Penyakit Kanker Ternyata Dipengaruhi Kondisi Ekonomi Suatu Negara
Merdeka.com - Kondisi perekonomian yang dimiliki oleh suatu negara ternyata dapat menentukan tingginya penyakit kanker yang ada. Hal ini diungkapkan oleh Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre (PCC), Singapura Dr. Ang Peng Tiam.
"Beberapa kanker terkait dengan kekayaan, beberapa kanker terkait dengan kemiskinan," kata Ang ketika ditemui Health Liputan6.com di kawasan Sudirman, Jakarta.
Ang memberikan sebuah ilustrasi. Kanker payudara misalnya, penyakit ini banyak ditemui di negara-negara dengan perekonomian yang baik atau maju seperti Singapura dan Amerika Serikat. Sementara itu, jenis kanker yang banyak menyerang perempuan ini tidak banyak ditemukan di India.
-
Apa yang menyebabkan kanker? Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh.
-
Apa saja faktor risiko kanker? Aru menjelaskan bahwa makanan berkontribusi sekitar 35 persen terhadap risiko kanker, diikuti oleh rokok dengan 30 persen, dan kurangnya aktivitas fisik dengan persentase yang signifikan.
-
Kenapa kasus kanker di Indonesia meningkat? Meningkatnya Jumlah Kanker di Indonesia Terjadi Akibat Gaya Hidup Kebaratan Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
-
Dimana ditemukan peningkatan kasus kanker? Fenomena peningkatan kasus kanker di Indonesia, terutama pada usia muda, telah menjadi perhatian serius Yayasan Kanker Indonesia (YKI).
-
Siapa yang paling rentan terkena penyakit kanker? Berdasarkan data dari American Cancer Society, 77% dari semua kasus kanker dialami oleh orang yang berusia di atas 55 tahun.
-
Apa jenis makanan yang dapat meningkatkan risiko kanker? Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal Advances in Nutrition pada tahun 2021, yang meninjau 210 studi mengenai 13 jenis makanan dan kaitannya dengan risiko kanker, menunjukkan bahwa terdapat dua jenis makanan yang memiliki korelasi kuat dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Ang mengatakan, kondisi ekonomi yang baik juga membuat konsumsi daging merah atau makanan berlemak semakin tinggi. Ini berbanding terbalik dengan negara-negara miskin yang lebih banyak mengonsumsi makanan berbasis tumbuhan.
"Ini salah satu alasan mengapa kanker payudara atau kolorektal lebih banyak ditemui di negara-negara Barat jika dibandingkan dengan India," tambah dokter yang merupakan Direktur Medis PCC itu.
"Sementara itu, kanker yang terkait dengan kemiskinan salah satunya adalah kanker perut. Namun banyak orang berargumen, kalau begitu, kenapa ini tinggi di Jepang? Hal ini karena di Jepang, ada faktor makanan yang mempengaruhi," ujar Ang.
Maka dari itu, meskipun punya pengaruh, tetapi bukan berarti suatu kanker disebabkan secara tunggal oleh kondisi ekonomi suatu negara. Ada banyak faktor risiko yang menimbulkan hal semacam ini.
"Misalnya kanker hati banyak ditemukan di negara yang tinggi angka hepatitis B atau hepatitis C. Misalnya di Singapura, karena bayi sudah divaksin hepatitis, jumlah kanker hati perlahan menurun."
Ketika tahu bahwa angka kanker payudara dan serviks di Indonesia terbilang tinggi, Ang mengatakan bahwa ada kemungkinan berbagai jenis kanker lain yang belum terungkap. Ini karena wilayah Indonesia yang luas serta terdiri dari beragam kondisi ekonomi.
"Indonesia tidak bisa langsung dikotak-kotakkan yang paling sering satu jenis kanker tapi harus dilihat berdasarkan kelompok orang di dalamnya," ujar Ang.
"Indonesia adalah negara yang sangat besar, kemampuan untuk melihat seluruh negara sangatlah kompleks. Jadi ketika ditemukan bahwa kanker payudara adalah yang paling sering, patut dipertanyakan apa itu mayoritas di Jakarta atau di desa-desa kecil di mana orang mungkin kena kanker tapi tidak tahu penyebabnya," sambungnya.
Jika dibandingkan dengan Singapura, akurasi pendataan jelas lebih mudah karena penduduknya tidak terlalu banyak dan berada di satu wilayah kecil. Sementara di Indonesia, ada sekitar 200 juta penduduk yang tersebar di ribuan pulau.
"Maka dari itu, kalau soal akurasi di Singapura mungkin lebih mudah ketimbang di Indonesia yang penduduknya banyak dan terpencar-pencar," jelas Ang.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prediksi genetik risiko penyakit juga bergantung pada latar belakang sosial ekonomi seseorang.
Baca Selengkapnya"Beban kesehatan yang dikeluarkan karena penyakit paru kronis itu jauh lebih besar dari pendapatan Bea Cukai," kata Budi.
Baca SelengkapnyaHarga kepemilikan mobil di Singapura, yang termahal secara global dengan rata-rata 2,5 kali lipat telah melonjak 15 persen dari tahun sebelumnya dalam dolar AS.
Baca SelengkapnyaMenurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
Baca SelengkapnyaKanker adalah penyakit mematikan yang perlu diwaspadai setiap orang.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia kasus kanker paru-paru banyak ditemukan pada usia produktif sekitar 40 tahun.
Baca SelengkapnyaPenyakit kanker paru memiliki dua jenis utama yang bisa dibedakan dari selnya.
Baca SelengkapnyaJenis kanker ini terjadi ketika sel-sel di ginjal tumbuh secara tidak normal dan tidak terkendali.
Baca SelengkapnyaEstimasi ini mengasumsikan faktor-faktor lain yang terkait dengan potensi penghasilan.
Baca SelengkapnyaTindakan pencegahan bisa menekan anggaran pengobatan masyarakat.
Baca SelengkapnyaTidur siang bisa memberi banyak manfaat bagi kesehatan termasuk menurunkan risiko kanker.
Baca SelengkapnyaKisah beberapa WNI yang memutuskan lebih memilih berobat di rumah sakit luar negeri.
Baca Selengkapnya