, apakah hal tersebut bisa diterapkan di Indonesia?
Menurut Prof Tjandra Yoga Aditama yang merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), pertanyaan tersebut tidak mudah dijawab.
“Tentu tidak mudah menjawabnya, yang jelas kita analisis saja bagaimana proses yang terjadi di Amerika Serikat berdasar bukti ilmiah yang ada,” kata Tjandra seperti yang dikutip dari Health Liputan6.com.
-
Aturan apa yang dicabut tentang masker? Pemerintah Indonesia akhirnya mencabut kebijakan wajib menggunakan masker bagi masyarakat di tempat umum. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 1 Tahun 2023 tentang Protokol Kesehatan pada Masa Transisi Endemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
-
Siapa yang bisa menggunakan masker ini? Masker ini biasanya sesuai untuk kebanyakan jenis kulit, tetapi bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, sangat disarankan untuk melakukan tes patch terlebih dahulu.
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Masker sebaiknya digunakan sekitar 1-3 kali seminggu, tergantung jenis kulit. Misalnya, masker clay cocok untuk kulit berminyak dan sebaiknya digunakan setelah toner. Sementara sheet mask bisa diterapkan setelah toner tetapi sebelum serum untuk memberikan hidrasi tambahan.
Prof Tjandra menambahkan, kebijakan yang dijalankan di Amerika Serikat tersebut secara jelas menyebutkan bahwa mereka yang sudah divaksinasi secara penuh dapat beraktivitas tanpa menggunakan masker dan menjaga jarak, kecuali kalau ada aturan lokal lain yang mengaturnya.
Jika dilihat lebih seksama, yang dimaksud sebagai “sudah divaksinasi secara penuh” adalah hanya kalau sudah 2 minggu sesudah penyuntikan dosis kedua vaksin Pfizer atau Moderna atau 2 minggu sesudah penyuntikan dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson. Kalau di luar itu, maka dianggap belum divaksinasi secara penuh dan tetap harus pakai masker dan menjaga jarak, katanya.
“Kita ketahui bahwa vaksin yang sekarang digunakan di negara kita adalah Sinovac dan AstraZeneca serta juga sudah ada izin EUA BPOM untuk vaksin Sinopharm, yang tentu saja mungkin saja diperluas ke jenis-jenis lain di masa mendatang,” paparnya.
Tjandra menerangkan bahwa melihat dari cakupannya, vaksinasi yang dilakukan di Amerika Serikat sudah cukup besar. Data pada 15 Mei 2021 menunjukkan sudah ada sekitar 268 juta dosis vaksin COVID-19 yang disuntikkan di Amerika Serikat.
Sedang, data pada 14 Mei 2021 menunjukkan bahwa sekitar 155.3 juta orang di negara itu sudah menerima vaksinasi sedikitnya satu kali, dan sekitar 120,3 juta orang sudah divaksinasi lengkap dua kali dengan vaksin Pfizer dan juga Moderna serta satu kali dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson.
“Jadi, di Amerika Serikat sampai 14 Mei sudah ada lebih dari 59 persen penduduk yang divaksinasi setidaknya satu kali. Target Presiden Joe Biden adalah 70 persen orang dewasa sudah akan divaksinasi pada 4 Juli mendatang.”
“Saat ini setiap harinya dilakukan penyuntikan 1,95 juta dosis vaksin seharinya di Amerika Serikat, dan bahkan di sana pernah sampai 3,38 juta dosis sehari pada 13 April 2021 yang lalu, tambah Tjandra.
Sementara itu, untuk Indonesia sendiri, data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 14 Mei 2021 pukul 18.00 WIB menunjukkan sudah ada 13.700.389 masyarakat yang sudah mendapat suntikan dosis pertama dan 8.921.978 sudah mendapat dosis kedua secara lengkap.
Selain dari vaksinasi, hal yang perlu diperhatikan adalah pola kecenderungan epidemiologi tentang naik turunnya jumlah kasus dan kematian di suatu negara.
“Sebagai salah satu cara untuk memotivasi masyarakat untuk divaksinasi, dua minggu yang lalu saya juga mengikuti suatu pertemuan internasional tentang vaksin COVID-19,” jelas Tjandra.
Dan teman dari salah satu negara bagian di Amerika Serikat menceritakan bagaimana upaya mereka untuk mengajak masyarakat di sekitar RS-nya untuk divaksinasi. Tentu mungkin saja ada pertimbangan yang menyangkut social determinant of health.”
Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), social determinant of health adalah kondisi sosial yang memengaruhi kesempatan seseorang untuk memperoleh kesehatan.
Sumber: Liputan6.comReporter: Ade Nasihudin Al Ansori
(mdk/ttm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah resmi mencabut aturan menggunakan masker
Baca SelengkapnyaPenggunaan masker di angkutan umum DKI Jakarta kini mulai ditiadakan. Namun jika tengah dalam kondisi kesehatan menurun, maka disarankan tetap tetap menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaPengguna Mass Rapid Transit (MRT) kini dibebaskan untuk tidak menggunakan masker.
Baca Selengkapnya