Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bocah 6 tahun mendadak lumpuh karena terserang Guillain-Barre Syndrome

Bocah 6 tahun mendadak lumpuh karena terserang Guillain-Barre Syndrome Guillain-Barre Syndrome. ©2018 liputan6.com

Merdeka.com - Arjuna Arya Atarahman, sebelumnya bocah tersebut sama seperti anak seusianya. Bocah 6 tahun tersebut biasanya bermain bersama teman-temannya. Dia juga dikenal lincah dan sangat aktif. Namun semua berubah sejak pada suatu hari mengeluh tidak bisa menggerakkan badannya kepada kedua orang tuanya.

Kamis, 7 Juni 2018 yang lalu, Arjuna Arya dibawa ke RSUD Majalaya, Kabupaten Bandung. Setelah keluhan itu, kondisi Arjuna Arya malah semakin memburuk. Pihak RSUD Majalaya lalu merujuk Arjuna Arya ke RSUP Hasan Sadikin Bandung siang harinya. Ketika diperiksa oleh dokter ternyata Arjuna Arya mengidap Guillain-Barre Syndrome (GBS).

guillain barre syndrome

Guillain-Barre Syndrome ©2018 liputan6.com

Hati kedua orangtua Arjuna Arya pun langsung hancur begitu dokter memvonis anak tunggal mereka terserang penyakit langka GBS, sebuah penyakit yang mengacaukan kerja sistem kekebalan tubuh mandiri (auto-immune disease).

GBS merupakan salah satu penyakit langka di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Hal ini mengakibatkan ia mengalami kelumpuhan total. Karena penyakit ini langka, kedua orangtua Arjuna Arya pun sama sekali tidak tahu-menahu soal penyakit tersebut.

"Saya baru dengar istilah penyakitnya itu GBS dari dokter saja. Terserangnya baru pertama kali dengan kondisi kakinya sudah lemas," kata Apit ketika dihubungi Liputan6.com, Senin, 9 Juli 2018.

Saat ini, Arjuna Arya masih berbaring di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUP Hasan Sadikin. Berdasarkan diagnosis dokter, jantung serta organ tubuh lain Arjuna Arya sehat. Hanya saja, karena virus ini, hampir seluruh organ tubuh bocah yang sudah naik kelas 2 SD itu tidak bisa bekerja.

"Untuk bernapas masih agak sulit karena paru-paru Arya tidak bisa bekerja sendiri. Semuanya dibantu oleh ventilator," ujar Apit.

Selama di RSUP Hasan Sadikin, Arjuna Arya telah menjalani pengobatan Plasmapheresis atau proses pemisahan plasma dari sel-sel darah selama lima kali, tetapi belum ada perubahan kondisi pada diri Arya. Selama 12 hari pertama, ia masih sadar. Namun sejak hari ke-13 hingga Senin masih dalam keadaan koma. Hingga saat ini dokter masih meninjau kondisi Arya setelah pengobatan Plasmapheresis.

Biaya Lewat Jalur Umum

guillain barre syndrome

Guillain-Barre Syndrome ©2018 liputan6.com

Ayah Arjuna Arya adalah guru honorer di MTS Ar-Rohman, Jalan Nengta, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Dengan penghasilan yang ada, Apit merasa sudah kesulitan membiayai pengobatan putra pertama mereka.

"Penghasilan saya dari guru honorer Rp 600.000, istri saya ibu rumah tangga," ucap Apit.

Meski demikian, Apit bersama istri dan keluarga akan melalukan segala hal asalkan rumah sakit tidak menghentikan alat bantu itu ke tubuh Arjuna Arya. Termasuk mencoba mendapatkan bantuan lewat kitabisa.com.

Di laman https://m.kitabisa.com/aryamelawangbs, Atip menjelaskan bahwa selama ini pengobatan Arjuna Arya menggunakan jalur umum karena awalnya Arjuna Arya tidak memiliki BPJS.

"Setelah Arya dirawat, saya segera mengurus pembuatan BPJS namun karena saat awal masuk Arya lewat jalur umum, maka BPJS tersebut tidak bisa digunakan. Saat pendaftaran awal kami sudah melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan akan mendapatkan bantuan dana Rp 5 juta. Namun, terdapat kendala administrasi, sehingga kami belum mendapatkan bantuan dana tersebut," tulis Apit di laman tersebut.

Lebih lanjut warga menuturkan, hingga saat ini biaya pengobatan Arjuna Arya sudah melebihi Rp 100 juta, di mana biaya Plasmapheresis sebesar Rp 50 juta, biaya obat-obatan dari depo sebesar Rp 50 juta, dan biaya ruang PICU selama 24 hari kurang lebih sebesar Rp 62 juta.

"Biaya rumah sakit begitu besar untuk kami, dan kami merasa kesusahan. Keadaan anak saya pun masih koma dan tentunya biaya yang dibutuhkan akan terus bertambah," tutur Apit.

