Memakai bra berkawat tak sebabkan kanker
Merdeka.com - Selama ini pemakaian bra seringkali dikhawatirkan bisa memicu kanker. Karena itu, banyak wanita yang memilih tidak memakai bra karena takut akan hal itu. Namun sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa memakai bra, bahkan bra yang berkawat sekalipun, tidak menyebabkan kanker.
Hasil ini didapatkan peneliti setelah mengamati 1.500 wanita yang sudah mengalami menopause. Wanita yang menggunakan bra setiap hari, baik bra berkawat maupun tidak, dan memakainya saat tidur diketahui memiliki risiko yang sama dengan wanita yang tidak menggunakan bra.
Selama 20 tahun, debat tentang penggunaan bra yang bisa memicu kanker payudara ini menimbulkan kontroversi. hal ini karena peneliti menjelaskan bahwa kanker payudara tak ditemukan hingga wanita memakai bra. Bra dianggap bisa menghalangi pengeluaran racun sehingga bisa memicu zat kimia yang menyebabkan kanker, seperti dilansir oleh Daily Mail (05/09).
-
Kenapa benjolan payudara tidak selalu kanker? Tidak Selalu Berupa Kanker, Berikut Sejumlah Hal yang Bisa Menyebabkan Benjolan di Payudara Pada saat muncul benjolan di payudara, hal pertama yang disangka terjadi adalah kanker. Padahal, sejumlah hal ternyata juga bisa memunculkan benjolan ini. Payudara wanita bisa mengalami berbagai perubahan seiring waktu dan perkembangan wanita. Dalam beberapa kasus, benjolan atau pembengkakan dapat muncul di payudara. Meskipun kondisi ini tentu tidak biasa, ada kemungkinan bahwa benjolan tersebut bukanlah kanker.
-
Kenapa berhenti pakai bra bisa bikin payudara turun? Seiring bertambahnya usia, payudara wanita secara alami akan mengalami penurunan (atau ptosis), yang diakibatkan oleh gravitasi dan faktor-faktor lain seperti genetika dan kehamilan. Payudara terdiri dari jaringan glandular padat yang didukung oleh ligamen yang dikenal sebagai Cooper's ligaments. 'Seiring waktu, jaringan glandular digantikan oleh lemak, dan ligamen penyangga dapat meregang, yang berkontribusi pada terjadinya penurunan,' jelas Dr. Andrew J. Shapiro, seorang ahli bedah umum dan direktur medis di Comprehensive Breast Center di Wellington Regional Medical Center.
-
Bagaimana cara mencegah kanker payudara? Lebih baik mencegah daripada mengobati. Ada beberapa cara yang bisa anda coba untuk mendeteksi gejala kanker payudara di atas. Cara tersebut bernama SADARI yang digagas dari Yayasan Kanker Indonesia. Untuk melakukan SADARI, lakukan 7-10 hari pasca menstruasi:
-
Bagaimana cara tahu benjolan payudara bukan kanker? Tidak Selalu Berupa Kanker, Berikut Sejumlah Hal yang Bisa Menyebabkan Benjolan di Payudara Pada saat muncul benjolan di payudara, hal pertama yang disangka terjadi adalah kanker. Padahal, sejumlah hal ternyata juga bisa memunculkan benjolan ini. Payudara wanita bisa mengalami berbagai perubahan seiring waktu dan perkembangan wanita. Dalam beberapa kasus, benjolan atau pembengkakan dapat muncul di payudara. Meskipun kondisi ini tentu tidak biasa, ada kemungkinan bahwa benjolan tersebut bukanlah kanker. Menurut American Cancer Society, ada beberapa jenis benjolan dan pembengkakan di area payudara yang tidak dapat dianggap sebagai kanker.
-
Apa dampak pakai bra ketat? Meski bra sangat penting dalam mendukung payudara, mengenakan bra yang terlalu ketat bisa berbahaya. Menurut Montclair Breast Center, mengenakan bra yang terlalu ketat dapat mengganggu sirkulasi darah dan bahkan menimbulkan masalah kardiovaskular. Lawson menambahkan bahwa bra yang tidak pas atau terlalu ketat juga dapat menyebabkan gesekan dan iritasi pada kulit, yang berpotensi memicu infeksi bakteri atau jamur akibat penumpukan keringat di bawah payudara.
-
Kenapa kanker payudara berbahaya? Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering dialami wanita selain kanker serviks. Bahkan, kanker ini cukup ganas dan berisiko kematian.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada 3.000 orang menemukan bahwa pengguna bra yang memiliki payudara besar memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker, terutama jika mereka sudah mengalami menopause.
Namun penelitian terbaru ini menemukan tak ada kaitan antara penggunaan bra serta ukuran bra terhadap risiko terkena kanker payudara. Selain itu juga tak ada kaitan antara frekuensi penggunaan bra serta jenis bra dengan risiko terkena kanker payudara.
Hasil ini menurut peneliti memberikan keyakinan pada para wanita agar tak ragu menggunakan bra yang sesuai dengan ukuran payudara mereka dan yang tepat serta nyaman digunakan. Karena penggunaan bra diketahui tak berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker.
(mdk/kun)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lebih baik menggunakan bra atau mencopotnya ketika tidur? Simak dampak yang bisa diberikannya.
Baca Selengkapnyaenelitian terbaru yang ditinjau oleh WHO menunjukkan tidak ada bukti bahwa radiasi gelombang radio dari ponsel berhubungan dengan risiko kanker otak.
Baca SelengkapnyaPada saat wanita berhenti menggunakan bra untuk kehidupan sehari-hari, berbagai dampak berikut bisa terjadi pada tubuh:
Baca SelengkapnyaSelama ini, penggunaan smartphone kerap dianggap bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian terbaru WHO ungkap dampaknya terhadap otak.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim kacamata hitam menyebabkan penggunanya terkena kanker kulit
Baca SelengkapnyaTak sedikit orang yang salah kaprah dalam mengartikan perayaan ini ke arah negatif.
Baca SelengkapnyaRisiko kanker payudara pada wanita bisa ditekan salah satunya dengan pemberian ASI secara rutin.
Baca SelengkapnyaSalah satu mitos yang banyak dipercaya adalah bahwa memijat bisa membuat payudara cepat besar. Bagaimana faktanya?
Baca SelengkapnyaKandungan utama yang terdapat produk tembakau alternatif adalah nikotin, yang selama ini dipersepsikan secara keliru sebagai biang keladi penyebab kanker.
Baca SelengkapnyaMewarnai rambut telah menjadi tren populer di kalangan anak muda, tetapi apakah ada potensi risiko kesehatan terkait dengan penggunaan cat rambut?
Baca SelengkapnyaPenggunaan tabir surya atau sunscreen adalah salah satu langkah penting untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari dan mencegah kanker kulit.
Baca SelengkapnyaPeraturan tersebut menambahkan dua pasal dari aturan BPOM terdahulu Nomor 31 Tahun 2018, khusus untuk air minum dalam kemasan (AMDK).
Baca Selengkapnya