Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jangan Ragu, Hasil Penelitian Vaksin Sinovac dan Sinopharm Efektif Lawan Varian Delta

Jangan Ragu, Hasil Penelitian Vaksin Sinovac dan Sinopharm Efektif Lawan Varian Delta Tanaga kesehatan disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua. ©Liputan6.com/Johan Tallo

Merdeka.com - Meski sudah digunakan secara masif, namun penelitian tentang ‘efikasi’ vaksin atau tingkat kemanjuran dan/atau kemampuan vaksin dalam memberikan manfaat bagi individu yang divaksinasi, masih terus dilakukan.

Melansir dari Liputan6.com, diantara berbagai macam vaksin yang telah digunakan, baru-baru ini peneliti China mempublikasikan hasil temuan terkait efikasi vaksin inaktif (Sinovac dan Sinopharm) untuk melawan varian Delta di Guangzhou.

Penelitian dengan judul “Efficacy of Inactivated SARS-CoV-2 Vaccines Against the Delta Variant Infection in Guangzhou: A Test-Negative Case-Control Real-World Study” menunjukkan bahwa vaksin Sinovac dan Sinopharm efektif terhadap varian Delta, yakni varian yang pertama kali terdeteksi di India dan sebuah studi menunjukkan bahwa mutan virus ini empat kali lebih menular daripada varian sebelumnya.

Orang lain juga bertanya?

Hasil penelitian peneliti China di Guangzhou tersebut diatas, menunjukkan:

59,0 persen dapat mencegah COVID-19 bergejala,

70,2 persen mencegah COVID-19 gejala sedang, dan

100 persen mencegah COVID-19 gejala berat

Penelitian itu menggunakan Vaksin Sinovac sebanyak 61,3 persen sedangkan Vaksin Sinopharm sebanyak 27,5 persen.

Adapun penelitian lain yang menunjukkan efektivitas vaksin Sinovac dan Sinopharm dalam melawan varian Delta, berjudul “Effectiveness of Inactivated COVID-19 Vaccines Against COVID-19 Pneumonia and Severe Illness Caused by the B.1.617.2 (Delta) Variant: Evidence from an Outbreak in Guangdong, China”. Dimana penelitian tersebut menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Sinovac dan Sinopharm mencapai 69,5 persen dalam mencegah pneumonia akibat COVID-19, serta 100 persen mencegah COVID-19 gejala berat. Persentase vaksin yang digunakan pada penelitian tersebut pun sejumlah 51,29 persen untuk Sinovac dan 48,69 persen untuk Sinopharm.

Kedua jenis vaksin yakni Sinopharm dan Sinovac adalah vaksin Corona yang diproduksi dengan platform inactivated virus atau virus yang dimatikan. Sinovac sendiri merupakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi CoronaVac asal Beijing, China. Sedangkan Sinopharm merupakan vaksin COVID-19 buatan China National Pharmaceutical Group, ialah perusahaan farmasi milik pemerintah China.

Liputan6.com/Ade Nasihudin Al Ansori (mdk/ttm)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD
Pakar Ungkap Vaksin Dengue Mampu Lindungi Diri dari DBD

Dia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19

Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.

Baca Selengkapnya
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang

Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes
Klaim Pandemi Covid-19 Rekayasa Muncul Lagi, Begini Kata Kemenkes

Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.

Baca Selengkapnya
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.

Baca Selengkapnya
Jenis Vaksin Cacar Api dan Efek Sampingnya, Penting Diketahui
Jenis Vaksin Cacar Api dan Efek Sampingnya, Penting Diketahui

Vaksin cacar api dirancang untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat mengenali dan melawan virus varicella-zoster sebelum virus tersebut aktif kembali.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM

Pemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.

Baca Selengkapnya
Kemenkes: Nyamuk Wolbachia Efektif Cegah DBD
Kemenkes: Nyamuk Wolbachia Efektif Cegah DBD

Kemenkes mengatakan Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti.

Baca Selengkapnya
Mengenal JN.1, Varian Baru Pemicu Lonjakan Covid-19 di Singapura
Mengenal JN.1, Varian Baru Pemicu Lonjakan Covid-19 di Singapura

Varian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Jakarta Naik Jelang Nataru, Dinkes: Masih Aman & Sangat Terkendali
Kasus Covid-19 di Jakarta Naik Jelang Nataru, Dinkes: Masih Aman & Sangat Terkendali

Sejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya
Penyebaran Covid-19 Varian JN.1 di Indonesia Naik Jadi 41 Kasus
Penyebaran Covid-19 Varian JN.1 di Indonesia Naik Jadi 41 Kasus

Penemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.

Baca Selengkapnya