Warga Kampung Campaka, Desa Pangguh, Kecamatan Ibun ini mengaku bersyukur atas unggahannya di laman kitabisa.com, sudah banyak orang yang berempati pada keluarganya. Hingga Senin malam, donasi yang tertera di laman tersebut mencapai Rp 220 juta.

"Saya berharap sekali atas bantuannya karena sekali lagi semua sudah diusahakan. Kami sekeluarga berterima kasih untuk donasi yang sudah diberikan," ucap Apit.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Mungkin banyak diantara anda yang masih belum tahu tentang penyakit langka Guillain-Barre Syndrome ini. Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh secara total, dan pada akhirnya korban akan lumpuh total juga.

Sumber: Liputan6.com (mdk/mg2)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Gejala TBC pada Anak yang Harus Diwaspadai, Ketahui sebelum Terlambat
Gejala TBC pada Anak yang Harus Diwaspadai, Ketahui sebelum Terlambat

Jika Anda mencurigai anak Anda menderita TBC, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Baca Selengkapnya
Rabies Kembali Renggut Nyawa, Bocah 6 Tahun di NTT Meninggal Setelah Dagunya Digigit Anjing
Rabies Kembali Renggut Nyawa, Bocah 6 Tahun di NTT Meninggal Setelah Dagunya Digigit Anjing

Seorang bocah berusia enam tahun berinisial AN tewas pasca-digigit anjing rabies di Desa Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca Selengkapnya
Ogah Disuntik Vaksin Rabies Usai Digigit Anjing, Bocah 6 Tahun di Empat Lawang Meninggal
Ogah Disuntik Vaksin Rabies Usai Digigit Anjing, Bocah 6 Tahun di Empat Lawang Meninggal

Keluarga memilih agar korban menjalani rawat jalan sebelum meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Gejala Penyakit Lupus pada Anak dan Cara Mengatasinya, Jangan Diabaikan
Gejala Penyakit Lupus pada Anak dan Cara Mengatasinya, Jangan Diabaikan

Lupus merupakan penyakit jangka panjang (kronis). Penyakit ini mempengaruhi setiap orang secara berbeda, termasuk anak-anak.

Baca Selengkapnya
Begini Kondisi Siswa SMP Diduga Korban Bullying di Bekasi Sebelum Meninggal Dunia
Begini Kondisi Siswa SMP Diduga Korban Bullying di Bekasi Sebelum Meninggal Dunia

Kondisi siswa SMP, F (12) yang menjadi korban bullying saat bersekolah di SDN Jatimulya 09, Tambun Selatan terus menurun sebelum akhirnya meninggal dunia.

Baca Selengkapnya
Fakta dan Mitos Tentang Polio yang Wajib Diketahui
Fakta dan Mitos Tentang Polio yang Wajib Diketahui

Penyakit polio masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah.

Baca Selengkapnya
Kasus Kematian Akibat DBD di Kota Tangerang Didominasi Anak-Anak
Kasus Kematian Akibat DBD di Kota Tangerang Didominasi Anak-Anak

DBD menjangkiti kelompok usia produktif dan paling banyak terjadi di usia anak-anak.

Baca Selengkapnya
Cara Penularan Polio yang Wajib Diwaspadai Orang Tua, Kenali Faktor Risikonya
Cara Penularan Polio yang Wajib Diwaspadai Orang Tua, Kenali Faktor Risikonya

Polio bisa menginfeksi anak lewat berbagai cara. Dengan mengetahui cara penularan polio ini, orang tua bisa mewaspadai apa saja yang berisiko untuk anaknya.

Baca Selengkapnya
Bocah 12 Tahun Jadi Buta Karena Kebanyakan Makan Junk Food
Bocah 12 Tahun Jadi Buta Karena Kebanyakan Makan Junk Food

Remaja di Massachusetts cenderung menolak tawaran makanan sehat dari orang tua mereka dan lebih memilih untuk mengonsumsi junk food.

Baca Selengkapnya
Siswa Bekasi Diduga Korban Bullying Hingga Kaki Diamputasi Meninggal Dunia
Siswa Bekasi Diduga Korban Bullying Hingga Kaki Diamputasi Meninggal Dunia

Disebut-sebut bullying dialami korban terjadi saat masih duduk di sekolah dasar.

Baca Selengkapnya
Bahaya Polio bagi Anak dan Gejalanya, Orang Tua Wajib Tahu
Bahaya Polio bagi Anak dan Gejalanya, Orang Tua Wajib Tahu

Polio pada anak adalah masalah kesehatan yang serius yang harus diwaspadai oleh setiap orang tua. Penyakit ini menyerang saraf pusat dan menyebabkan lumpuh.

Baca Selengkapnya
Viral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Viral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes

Viral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes

Baca Selengkapnya