Dari Sariawan Hingga Kuku Rapuh, Kenali Sejumlah Gejala dari Anemia
Merdeka.com - Kondisi anemia merupakan masalah kesehatan yang biasa disebut sebagai 'kurang darah' dan rentan dialami sehari-hari. Kondisi ini terjadi ketika seseorang kekurangan sel darah merah untuk mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan yang terdapat di dalam tubuh.
Berdasarkan Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi anemia meningkat dari 21,7 persen (2013) menjadi 23,7 persen (2018) dari total populasi di Indonesia. Selain itu, pada 2018, diketahui 3 dari 10 remaja Indonesia menderita anemia.
Penyebab anemia yang paling umum adalah kekurangan zat besi. Kondisi ini biasa disebut anemia defisiensi besi (ADB). ADB menyumbang 62,6 persen dari total kasus anemia di 2013 secara global.
-
Siapa yang rentan terkena anemia? Anemia adalah kondisi dimana tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat, yang penting untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Anak-anak yang mengalami anemia akan merasa lelah, lemah, dan kesulitan berkonsentrasi.
-
Siapa yang rentan terkena anemia zat besi? Anak-anak, seperti bayi prematur, anak dengan penyakit kronis, anak dengan berat badan berlebih, dan anak yang kurang mendapatkan asupan nutrisi saat memulai makan padat (MPASI), adalah kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi.
-
Siapa yang berisiko anemia akut? Anemia akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: • Kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat.
-
Kenapa anemia berbahaya bagi remaja putri? Terjadinya anemia ini memperbesar risiko mereka melahirkan anak stunting
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah anemia? Bidan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat, terutama dalam memastikan kesehatan ibu dan anak. Sebagai garda terdepan, bidan memainkan peran vital dalam mencegah berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah anemia, yang kerap mengintai ibu hamil dan remaja putri.
-
Siapa yang rentan terkena Anemia Aplastik? Beberapa penyakit genetik seperti anemia fanconi, sindrom shwachman-diamond, dan diskeratosis kongenital dapat menyebabkan anemia aplastik pada anak-anak atau remaja.
"Satu dari 6 perempuan kemungkinan menderita anemia defisiensi besi," tutur Ketua Umum Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM beberapa waktu lalu.
ADB dapat menyerang siapa saja. Meskipun demikian, populasi rentan seperti lansia dan anak-anak berisiko lebih tinggi. Selain itu, kondisi tubuh seperti hamil, pendarahan, menstruasi yang berlebihan, hemoroid, dan gastritis juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zat besi dan apabila tidak diatasi dapat menjadi anemia defisiensi besi.
Untuk mencegahnya, perhatikan asupan zat besi Anda. Pemenuhan kebutuhan zat besi bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi maupun suplemen tambahan. Selain itu, penting untuk mengetahui gejala dan tanda anemia defisiensi besi.
Gejala Anemia
Djumhana menyebutkan bahwa pada orang dengan anemia defisiensi besi ada beberapa gejala yang terlihat. Yakni:
1. Pucat
2. Kuku rapuh
3. Bibir pecah- pecah dan sariawan
4. Rambut rontok
"Untuk sariawan dan rambut rontok biasanya timbul pada pasien anemia hemolitik autoimun terutama penyakit lupus," ujar Djumhana.
Sementara gejala yang dapat dirasakan berupa kelelahan, sakit kepala, napas pendek, susah konsentrasi, pusing, tangan dan kaki terasa dingin, sulit tidur, serta rentan terkena infeksi.
"Susah konsentrasi karena oksigennya kurang jadi kita enggak bisa mikir, ya. Kemudian pusing sama juga karena kurang oksigenasi. Terasa dingin-dingin, kelelahan, sulit tidur, semua ada karena oksigenasi jaringannya berkurang karena oksigennya kurang," terangnya.
Reporter: Adelina Wahyu MartantiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lebih dari 43 persen remaja perempuan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, berpotensi mengalami penyakit ini.
Baca SelengkapnyaIwan mengungkapkan, keadaan anemia pada remaja putri merupakan hal yang harus ditangani.
Baca SelengkapnyaKekurangan zat besi akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak karena mempengaruhi mulai nafsu makan, gangguan perilaku, emosi dan motorik anak.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan RPJMN 2020- 2024, prevalensi stunting ditargetkan turun hingga 14 persen pada 2023.
Baca SelengkapnyaSebelum tutup usia, Babe Cabita sempat menjalani perawatan di rumah sakit karena anemia aplastik.
Baca SelengkapnyaTerjadinya anemia ini memperbesar resiko mereka melahirkan anak stunting
Baca SelengkapnyaAnemia akut adalah kondisi saat sel darah merah mengalami penurunan yang drastis. Ciri-ciri anemia akut melibatkan rasa lelah, nyeri, hingga sakit kepala.
Baca SelengkapnyaAsupan nutrisi di periode emas kehidupan anak sangat memengaruhi berbagai hal terutama dalam pencegahan stunting dan anemia pada anak.
Baca SelengkapnyaKonsumsi beberapa jenis sayur dan buah dapat membantu produksi pembentukan sel darah dalam tubuh.
Baca SelengkapnyaKedua orang tuanya mengupayakan segala kemampuan untuk proses pengobatan sang anak, tapi tidak semua obat mampu mereka tebus.
Baca SelengkapnyaKurang vitamin bisa menyebabkan sejumlah masalah bagi tubuh mulai lemas, ketombean, hingga lidah berkilau.
Baca SelengkapnyaMeski terlihat sepele, perubahan warna kuku bisa mengungkap masalah kesehatan tubuh seseorang.
Baca Selengkapnya