Miliki Gejala Mirip, Kenali Perbedaan DBD dengan COVID-19
Merdeka.com - Adanya gejala penyakit yang sama kerap membuat masyarakat tertukar dalam mendiagnosis masalah kesehatan yang dialami. Hal ini pula yang kerap terjadi pada COVID-19 dengan demam berdarah dengue (DBD).
Menanggapi hal ini, perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI menerangkan perbedaan gejala dari dua penyakit tersebut.
Menurutnya, dua penyakit tersebut sama-sama menimbulkan gejala demam. Namun, COVID-19 bisa datang tanpa demam melainkan gejala respirasi seperti batuk, sesak, anosmia, gangguan pernapasan, diare dan lain-lain.
-
Apa gejala demam berdarah? Demam yang tiba-tiba meningkat adalah salah satu tanda yang mengindikasikan adanya demam berdarah dengue (DBD). Selain itu, gejala lain yang sering muncul adalah nyeri otot dan mual. 'Tadinya anteng-anteng saja tetapi tiba-tiba demam tinggi, kalau itu disertai gejala pegal, linu, nyeri otot, nyeri di belakang mata atau mual, itu sangat dicurigai demam berdarah,' kata Dr dr Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI dalam diskusi Waspada Penyakit DBD pada Selasa (24/10/2023).
-
Bagaimana cara membedakan demam biasa dan demam yang berbahaya? Demam adalah cara tubuh melawan infeksi, tetapi peningkatan suhu yang signifikan jarang disebabkan oleh flu biasa. 'Demam lebih sering muncul akibat flu, bronkitis, atau pneumonia,' kata Dr. Pathak. Jika suhu tubuh Anda mencapai 100,5°F atau lebih, penting untuk segera mencari bantuan medis.
-
Apa yang sebenarnya demam itu? Menurut Dr. Arifianto, SpA, demam bukanlah penyakit, melainkan gejala bahwa tubuh sedang melawan infeksi.
-
Apa gejala demam berdarah yang harus diwaspadai? Beberapa gejala yang harus diwaspadai oleh orangtua saat anak mengalami perburukan DBD antara lain tidak adanya perbaikan kondisi setelah suhu tubuh menurun, anak terus menolak makan dan minum, nyeri perut hebat, lemah, lesu, dan keinginan anak untuk terus tidur. Selain itu, perubahan perilaku seperti marah-marah, pucat, tangan dan kaki yang dingin, perdarahan, serta tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam juga perlu diperhatikan.
-
Apa yang menyebabkan demam berdarah? Demam berdarah, yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi, dikenal menyebabkan demam tinggi dan nyeri tubuh.
“Demam dengue itu kalau pada dewasa gejala respirasinya sangat sedikit, kurang dari 5 persen, mungkin 1 persen aja enggak nyampe. Artinya kalau datangnya hanya karena demam tanpa gejala respirasi tetap harus pastikan ada COVID-19-nya atau tidak,” ujar Erni dalam dalam konferensi pers ASEAN Dengue Day beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, pemeriksaan untuk memastikan penyakit sangat dibutuhkan guna menentukan perawatan yang tepat.
“DBD dan COVID-19 lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Pada anak-anak, walaupun ada kasus tapi tidak terlalu banyak,” terang Erni.
Pola Demam Berbeda
Lebih jauh, Erni menyampaikan, walaupun kedua penyakit tersebut dapat menimbulkan gejala demam, demam dengue dengan demam yang disebabkan COVID-19 polanya berbeda.
“Pola demam antara DBD dan COVID-19 berbeda. Pada demam dengue, fase demam itu terjadi akibat diremia, artinya di dalam darah ada virus yang beredar,” kata Erni.
Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya itu ada terus dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari, tambahnya.
''Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun tapi tidak lama kemudian demam akan naik lagi. Jadi demam pada DBD itu sulit diturunkan dengan obat turun panas.”
Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demam nya ada terus di dalam darah, imbuhnya.
Sedang, demam pada pasien COVID-19 bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan seperti sesak napas, batuk, susah menelan, dan anosmia (kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau).
"Bedanya dengan COVID-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi," terangnya.
Sakit Kepala yang Khas
Erni menambahkan, pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.
“Ini bisa menjadi petunjuk bagi dokter agar tidak hanya memikirkan untuk melakukan tes usap tapi juga untuk memeriksakan hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan pemeriksaan NS1 protein virus dengue itu sendiri.”
Pada anak-anak, demam dengue biasanya terjadi secara akut dan mendadak serta muka mengalami merah khas. Sementara itu, gejala dari COVID-19 tidak akan membuat muka menjadi merah.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaDBD dapat mengakibatkan gejala yang parah hingga mengancam nyawa, sehingga edukasinya penting dipahami.
Baca SelengkapnyaDengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Baca SelengkapnyaAda beberapa tanda-tanda demam berdarah pada anak yang perlu diwaspadai para orang tua.
Baca SelengkapnyaTerjadinya demam merupakan hal yang biasa, namun ketika disertai dengan sejumlah hal berikut maka Anda sebaiknya waspada.
Baca SelengkapnyaPer 1 Maret 2024, tercatat kasus DBD mencapai 16.000 kasus
Baca SelengkapnyaMemahami perbedaan antara dua jenis nyamuk demam berdarah merupakan langkah penting dalam pencegahan.
Baca SelengkapnyaPenting bagi orang tua untuk mengetahui fase-fase demam berdarah pada anak, agar bisa mengenali gejala-gejala awal dan memberikan penanganan yang sesuai.
Baca SelengkapnyaDemam berdarah merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk melakukan pencegahan DBD.
Baca SelengkapnyaBagaimana caranya para orang tahu gejala atau ciri-ciri anak yang terkena penyakit DBD? Berikut informasinya.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dewi Asmara mengatakan, kasus DBD saat ini naik lebih tinggi dibandingkan tahun 2023.
Baca Selengkapnya