Sebagian Besar Pasien Ternyata Tak Jujur Kepada Dokter Tentang Penyakitnya
Merdeka.com - Ketika sedang berkonsultasi dengan dokter, seberapa sering kamu menjawabnya secara jujur? Apakah kamu sering merahasiakan sakit yang kamu alami atau malah melebih-lebihkannya? Ternyata berdasar penelitian, banyak orang yang tidak jujur ketika berhadapan dengan dokter.
Dilansir dari Science Daily, sebesar 60 hingga 80 persen dari orang yang disurvei mengaku tidak jujur ketika berkonsultasi ke dokter tentang kondisi mereka. Bahkan sebanyak sepertiga responden mengaku tak sepakat dengan rekomendasi yang diberikan dokter. Sebagian lainnya adalah karena mereka tidak dapat memahami instruksi dari klinik.
Ketika responden menjelaskan mengapa mereka tak jujur, sebagian mengatakan bahwa mereka berusaha agar tidak terlalu diadili dan diceramahi mengenai buruknya perilaku mereka. Lebih dari setengah mengaku terlalu malu untuk berkata jujur.
-
Apa yang tidak disadari oleh 70% penderita? Dalam acara Kemencast Kementerian Kesehatan pada 17 Juli 2024, Profesor Dr. dr. Pradana Soewondo SpPD-KEMD menyatakan bahwa sekitar 70 persen orang dengan kadar gula darah tinggi tidak menyadari bahwa mereka telah memasuki fase diabetes.
-
Apa tantangan pasien kanker? 'Ini kan bukan penyakit yang enak, pasti membuat orang khawatir, takut dan sebagainya. Nah, kita yang berada di sekitarnya harus memberi support. Di samping itu, suami dan keluarga yang berada di dekatnya harus memberikan semangat pada dirinya,' ungkap Ikhwan dalam acara gelar wicara bertema 'Mengenal Metastasis Her2-Low' dilansir dari Antara.
-
Kenapa perempuan itu sulit mendapatkan diagnosis? Mungkin sulit untuk mendapatkan diagnosis sindrom pembuatan bir otomatis, karena sangat jarang terjadi. Kurang dari 100 kasus telah dilaporkan sejak ditemukan pada akhir tahun 1940-an.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Siapa yang terdampak dari kurangnya dokter? Pandemi Covid-19 telah menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya mempersiapkan perlindungan baik jiwa maupun kesehatan demi menjaga stabilitas keuangan keluarga.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
"Banyak orang ingin terlihat dihargai oleh dokter mereka," ujar peneliti senior, Angela Fagerlin, Ph.D., ketua ilmu kesehatan masyarakat dari U Health.
"Mereka takut dipandang sebagai seseorang yang tidak bisa membuat keputusan baik," tambahnya.
Penelitian ini dilakukan terhadap dua populasi berbeda. Penelitian pertama untuk melihat respons dari 2.011 pastisipan dengan usia rata-rata 36 tahun. Sedangkan penelitian kedua dilakukan pada 2.499 partisipan dengan rata-rata usia 61 tahun.
Pada kedua survei, responden wanita yang merasa lebih muda dan mengaku sakit-sakitan cenderung untuk gagal mendapat informasi medis yang relevan dari ahli medis mereka.
"saya terkejut bahwa ternyata sangat banyak orang yang tidak jujur dengan hal ini dan mereka juga mengakuinya," ujar salah satu peneliti lain, Andrea Gurmankin Levy, Ph.D., MBe, associate professor pada ilmu sosial Middlesex Community College in Middletown, Connecticut.
Masalah yang timbul dari ketidakjujuran pasien ini adalah dokter jadi tak dapat memberikan saran kesehatan yang akurat karena mereka tak mendapat fakta yang sesungguhnya.
"Jika pasien tidak memberikan informasi mengenai apa yang mereka makan, atau apakah mereka telah mengonsumsi obat yang diberikan, hal ini dapat berpengaruh signifikan pada kesehatan mereka. Terutama jika mereka memiliki penyakit kronis," jelas Levy.
Memahami masalah ini secara lebih dalam dapat berujung pada cara untuk menyelesaikan masalah. Levy dan Fagerlin berharap dapat mengulangi penelitian ini dan berbincang dengan pasien mengenai pertemuan dengan dokter ketika hal tersebut masih baru saja mereka alami.
Wawancara secara langsung dapat membantu mengenali faktor lain yang mempengaruhi interaksi antara pasien dan dokter ini. Sebagai contoh, apakah pasien akan lebih terbuka terhadap dokter yang telah mereka kenali selama bertahun-tahun.
Fagerlin juga mengungkap bahwa pasien bukanlah satu-satunya yang harus disalahkan dalam hal ini.
"Bagaimana komunikasi yang terjadi pada situasi tertentu mungkin menyebabkan pasien menjadi enggan untuk terbuka," jelas Fagerlin.
"Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah ada cara untuk melatih dokter untuk membuat pasien lebih nyaman," tandasnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hingga saat ini tingkat kesembuhan pasien kanker anak di Indonesia hanya 45 persen. Jauh di bawah negara maju yang di kisaran 70-80 persen.
Baca SelengkapnyaBagi pasien kanker payudara, dukungan orang terdekat merupakan hal penting untuk pemulihannya.
Baca SelengkapnyaSetelahnya KPK baru bisa menyelidiki dugaan klaim fiktif di kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaSelf diagnose yang dilakukan seseorang bisa menyebabkan kondisi mental tidak terdiagnosis dengan tepat dan malah semakin parah.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, kurang lebih 11 ribu anak per tahun yang terdiagnosis kanker.
Baca SelengkapnyaDari 1.000 lebih perundungan yang di klarifikasi ternyata sebagian besar bukan perundungan. Hanya 30 persen atau 300 kasus
Baca SelengkapnyaBanyak pasien kanker anak baru mengetahui kondisi kesehatannya setelah memasuki stadium lanjut.
Baca SelengkapnyaIkatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.
Baca SelengkapnyaTingginya angka pekerja yang mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan di dunia kerja, diperburuk dengan penanganan kasus yang cenderung tak maksimal.
Baca SelengkapnyaAdapun metode skrining yang digunakan, melalui kuesioner Patient Health Questionnaire-9 atau PHQ-9.
Baca Selengkapnya