Miliki Gejala Mirip, Kenali Perbedaan DBD dengan COVID-19

Merdeka.com - Adanya gejala penyakit yang sama kerap membuat masyarakat tertukar dalam mendiagnosis masalah kesehatan yang dialami. Hal ini pula yang kerap terjadi pada COVID-19 dengan demam berdarah dengue (DBD).
Menanggapi hal ini, perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI menerangkan perbedaan gejala dari dua penyakit tersebut.
Menurutnya, dua penyakit tersebut sama-sama menimbulkan gejala demam. Namun, COVID-19 bisa datang tanpa demam melainkan gejala respirasi seperti batuk, sesak, anosmia, gangguan pernapasan, diare dan lain-lain.
“Demam dengue itu kalau pada dewasa gejala respirasinya sangat sedikit, kurang dari 5 persen, mungkin 1 persen aja enggak nyampe. Artinya kalau datangnya hanya karena demam tanpa gejala respirasi tetap harus pastikan ada COVID-19-nya atau tidak,” ujar Erni dalam dalam konferensi pers ASEAN Dengue Day beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, pemeriksaan untuk memastikan penyakit sangat dibutuhkan guna menentukan perawatan yang tepat.
“DBD dan COVID-19 lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Pada anak-anak, walaupun ada kasus tapi tidak terlalu banyak,” terang Erni.
Pola Demam Berbeda
Lebih jauh, Erni menyampaikan, walaupun kedua penyakit tersebut dapat menimbulkan gejala demam, demam dengue dengan demam yang disebabkan COVID-19 polanya berbeda.
“Pola demam antara DBD dan COVID-19 berbeda. Pada demam dengue, fase demam itu terjadi akibat diremia, artinya di dalam darah ada virus yang beredar,” kata Erni.
Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya itu ada terus dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari, tambahnya.
''Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun tapi tidak lama kemudian demam akan naik lagi. Jadi demam pada DBD itu sulit diturunkan dengan obat turun panas.”
Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demam nya ada terus di dalam darah, imbuhnya.
Sedang, demam pada pasien COVID-19 bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan seperti sesak napas, batuk, susah menelan, dan anosmia (kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau).
"Bedanya dengan COVID-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi," terangnya.
Sakit Kepala yang Khas
Erni menambahkan, pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.
“Ini bisa menjadi petunjuk bagi dokter agar tidak hanya memikirkan untuk melakukan tes usap tapi juga untuk memeriksakan hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan pemeriksaan NS1 protein virus dengue itu sendiri.”
Pada anak-anak, demam dengue biasanya terjadi secara akut dan mendadak serta muka mengalami merah khas. Sementara itu, gejala dari COVID-19 tidak akan membuat muka menjadi merah.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya