Tak disangka, paracetamol tak mujarab untuk sembuhkan flu
Merdeka.com - Saat flu, kita cenderung untuk mengonsumsi banyak air putih dan mengambil beberapa paracetamol. Tetapi, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa paracetamol tidak seefektif yang kita bayangkan. Mengonsumsi banyak air memang benar membantu kita untuk sembuh dengan lebih cepat dari flu. Tetapi, hal ini tidak berlaku bagi paracetamol.
Penelitian yang datang dari selandia baru menemukan bahwa obat penghilang rasa sakit tidak membantu seseorang mengatasi flu. Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan 80 orang yang mengalami gejala flu. Setengah dari jumlah tersebut mengonsumsi paracetamol dan setengahnya lagi mengonsumsi plasebo.
Hasilnya, tidak ada perbedaan yang terjadi antara orang yang mengonsumsi plasebo dan paracetamol. Menurut para peneliti, ini adalah uji coba pertama yang dilakukan pada paracetamol. Ini karena penggunaan paracetamol untuk mengobati flu tidak pernah dipertanyakan sebelumnya. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah paracetamol ternyata tidak efektif untuk mengatasi flu.
-
Mengapa amoxcillin tidak efektif untuk flu? Amoxicillin tidak akan mengobati infeksi virus seperti flu.
-
Kenapa antibiotik tidak efektif untuk batuk atau pilek? Penting untuk tidak menggunakan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti batuk atau pilek, karena ini merupakan kesalahan umum.
-
Kenapa antibiotik tidak efektif untuk pilek? Penting untuk diingat bahwa antibiotik ditujukan untuk mengatasi infeksi bakteri, bukan infeksi virus. Oleh karena itu, mengonsumsi antibiotik saat mengalami pilek tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Mengapa hal ini terjadi? Karena virus dan bakteri memiliki mekanisme yang sangat berbeda dalam tubuh kita.
-
Kenapa obat tidak bekerja efektif jika makan makanan tertentu? Saat mengonsumsi obat, sering kali kita tidak menyadari bahwa makanan yang kita konsumsi dapat berinteraksi dengan obat dan mempengaruhi kinerjanya di dalam tubuh.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Mengapa fakta kuantitatif memiliki kekurangan? Data kuantitatif mungkin tidak memberikan pemahaman mendalam tentang konteks atau alasan di balik fenomena yang diamati.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jangan cepat-cepat minum antibiotik ketika batuk dan pilek. Yuk, kenali risiko dan efek samping yang mungkin muncul.
Baca SelengkapnyaTerdapat sejumlah mitos terkait pengobatan saat anak demam. Ketahui mana yang mitos dan mana yang fakta.
Baca SelengkapnyaTahukah kamu bahwa mengonsumsi antibiotik untuk mengatasi batuk dan pilek sebenarnya merupakan kesalahan?
Baca SelengkapnyaPerhatikan petunjuk label obat sebelum mengonsumsinya.
Baca SelengkapnyaBenarkah kumur dengan air rebusan daun jeruk nipis dan garam ampuh mengobat sakit gigi?
Baca SelengkapnyaTapi, benarkah minuman dingin bisa menyebabkan penyakit tertentu pada tubuh seseorang?
Baca SelengkapnyaBenarkah ramuan rempah-rempah bisa menggantikan terapi cuci darah bagi penderita gagal ginjal?
Baca SelengkapnyaDiduga, si ibu menggunakan obat tersebut agar daging yang dimasak jadi lebih empuk saat dimakan.
Baca Selengkapnya