Kandungan plastik bikin anak lebih agresif dan hiperaktif
Merdeka.com - Salah satu bahan kimia yang digunakan dalam plastik bisa menyebabkan anak kecil jadi agresif dan hiperaktif.
Studi ini diungkapkan oleh para ilmuwan terkemuka Amerika yang berhasil menemukan pengaruh bisphenol A (BPA) terhadap kesehatan manusia.
BPA, yang biasa digunakan untuk plastik, dapat ditemukan pada lapisan kaleng, botol, dan ujung pisau serta garpu. Para ilmuwan mengatakan bahwa dosis rendah BPA tetap dapat mengganggu perilaku, fungsi tubuh dan kesuburan.
-
Apa yang ditimbulkan dari plastik? Limbah plastik mengandung zat karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker, seperti kanker paru-paru, kanker prostat, kanker testis dan kanker payudara.
-
Apa saja yang bisa jadi penyebab anak hiperaktif? Penyebab anak hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) masih belum sepenuhnya dipahami. Meski demikian, ada beberapa faktor yang diduga berkontribusi pada perkembangan kondisi ini.
-
Gimana pengaruh lingkungan bikin anak hiperaktif? Paparan anak terhadap lingkungan yang tidak mendukung, seperti paparan timbal atau merkuri dalam lingkungan, serta paparan terhadap asap tembakau selama kehamilan, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko ADHD.
-
Dimana anak bisa terpapar bahan kimia berbahaya? Anak-anak yang terpapar bahan kimia berbahaya di lingkungan sekitar mereka juga memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru.
-
Kenapa plastik bahaya untuk kesehatan? Limbah sampah plastik mengandung zat beracun yang berbahaya bagi tubuh. Beberapa jenis sampah seperti plastik kemasan atau barang plastik bisa mengakibatkan disfungsi ginjal dan hati.
-
Apa potensi bahaya BPA terhadap anak? Temuan ini makin mengintensifkan topik seputar risiko kesehatan yang terkait paparan BPA di Amerika Serikat dan di banyak negara lain di dunia.
Sementara beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa BPA benar-benar aman, eksperimen lainnya mengatakan sebaliknya. Beberapa penelitian bahkan menghubungkan paparan BPA dengan risiko kanker payudara, kerusakan hati, obesitas dan diabetes.
Tim ilmuwan dari University School of Public Health Harvard juga sempat mengadakan penelitian terkait paparan BPA. Mereka membandingkan tingkat paparan bahan kimia tersebut pada 244 wanita hamil. Masing-masing dari mereka diminta memberikan tiga sampel urin selama kehamilan, dan satu lagi saat melahirkan, yang semuanya diuji untuk melihat kadar BPA.
Kemudian ketika anak-anak mereka telah mencapai usia 1 tahun, para ilmuwan kembali mengukur tingkat paparan BPA dalam tubuh mereka.
Para ilmuwan pun menemukan bahwa anak perempuan lebih mungkin menjadi lebih hiperaktif, agresif, cemas, depresi dan tidak mampu mengendalikan diri, jika ibu mereka telah merekam kadar BPA yang tinggi selama kehamilan.
(mdk/des)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, namun nyatanya ada bahaya mengintai di baliknya.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah beberapa jenis pewarna makanan berbahaya yang perlu dihindari untuk kesehatan Anda dan dampaknya.
Baca SelengkapnyaTemuan ini makin mengintensifkan topik seputar risiko kesehatan yang terkait paparan BPA di Amerika Serikat dan di banyak negara lain di dunia.
Baca SelengkapnyaPenelitian mengungkap bahwa anak yang sering menggunakan tablet mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur emosi.
Baca SelengkapnyaMunculnya perilaku agresif pada seorang anak bisa terjadi karena sejumlah kesalahan parenting yang dilakukan orangtua.
Baca SelengkapnyaKebijakan ini resmi disahkan per 1 April 2024 yang tujuannya untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya BPA dalam jangka panjang.
Baca SelengkapnyaTerlebih bukan lagi cuma bully secara verbal, namun sudah mengarah ke tindakan kriminal.
Baca SelengkapnyaBerikut penyebab hiperaktif ADHD dan gejala-gejalanya yang bisa diderita anak.
Baca SelengkapnyaZat kimia seperti BPA ini nyatanya dapat memberikan berbagai bahaya bagi tumbuh dan kembangnya janin di dalam kandungan.
Baca SelengkapnyaPsikopat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki emosi, perasaan, dan hati nurani.
Baca SelengkapnyaAnak-anak yang sering mengalami teriakan dari orangtua cenderung mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres.
Baca Selengkapnya