Orangtua Perlu Tahu, Ini Kondisi Demam Pascaimunisasi yang Perlu Dikhawatirkan
Merdeka.com - Pemberian imunisasi pada anak merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada orangtua. Salah satu kejadian pascaimunisasi pada anak adalah munculnya demam. Walau begitu, tak semua demam pascaimunisasi ini perlu dikhawatirkan orangtua.
Ketua Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., Sp.A (K) mengatakan demam yang mengakibatkan kejang menjadi salah satu kondisi kesehatan yang harus diwaspadai pada anak pascaimunisasi.
"Kalau demam itu tidak usah dikhawatirkan. Yang perlu panik itu kalau demam itu menyebabkan kejang. itu baru kita harus hati-hati," ujar Prof Sri beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Kenapa kejang demam bisa terjadi pada anak? Penyebab Kejang Demam pada Anak Kejang demam pada anak dijelaskan berhubungan erat dengan kondisi yang mampu menyebabkan anak mengalami demam tinggi. Misalnya adanya infeksi virus, infeksi bakteri dan kondisi usai imunisasi seperti vaksin DPT dan MMR.
-
Apa yang dimaksud dengan kejang demam pada anak? Kondisi tersebut dikenal dengan kejang demam. Kejang demam pada anak atau yang sering disebut penyakit step terjadi akibat adanya kenaikan suhu tubuh alias demam yang tinggi. Pada umumnya, demam tinggi itu disebabkan oleh adanya inveksi virus ataupun bakteri.
-
Kenapa kejang demam pada anak perlu dicegah? Kejang demam pada anak dapat dicegah dengan obat penurun panas yang aman, seperti parasetamol.
-
Bagaimana cara mengatasi kejang demam pada anak? Para orang tua dianjurkan untuk tetap tenang dan jangan panik berlebihan ketika melihat si kecil mengalami kejang demam. Tujuannya adalah agar para orang tua bisa berpikir jernih. Sehingga nantinya para orang tua bisa memberikan pertolongan pertama sebagai cara mengatasi kejang demam pada anak.
-
Siapa yang berisiko tinggi mengalami kejang demam? Anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun memiliki risiko tinggi mengalami kejang demam, terutama ketika mereka mengalami demam tinggi.
-
Kenapa suhu badan anak yang naik cepat bisa sebabkan kejang demam? Salah satu penyebab utama kejang demam pada anak adalah suhu tubuh yang naik dengan cepat. Ketika suhu tubuh anak melonjak secara tiba-tiba, ini dapat memicu sistem saraf yang sensitif dan menyebabkan kejang.
Dia mengatakan anak yang memiliki riwayat kejang harus mendapat perhatian khusus dari orang tua ketika akan melakukan imunisasi.
Orang tua, kata dia, harus menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan seperti obat panas dan obat kejang guna mengantisipasi timbulnya kejang pada anak tersebut.
Sementara itu, Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Dr dr Hartono Gunardi, SpA(K) menjelaskan bahwa demam pada anak pascaimunisasi merupakan hal yang umum terjadi sebagai kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI).
Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukannya, demam tinggi pada anak pascaimunisasi relatif sangat sedikit terjadi.
"Kita pernah teliti di daerah Jakarta dan Bandung, kira-kira 596 orang itu dipantau KIPI-nya. KIPI demam itu kira-kira hanya 25 persen di atas 28 derajat (celsius). Tapi kalau demamnya tinggi 39 derajat (celsius) ke atas itu hanya 1 persen. Kisarannya hanya 0,5 sampai 1,5 persen, jadi kalau dirata-rata 1 persen. Jadi ibaratnya sangat-sangat jarang," kata dia.
Prof. Hartono mengatakan demam pascaimunisasi umumnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah pemberian vaksin. Menurut dia, gejala demam ini adalah respons normal tubuh terhadap vaksinasi dan merupakan tanda bahwa sistem kekebalan sedang aktif.
Dia mengatakan demam pascaimunisasi adalah hal yang umum terjadi dan tidak perlu menjadi sumber kekhawatiran bagi orang tua. Dia menekankan pentingnya memberikan obat penurun demam hanya jika suhu tubuh anak melebihi batas yang ditetapkan.
"Suhu normal itu sampai 37,5 derajat (celsius). Tapi biasanya kita beri obat itu di atas 38 derajat (celsius)," ucap Prof. Hartono.
Sebelum memberikan obat, kata dia, sebaiknya perhatikan sejumlah faktor lainnya. Misalnya, suhu yang sedikit di atas 37,5 derajat dapat disebabkan oleh kurangnya minum atau penggunaan penghangat tubuh yang tebal.
Dalam kasus seperti itu, memberikan minuman yang cukup dan melepaskan beberapa lapisan pakaian mungkin sudah cukup untuk menurunkan suhu tubuh.
"Jadi kita jangan cepat-cepat memberi obat penurun demam juga. kadang-kadang 37,7 derajat itu bisa turun lagi," terangnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejang demam pada anak adalah kondisi yang seringkali mengkhawatirkan bagi orangtua dan pengasuh.
Baca SelengkapnyaBerikut cara mengatasi kejang demam pada anak yang perlu diketahui oleh para orang tua.
Baca SelengkapnyaTerdapat beberapa gejala demam yang berbahaya pada bayi dan tidak boleh disepelekan.
Baca SelengkapnyaJumlah kasus DBD di Kota Reog ini diduga lebih banyak dari data resmi Dinkes
Baca SelengkapnyaDifteri pertama kali terdeteksi di Pamekasan pada tahun 2018 silam.
Baca SelengkapnyaDBD menjangkiti kelompok usia produktif dan paling banyak terjadi di usia anak-anak.
Baca SelengkapnyaAncaman infeksi demam berdarah pada anak bisa dicegah dengan peran aktif orangtua secara tepat.
Baca SelengkapnyaAda beberapa tanda-tanda demam berdarah pada anak yang perlu diwaspadai para orang tua.
Baca SelengkapnyaTerjadinya infeksi saluran kemih pada anak perlu disadari orangtua dengan cepat untuk mencegahnya jadi parah.
Baca SelengkapnyaMeski mengkhawatirkan dan menakutkan, orangtua harus tenang saat anak sedang kejang. Setelah kejang mereda, segera bawa ke dokter atau RS terdekat.
Baca SelengkapnyaPenting bagi orang tua untuk mengetahui fase-fase demam berdarah pada anak, agar bisa mengenali gejala-gejala awal dan memberikan penanganan yang sesuai.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi adanya kasus polio baru di Klaten, Jawa Tengah.
Baca Selengkapnya