Kenali Coronasomnia, Insomnia yang Terjadi Akibat COVID-19
Merdeka.com - Dampak yang bisa ditimbulkan oleh COVID-19 tidak hanya menyerang fisik seseorang namun juga pada psikis. Hal ini bisa berupa terjadinya insomnia seperti yang dialami oleh sejumlah orang dan kondisi ini dikenal dengan nama "coronasomnia".
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikiatri dr. Andri, Sp.KJ mengatakan gangguan tidur saat masa pandemi biasanya mulai dialami sejak seseorang terinfeksi COVID-19.
"Jadi pada saat dia terinfeksi corona itu, pada saat sakit tuh mereka sudah mengalami gangguan tidur. Terutama biasanya pada orang-orang yang mungkin tidak menyangka ya kalau dia tuh bisa kena Covid," kata dr. Andri beberapa waktu dilansir dari Antara.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Siapa yang mengalami gangguan kesehatan? Dalam salinan DKPP, Pengadu (CAT) disebut mengalami gangguan kesehatan usai menjalani hubungan badan yang dipaksa oleh Teradu (Hasyim Asyari) dalam hal ini Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Siapa yang sakit? Ibunda Nia Ramadhani, Chanty Mercia kini tengah terbaring di rumah sakit.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Siapa yang bisa diserang virus? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
Selain itu, dr. Andri juga menjelaskan bahwa gangguan tidur juga dapat dialami seseorang meski tidak terkena virus corona, biasanya karena mereka tidak menerima kondisi pandemi ini.
"Kayak ketakutan yang luar biasa akibat pemberitaan terkait Covid. Mungkin banyak yang mengatakan 'Oh ini bisa mati' bisa kenapa-napa. Itu salah satunya," jelasnya.
Coronasomnia juga bisa dialami orang-orang yang memang sudah memiliki riwayat gangguan kecemasan sebelumnya. Sehingga, gangguan kecemasan yang sudah ada akan memperparah kondisi seseorang.
Cara Mengatasinya
Untuk menangani gangguan ini, dr. Andri menjelaskan cara untuk menanganinya adalah dengan memberi bantuan dengan obat tidur. Kedua, psikiater pun akan membantu pola tidur menjadi lebih baik. Selain gangguan tidur, gangguan lainnya yang banyak dialami masyarakat di tengah pandemi ini adalah gangguan kecemasan.
"Paling banyak ya gangguan kecemasan ya. Jadi dari awal 2020 Maret itu sebenarnya pasien-pasien yang mengalami gangguan kecemasan itu dominan ya. Jadi cuma khawatir ada gejala-gejala batuk pilek, waduh jangan jangan COVID. Terus nanti ada sesak-sesak sedikit kecapekan, dikiranya COVID gitu ya," paparnya.
"Tapi kalau yang sekarang, enam bulan terakhir nih dari mulai Januari ya sebenarnya sampai sekitaran bulan Juni kemarin, itu yang paling banyak memang sudah kecemasan akibat kondisi COVID itu sendiri sudah berada di tengah-tengah mereka. Misalnya di keluarganya, bahkan kena juga sendiri gitu," sambungnya.
Melihat hal ini, dr. Andi berpendapat bahwa masalah gangguan kecemasan akibat COVID-19 ini kurang baik bagi kondisi masyarakat. Terlebih lagi jika seseorang memang memiliki riwayat gangguan kecemasan. Dr. Andri menyarankan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan-gangguan ini adalah dengan mengurangi asupan berita-berita negatif terkait COVID-19.
"Otak kita ini memang dari dulunya dirancang ya itu memang untuk merespon hal-hal negatif lebih baik daripada hal-hal positif," jelas dr. Andri.
"Jadi, kalau misalnya ada sesuatu yang positif, itu masuknya ke dalam otak tuh lebih lama gitu. Karena nanti selalu akan ada pikiran bagaimana kalau nggak begitu yang terjadi. Itu namanya negativity bisa ya kalau kita di dalam ilmu kedokteran jiwa bilangnya seperti itu," sambungnya.
Namun karena saat ini pemberitaan sudah ada dimana-mana seperti WhatsApp grup, media sosial, dan lain sebagainya, mungkin akan sedikit sulit bagi masyarakat untuk menghindari berita tersebut.
"Kalau enggak bisa, kasih waktu. Kalau misalnya mau melihat berita-berita itu persiapkan diri dulu. Misalnya dengan melakukan relaksasi, melakukan hal-hal yang menyenangkan. Atau misalnya membaca sesuatu yang baik seperti kitab suci," tuturnya.
Selain itu, dr.Andri juga menyarankan masyarakat untuk menerapkan beberapa hal lain yang menyehatkan. Sebaiknya kita tetap berolahraga dan lakukan aktivitas fisik di bawah sinar matahari serta mengonsumsi vitamin dan menyeimbangkannya dengan asupan makanan yang bergizi.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah masalah kesehatan yang kita alami bisa menjadi penyebab terjadinya insomnia. Pastikan untuk mencegah sejumlah kondisi ini.
Baca SelengkapnyaKerap kali kita merasa bahwa ada orang lain di kamar ketika hendak tidur.
Baca SelengkapnyaMasalah sulit tidur yang kita hadapi sehari-hari bisa muncul dan terjadi akibat sejumlah hal berikut:
Baca SelengkapnyaSejumlah gangguan tidur rawan kita alami. Terdapat 10 jenis gangguan tidur yang rentan kita alami.
Baca SelengkapnyaStres bisa memunculkan sejumlah tanda yang kadang terlewat kita sadari.
Baca SelengkapnyaPerlu melakukan pola hidup sehat untuk menghilangkan insomnia. Salah satu cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan membaca kata-kata insomia yang bijak.
Baca SelengkapnyaKantuk bukan sekadar rasa lelah yang biasa, kondisi ini bisa menjadi sinyal dari tubuh kita bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Baca SelengkapnyaMimpi ketindihan atau sleep paralysis adalah fenomena yang seringkali menimbulkan ketakutan dan kebingungan.
Baca SelengkapnyaAda beragam alasan yang menurut sains manusia disebut kerap melihat penampakan.
Baca SelengkapnyaTidur siang bisa memberi banyak manfaat bagi kesehatan termasuk menurunkan risiko kanker.
Baca SelengkapnyaMeski tak terlihat atau terdengar oleh orang lain, bagi penderita halusinasi, pengalaman tersebut terasa sungguh nyata.
Baca SelengkapnyaPada saat usia bertambah, kita bisa lebih kerap mengalami masalah tidur terutama kesulitan untuk mulai tidur.
Baca Selengkapnya