Orangtua Harus Tega dalam Membatasi Ketika Anak Bermain Gadget
Merdeka.com - Pada orangtua anak generasi alfa, masalah yang biasa dihadapi adalah terkait penggunaan gadget. Masalah ini biasanya membawa pengaruh pada pola pengasuhan dan karakteristik anak. Anak-anak ini cenderung lebih kreatif dan mandiri namun juga tidak sabaran dan tidak mengenal proses.
“Ada istilah yang namanya instant gratification. Jadi, anak-anak ingin segera dipuaskan. Kepingin apa, harus dapat sekarang. Alhasil, mereka jadi gampang bosan, ngambek, dan cranky,” ujar psikolog Ajeng Raviando.
Ini pun ditunjukkan dalam survei GueSehat. Sekitar 30,3 persen partisipan mengaku kalau karakter yang paling dominan dirasakan dari anak-anak mereka adalah tidak sabaran. Sedangkan 5,2 persen ibu mengakui anak mereka cenderung individualis.
-
Apa saja penyebab anak stres? Penyebab stres pada anak bukan hanya merupakan masalah kecil, tetapi juga dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental dan fisik mereka.
-
Apa contoh perilaku impulsif anak? Mereka mungkin terlihat tidak mengindahkan larangan, seperti mencoba memasukkan benda kotor ke dalam mulut atau melemparkan benda meskipun dilarang.
-
Kenapa anak tantrum saat frustrasi? 'Sebagian besar tantrum terjadi karena anak merasa kesulitan mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata,' tambah Dr. Amira.
-
Kenapa terlalu memanjakan anak bisa turunkan kecerdasannya? Anak-anak yang terlalu dimanjakan cenderung tidak dapat menghadapi tantangan atau mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
-
Kenapa anak rewel saat keinginannya tidak terpenuhi? Anak seringkali menunjukkan perilaku rewel ketika keinginan mereka tidak dipenuhi.
-
Kapan anak yang dimanjakan jadi kurang disiplin? Mereka merasa bebas melakukan apa pun tanpa konsekuensi, yang membuat mereka sering kali melanggar aturan baik di rumah maupun di lingkungan sekolah. Kurangnya disiplin ini bisa berdampak buruk pada prestasi akademik, perilaku sosial, dan kedewasaan emosional mereka di masa depan.
Selain tidak sabaran, kurangnya memahami proses juga membuat anak-anak generasi alfa memiliki empati yang lebih rendah, keterampilan sosial tidak terasah, dan kurang tangguh.
“Kalau orang yang memahami proses kan pernah salah, gagal, dan tahu kalau rasanya tidak enak. Dari kegagalan-kegalanan tadi, justru membentuk seseorang menjadi lebih banyak akal, tidak mudah menyerah, dan tidak mudah putus asa” jelas Ajeng.
Meski terkesan sederhana, ternyata mengajarkan anak mengenai proses perlu dilakukan sejak dini demi masa depannya. Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi., menuturkan bahwa anak yang tidak terbiasa menjalani proses dan menghadapi kesulitan secara mandiri, selalu dilayani, dan sebagainya, cenderung mudah frustasi saat menghadap rintangan atau kegagalan.
Orang tua juga harus tega membatasi penggunaan perangkat elektronik, salah satunya gawai, pada anak. Vera menganjurkan batasan penggunaan gadget untuk anak di bawah 18 bulan adalah hanya boleh melakukan video call. Sedangkan usia 18-24 bulan tidak boleh lebih dari 30-45 menit dan harus didampingi orang tua.
Untuk usia 2-5 tahun, anak boleh menonton selama 1 jam tetapi tidak boleh bermain game. Sementara untuk usia 6 tahun ke atas (usia sekolah dasar), hanya 1-2 jam sehari. Itu pun hanya menonton tetapi tidak boleh memasukkan aplikasi game apa pun di handphone. Kalau ingin bermain game, hanya boleh di akhir pekan.
Survei Guesehat menunjukkan, ini masih menjadi tantangan besar bagi ibu masa kini. Ketika anak dipisahkan dari gawainya, sebanyak 50,1 persen ibu menyebutkan bahwa buah hatinya akan uring-uringan tetapi perhatiannya bisa dialihkan dan 46,1 persen mengaku anak akan biasa-biasa saja. Namun, 3,7 persen ibu mengatakan anak mereka bisa sampai tantrum dan mengamuk.
Menurut Ajeng, selain karakter tidak sabaran, paparan gadget di bawah usia lima tahun dapat menganggu perkembangan motorik kasar.
“Kalau kita bicara anak zaman sekarang, banyak lho yang tidak bisa main sepeda. Belum tentu juga mereka bisa berenang. Padahal, hal-hal dasar itu dibutuhkan oleh anak untuk bisa mempertahankan diri dalam kondisi tertentu,” tandas Ajeng.
Reporter: Anisha Saktian PutriSumber: Fimela.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak sedikit anak-anak zaman sekarang yang sudah kecanduan gadget sejak masih kecil.
Baca SelengkapnyaLantas, seberapa lama idealnya seseorang menggunakan gadget dalam sehari?
Baca SelengkapnyaUntuk mencegah kecanduan gadget pada anak secara efektif, orangtua perlu menetapkan beberapa langkah ampuh. Simak di artikel ini!
Baca SelengkapnyaHampir semua anak terlena dan mencurahkan perhatian mereka secara berlebihan pada gadget.
Baca Selengkapnyatahukah kalian bahwa penggunaan gadget pada anak memiliki dampak yang berbahaya?
Baca SelengkapnyaPenggunaan gawai secara berlebihan pada anak bisa sebabkan berbagai dampak buruk termasuk munculnya kebiasaan tantrum pada anak.
Baca SelengkapnyaPaparan yang terus-menerus terhadap layar ponsel dapat memengaruhi perkembangan kognitif, kesehatan fisik, serta kesejahteraan emosional dan sosial anak.
Baca SelengkapnyaPenelitian mengungkap bahwa anak yang sering menggunakan tablet mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur emosi.
Baca SelengkapnyaMeskipun terlihat seperti bentuk kasih sayang, memanjakan anak secara berlebihan dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan mereka di masa depan.
Baca SelengkapnyaPara orang tua harus mewaspadai kebiasaan gaming (bermain gim video) menjadi gambling (berjudi)
Baca Selengkapnya