Hasil Uji Klinis Sebut Vaksin Covid-19 Aman untuk Anak dan Remaja
Merdeka.com - Hasil dari analisis blind data yang dilakukan Sinovac Biotech Ltd. menunjukkan hasil bahwa vaksin CoronaVac atau Sinovac aman digunakan untuk anak-anak dan remaja sehat usia tiga hingga 17 tahun.
Hasil tersebut didapat berdasarkan uji klinis Fase III berbasis multicenter, kasus, acak, double-blind, dan plasebo terkontrol yang dilakukan di Chile, Malaysia, Filipina dan Afrika Selatan dengan melibatkan sekitar 2.140 partisipan dengan rentang usia 6 bulan hingga 17 tahun, termasuk 684 peserta dari sub kelompok uji klinis tingkat keamanan.
Dikutip dari Antara, data dari sub kelompok uji klinis tingkat keamanan Sinovac memperlihatkan kejadian efek samping atau KIPI setelah dosis kedua lebih rendah dibandingkan setelah dosis pertama.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Apa saja dampak buruknya? Akibat menonton TV terlalu dekat bagi kesehatan diketahui dapat menyebabkan mata tegang, mata kering, sakit kepala, dan penurunan konsentrasi.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
Dalam uji klinis tersebut, efek samping yang umu dirasakan adalah rasa nyeri di tempat suntikan, sakit kepala dan demam. Sebagian besar efek samping tersebut dialami ringan/sedang tanpa reaksi yang parah.
Berdasarkan hasil utama uji klinis FASE III multicenter secara global, dampak efek samping merugikan ditemukan serupa dengan uji klinis Fase I/II yang dilakukan pada remaja dan anak-anak di Tiongkok.
Hasil uji klinis Fase I/II yang menilai keamanan CoronaVac pada anak-anak dan remaja antara usia 3-17 tahun tersebut diterbitkan dalam jurnal medis internasional The Lancet-Infectious Diseases pada 28 Juni.
Dalam studi tersebut, Vaksin Sinovac tiga bulan setelah dua dosis vaksin, tingkat serokonversi mencapai 100 persen. Titer rata-rata geometrik (GMT antibodi penetral mendekati tingkat yang tercatat pada 28 hari setelah vaksinasi. dan tetap secara signifikan lebih tinggi daripada tingkat yang tercatat pada orang dewasa dan orang tua pada 28 hari setelah vaksinasi.
Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa CoronaVac memiliki imunogenitas yang stabil dan baik bagi populasi anak dan remaja. Hasil tersebut terbukti mencatatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berusia 18 tahun ke atas.
Hasil lebih lanjut dari penelitian ini akan memberikan bukti klinis bagi negara-negara untuk menyetujui penggunaan CoronaVac atau Vaksin Sinovac ini pada anak-anak dan remaja antara usia 6 bulan hingga 17 tahun.
Sejak September 2021, beberapa negara telah menggunakan CoronaVac sebagai vaksin covid-19 untuk anak-anak dan remaja seperti Chile, Ekuador, El Salvador, Kolombia, Kamboja dan Indonesia.
Sedangkan untuk China sendiri, pada akhir Oktober lalu sudah menyuntikkan sekitar 110 juta dosis CoronaVac pada anak-anak di bawah usia 18 tahun.
(mdk/ttm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas KIPI menyebut vaksin nOPV2 telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai diberikan sejak tahun 2021.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMycoplasma Pneumonia bisa dicegah dengan vaksinasi dan jaga jarak.
Baca SelengkapnyaPemkot Tasikmalaya memulai program vaksinasi rotavirus (RV) dan human papillomavirus (HPV) pada Rabu (9/8).
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaDokter anak menegaskan bahwa imunisasi polio tetap aman diberikan pada anak berkebutuhan khusus kecuali pada penderita masalah kesehatan tertentu.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia tengah melonjak di China sejak pertama kali dilaporkan pada 13 November 2023.
Baca Selengkapnya