Media Sosial Bisa Timbulkan Efek Serupa dengan Narkoba
Merdeka.com - Ketergantungan manusia modern tehadap media sosial merupakan salah satu hal yang cukup menarik untuk dikaji. Jika tanpa batasan dan pengarahan yang tepat, kebiasaan menggunakan media sosial ini dapat memicu berbagai efek buruk.
Penggunaan secara terus menerus media sosial juga diketahui dapat menimbulkan efek serupa kecanduan. Dilansir dari Medical Daily, sebuah penelitian terbaru bahkan mengungkap bahwa kecanduan media sosial memiliki efek serupa seperti kecanduan obat-obatan terlarang.
Pada sisi positifnya, psikologis telah mengetahui bagaimana munculnya suka, komen, serta pengikut baru di media sosial dapat melepas dopamin seperti halnya pada penggunaan opioid. Dengan kata lain, munculnya notifikasi baru di media sosial ini berpengaruh sangat cepat langsung ke otak.
-
Siapa yang paling rentan terkena dampak buruk media sosial? Penelitian yang dilakukan oleh Primack et al. (2017) menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecemasan dan depresi.
-
Bagaimana media sosial bisa berdampak negatif? Remaja yang menghabiskan waktu berlebihan di media sosial sering kali mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak terlalu aktif di platform tersebut.
-
Apa dampak buruk terlalu banyak bermain media sosial terhadap kehidupan seksual? Ya, itu memang menjadi akar dari berbagai masalah. Terutama karena melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna dan terkurasi bisa membuat kita merasa tidak cukup, kurang menarik, dan cenderung mengalami stres. Semua perasaan ini dapat mengurangi keinginan kita untuk berhubungan intim.
-
Apa yang bisa menyebabkan stres akibat media sosial? Pencapaian, prestasi, kekayaan atau hal-hal glamor lainnya yang kamu lihat di media sosial bisa jadi hal sensitif yang membuatmu membandingkan diri. Nggak jarang hal ini bikin minder.
-
Bagaimana adiksi smartphone mempengaruhi hubungan sosial? Yenny menekankan bahwa adiksi terhadap gawai tidak hanya memengaruhi aktivitas harian seseorang, tetapi juga dapat berdampak pada hubungan sosial dan keuangan.
-
Kenapa orang oversharing di media sosial? Oversharing juga acap menjadi pertanda bahwa seseorang menginginkan koneksi dengan orang lain yang tidak disadari.
"Obat-obatan mempengaruhi bagian otak yang berperan besar terhadap fungsi tubuh, sebagai contoh pada bagian otak yang memerintah kita untuk makan ketika lapar, mencari kehangatan ketika kedinginan, dan mesrasa lebih nyaman," jelas Profesor dari Stanford University, Keith Humpreys.
Dia mengungkap bahwa manusia merupakan binatang sosial sehingga kita bakal merasa nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain.
"Jadi ketika terungkap bahwa bagian otak tertentu jadi aktif seperti pada penggunaan kokain, bukan berarti ini membuat kecanduan namun karena efek positif dan nyaman yang ditimbulkannya," jelas Humpreys.
Namun di balik hal positif tersebut, terdapat juga bahaya buruk dari penggunaan media sosial ini. Bahkan kecanduan yang ditimbulkan selain identik dengan obat-obatan terlarang, juga serupa dengan kecanduan judi.
Pada sebuah percobaan dalam bermain judi, partisipan penelitian yang lebih buruk dalam membuat keputusan juga merupakan mereka yang memiliki ketergantungan psikologis lebih besar pada Facebook. Menurunnya pengambilan keputusan ini juga dialami oleh mereka yang mengonsumsi opioid dan kokain.
"Sekitar sepertiga manusia di bumi menggunakan media sosial, yang beberapa di antaranya menunjukkan gejala maladaptif serta penggunaan berlebih kepadanya," jelas Dar Meshi, peneliti dari Michigan State University.
"Temuan kami ini diharap mampu memotivasi agar perhatian terhadap pengunaan media sosial secara berlebih ini diseriusi," sambungnya.
Penggunaan berlebih media sosial ini ternyata malah berujung pada sejumlah masalah besar yang menantimu. Mulai sekarang batasi waktu penggunaan media sosial agar kehidupanmu berjalan lebih baik.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
WHO memperingatkan adanya efek buruk dari penggunaan media sosial.
Baca SelengkapnyaGenerasi Z menganggap media sosial paling banyak berdampak negatif.
Baca SelengkapnyaSebuah studi menunjukkan bahwa pria yang kerap memamerkan otot di media sosial berpotensi mengalami obsesi terhadap penampilan tubuh mereka.
Baca SelengkapnyaAdiksi adalah disfungsi kronis dari sistem otak yang melibatkan reward, motivasi, dan memori. Jenisnya pun beragam, bisa karena zat atau perilaku.
Baca SelengkapnyaAhli menyebut ada potensi indoktrinisasi dari China yang terjadi di konten-konten TikTok.
Baca SelengkapnyaKata-kata poster anti narkoba memainkan peran krusial dalam kampanye pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Baca SelengkapnyaRasa sebal dan marah yang kita alami saat melihat tangan dan kaki digerakkan ternyata dikenal sebagai misokinesia.
Baca Selengkapnya