Jerawat, Dari Masalah di Wajah Turun ke Hati dan Jadi Masalah Sosial
Merdeka.com - Jerawat yang timbul pada seseorang tidak hanya berefek buruk pada kulit saja namun juga dapat berkembang jadi lebih dari itu. Dilansir dari Medical Daily, penelitian terbaru yang dilakukan di University of Limerick (UL), Irlandia menyebut bahwa masalah jerawat ini dapat berdampak pula secara sosial.
Sebagai sebuah penyakit yang umum diderita oleh banyak orang, jerawat adalah hal yang tak asing. Tidak hanya pada remaja, jerawat juga dapat diderita oleh orang dengan usia yang lebih tua.
Penelitian ini sendiri dilakukan pada sekitar 300 orang dengan tingkat keparahan jerawat yang berbeda. Dari masalah kulit itu kemudian dilihat hubungannya dengan pandangan mereka terhadap stigma yang diberikan masyarakat.
-
Apa penyebab munculnya jerawat? Jerawat dimulai dari dalam kulit dan membutuhkan waktu untuk terbentuk. Sedangkan komedo terjadi ketika kelenjar di dalam kulit memproduksi minyak terlalu banyak.
-
Apa saja penyebab jerawat? Penyebab jerawat sangat beragam dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Faktor Hormonal Salah satu penyebab utama timbulnya jerawat adalah perubahan hormon dalam tubuh.
-
Apa penyebab jerawat di usia dewasa? Penyebab jerawat di usia dewasa ini bisa dipengaruhi oleh berbagai macam hal. Mulai dari kondisi stres, riwayat keluarga dengan genetik kulit berjerawat, hingga penggunaan produk rambut dan kulit yang tidak cocok.
-
Kenapa jerawat di dagu bisa jadi tanda gangguan kesehatan? Menurut Emma, jerawat di dagu juga bisa menunjukkan kalau ada alergi terhadap makanan dan juga cara diet yang salah.
-
Kenapa bekas jerawat ganggu rasa percaya diri? Keberadaan bekas jerawat dapat memengaruhi rasa percaya diri dan penampilan seseorang, sehingga penting untuk menemukan solusi yang efektif untuk mengatasinya.
-
Apa penyebab utama jerawat? Jerawat muncul akibat pori-pori kulit yang tersumbat oleh kelebihan minyak, sel-sel kulit mati, atau bakteri.
Persepsi negatif dari diri mereka terhadap pandangan masyarakat mengenai penampilan memiliki korelasi yang kuat. Mereka yang menerima stigma itu lebih besar cenderung memiliki tekanan psikologi lebih besar serta menderita depresi dan kecemasan.
Beberapa responden bahkan mengalami kondisi somatik seperti penyakit pernapasan dan gejala fisik lain. Misalnya seperti sakit kepala, kualitas tidur yang buruk, serta masalah pencernaan.
"Dari penelitian sebelumnya, kita mengetahui bahwa para pemilik jerawat mengalami perasaan negatif mengenai kondisi mereka, namun belum diketahui hubungan langsung antara kualitas hidup dengan penerimaan terhadap stigma sosial mengenai jerawat ini," ujar Dr. Aisling O'Donnell dari Departemen Psikologi dan Pusat Penelitian Masalah Sosial UL.
Semakin parah jerawat seseorang, semakin mungkin dia mengalami tekanan psikologis. Responden wanita dikabarkan mengalami penurunan kualitas hidup dan berbagai gejala lain yang berhubungan dibanding dengan pada responden pria.
"Temuan dari penelitian ini senada dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa seseorang dengan perbedaan fisik yang tampak dan dianggap negatif oleh masyarakat dapat merasakan gangguan fisik dan psikologis pula sebagai hasilnya," tambah Dr O'Donnel.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah meningkatnya kehadiran media sosial yang juga dapat memicu kesadaran diri pada seseorang yang lebih muda dan rentan. Pada masa lalu, peneliti telah menemukan bahwa tindakan berbagi selfie membuat seesorang lebih sadar diri karena membandingkan wajah seseorang dengan orang lain.
Oleh karena itu, tidak mengejutkan bahwa timbulnya jerawat dapat meningkatkan efek negatif ini. Penelitian ini juga mengetahui bahwa seseorang dengan bekas jerawat lebih ingin diterima dengan cara berbeda. Walau media sosial dianggap berbahaya bagi munculnya masalah ini, namun media yang sama juga dapat menjadi jalan untuk melawan stigma mengenai jerawat ini.
"Seperti berbagai penanda fisik yang kerap distigma, jerawat juga tak cukup dijelaskan dengan baik di budaya populer, iklan, atau media sosial," ujar Jamie Davern, salah satu peneliti lainnya.
"Hal ini dapat membuat orang berjerawat merasa tidak normal dan dipandang negatif oleh orang lain. Kampanye online seperti #freethepimple serta gerakan 'acne-positive' yang baru-baru terjadi di media sosial menunjang perkembangan orang dari berbagai usia yang terpengaruh oleh jerawat," tandasnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Memahami perbedaan antara fakta dan mitos sangat penting agar bisa menangani jerawat dengan benar.
Baca SelengkapnyaTernyata jerawat juga memiliki mitos-mitos terkait tempat kemunculannya.
Baca SelengkapnyaMemencet jerawat merupakan hal yang haram dilakukan karena bisa menimbulkan berbagai masalah kulit.
Baca SelengkapnyaJerawat bukan hanya masalah kulit yang mengganggu penampilan, tetapi juga bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan dalam tubuh.
Baca SelengkapnyaMitos jerawat ada yang kangen populer di masyarakat. Ini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaJerawat masih sering terjadi meski sudah melewati masa pubertas remaja.
Baca SelengkapnyaBeberapa mitos terkait jerawat di jidat telah beredar, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua keyakinan ini didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
Baca SelengkapnyaPenyebab jerawat punggung dan cara mencegahnya yang penting diketahui.
Baca SelengkapnyaBegitu banyak mitos-mitos tentang jerawat yang berseliweran, sehingga penting untuk melacak kebenarannya.
Baca SelengkapnyaDoa menjadi salah satu cara untuk mencari ketenangan batin dan berharap kesembuhan dari jerawat.
Baca Selengkapnya