Ketahui Perbedaan antara Orang Sudah Divaksinasi dan Belum ketika Positif COVID-19
Merdeka.com - Munculnya varian delta COVID-19 beberapa waktu ini bisa meningkatkan risiko kita tertular COVID-19. Hal ini menyebabkan pemerintah melakukan percepatan vaksinasi COVID-19 untuk mencegah kondisi semakin memburuk.
Pada mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 ini, menerapkan protokol kesehatan merupakan hal yang tetap harus diperhatikan. Pasalnya, bahkan ketika seseorang sudah divaksinasi, mereka juga masih mungkin terinfeksi COVID-19.
Munculnya hasil positif COVID-19 pada seseorang yang sudah mendapat vaksinasi ini masih mungkin terjadi. Pada infeksi COVID-19 ini, vaksinasi bisa mencegah seseorang menjadi sakit separah mereka mereka yang belum divaksinasi.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Siapa yang perlu menjaga kesehatan? Penting disadari bahwa seseorang yang menjaga kesehatannya akan tampak cantik dan menarik di mata orang lain.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
Dilansir dari Healthline, dr. Jason Gallagher, profesor klinis dari Temple University’s School of Pharmacy, Philadelphia mengungkap bahwa terdapat dua alasan mengapa seseorang yang sudah divaksinasi masih teinfeksi COVID-19.
"Hal pertama cukup jelas. Jika vaksin bekerja pada 90 hingga 95 persen orang, maka berarti terdapat 5 hingga 10 persen orang yang tidak bekerja," terang dr. Gallagher.
"Tingkat efektivitas tersebut bakal menurunkan persebaran virus ketika cukup banyak orang yang divaksinasi, namun sayangnya hal ini masih belum akan terwujud di saat ini," sambungnya.
Untuk alasan kedua, dr. Gallagher mengungkap bahwa alasannya lebih rumit.
"Vaksin lebih efektif dalam menahan penyakit dibanding dalam menahan infeksi," terang dr. Gallagher.
"Infeksi bisa jadi ringan atau tidak bergejala dan mungkin seseorang tidak merasa ketika mengalaminya," sambungnya.
Dengan kata lain, dr. Gallagher mengungkap bahwa vaksin bekerja dengan mencegah seseorang menjadi sakit namun tidak mencegah dari infeksi. Cara kerja vaksin adalah mencegah gejala penyakit memberat atau bahkan membuat penyakit tersebut tidak terasa sama sekali.
Vaksin Memberi Perlindungan
Ketika seseorang sudah menerima vaksinasi, terdapat perlindungan yang mereka terima dari infeksi. Berdasar data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, seseorang yang sudah divaksinasi secara penuh pada usia 65 tahun ke atas risiko masuk rumah sakit ketika terinfeksi COVID-19 menurun hingga 94 persen. Sedangkan pada seseorang yang sudah divaksinasi walau hanya sekali mengalami risiko yang menurun hingga 64 persen.
"Walau mungkin bagi seseorang yang sudah divaksinasi menjadi positif COVID-19, namun hasil vaksinasi cukup sempurna dalam mencegah penyakit parah, masuk rumah sakit, atau bahkan kematian," terang dr. Matthew Weissenbach dari Wolters Kluwer Health.
"Sebagian besar mereka yang divaksinasi dan diketahui positif COVID-19 tampak tanpa gejala atau bahkan hanya mengalami gejala ringan," sambungnya.
Dampak Perlindungan Vaksin terhadap Varian Delta
Munculnya varian delta COVID-19 diketahui juga telah menurunkan efikasi vaksin yang sebelumnya 95 persen pada jenis awal menjadi hanya 65 persen pada varian delta. Dr. William Lang dari Wordld Clinic mengungkap bahwa dampak lebih berbahaya juga dialami justru oleh mereka yang masih belum divaksin.
"Vaksinasi memang tidak akan pernah sempurna apa pun jenis vaksin yang digunakan," terang Lang.
"Namun dengan rendahnya jumlah seseorang masuk rumah sakit, hal ini mungkin dialami oleh mereka yang memang memiliki kondisi kesehatan yang menurunkan kekebalan tubuh atau meningkatkan risiko," sambungnya.
Dr. Christina Zhang dari MiDoctor Urgent Care, New York City mengungkap bahwa hanya ada satu cara untuk benar-benar membuat COVID-19 ini menghilang.
"Satu-satunya cara untuk menghentikan pandemi adalah dengan divaksinasi secara massif secepatnya," terang dr. Zhang.
Menurut dr. Zhang, setiap orang yang belum divaksin merupakan sarang potensial dari virus COVID-19 berlipat dan bermutasi. Pada mereka yang sudah menerima vaksin COVID-19, pemburukan kondisi terutama saat di rumah sakit menurun sangat drastis.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaPakar mengungkap sejumlah kiat agar masyarakat dapat menjalani liburan Natal dan Tahun Baru dengan aman di tengah kasus Covid-19 yang meningkat.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca Selengkapnya