Ini alasan kenapa Indonesia tidak perlu khawatir tentang Ebola
Merdeka.com - Munculnya virus kesehatan sama sekali tidak bisa diprediksi oleh manusia. Begitu pula dengan kemunculan virus Ebola yang menggemparkan dunia sejak beberapa bulan lalu ini.
Penyakit yang awalnya terdeteksi selama hampir puluhan tahun di Guinea ini mulai muncul kembali di tahun 2013 dan kemudian menyebar ke banyak negara yang pada akhirnya memakan ribuan korban jiwa. Fenomena inilah yang kemudian menjadi Ebola sebagai bencana global yang patut untuk diwaspadai bahayanya. Melihat hal ini pun, pemerintah Indonesia juga tidak tinggal diam. Terdapat beberapa langkah preventif yang telah dilakukan agar Indonesia tidak terhinggapi virus mematikan ini.
Sesuai dengan hasil seminar yang diselenggarakan oleh INDOHUN di Surakarta pada bulan Oktober ini, pemerintah sendiri telah melakukan serangkaian langkah mencegah berkembangnya virus ini. Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto dari Kementrian Kesehatan Indonesia selaku pembicara di seminar ini pun menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia sendiri telah mengedukasi masyarakat lewat beberapa lembaga kesehatan tentang virus bola, bagaimana penyebarannya, dan berapa lama proses inkubasi virus ini. Beberapa thermal scanner pun telah ditempatkan di bandara internasional yang menjadi tempat mendaratnya masyarakat setelah bepergian dari negara Arab atau pun Afrika. Beliau juga menghimbau kepada seluruh warga Indonesia yang bepergian ke luar negeri khususnya ke negara-negara yang berpotensi menjadi penyebaran virus Ebola untuk selalu menjaga kesehatan tubuh.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan di Indonesia? Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.
-
Bagaimana Dinkes Jateng menekan penyebaran HIV? Untuk upaya menekan angka penyebaran HIV, Dinkes Jateng terus melakukan edukasi dan penyuluhan yang bekerjasama dengan yayasan dan menyasar komunitas mulai dari lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT), pekerja seks, hingga penghuni lapas.
-
Bagaimana cara meningkatkan deteksi dini HIV di Indonesia? 'Selain itu, tes HIV mandiri menggunakan Oral Fluid Test juga diperkenalkan untuk meningkatkan deteksi dini,' tambahnya.
-
Bagaimana Kemenkes RI memperkuat kesiapsiagaan? Kemenkes berkomitmen untuk mengoptimalkan daftar patogen prioritas ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan nasional. Salah satu langkah yang diambil adalah memperkuat surveilans rutin, termasuk program ILI (Influenza-like Illness) dan SARI (Severe Acute Respiratory Infections).
-
Penyakit apa saja yang bisa dicegah? Dengan memahami jenis penyakit yang dapat dicegah melalui penggunaan masker, kita dapat lebih menyadari pentingnya tindakan pencegahan ini dalam menjaga kesehatan diri dan masyarakat.
"Virus ini sendiri hanya akan menular lewat kontak langsung dengan penderita. Oleh karena itu menjaga kesehatan dan kebersihan melalui hal-hal sederhana sangatlah penting untuk dilakukan."
Virus Ebola hingga saat ini telah merenggut 4.493 korban jiwa. Sementara mereka yang terindikasi terkena penyakit ini hingga pada bulan Oktober lalu berjumlah 8.997 jiwa. (mdk/feb)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak yang menduga, kenaikan kasus DBD ini akibat penyebaran nyamuk mengandung wolbachia.
Baca SelengkapnyaNyamuk mengandung bakteri wolbachia mulai disebar ke lima kota di Indonesia.
Baca SelengkapnyaEfektivitas pemanfaatan teknologi wolbachia untuk menurunkan kejadian demam berdarah juga sudah dibuktikan di 13 negara.
Baca SelengkapnyaMenurut Nadia, hasil penelitian menunjukkan bakteri wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersiap menempatkan sebanyak 1.400 ember berisi telur-telur nyamuk aedes aegypti mengandung bakteri wolbachia.
Baca SelengkapnyaKasus DBD di Indonesia terus meningkat, seperti data Kementerian Kesehatan RI yang mencatatkan 190.561 kasus dan 1.141 kematian hingga minggu ke-36 tahun ini.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi Gunadi Sadikin rapat dengan DPR membahas implementasi teknologi nyamuk Wolbachia.
Baca SelengkapnyaPeneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Adi Utarini atau akrab disapa Uut buka-bukaan terkait nyamuk wolbachia.
Baca SelengkapnyaKemenkes menegaskan, penggunaan nyamuk wolbachia tidak menjadikan manusia sebagai kelinci percobaan.
Baca SelengkapnyaPeneliti Wolbachia Mosquito Program (WMP) Yogyakarta Profesor Adi Utarini memberikan perkembangan dampak dari penyebaran nyamuk Wolbachia
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaKemenkes meluruskan informasi yang beredar bahwa pemerintah menebarkan nyamuk mengandung bakteri wolbachia ke lima kota di Indonesia.
Baca Selengkapnya