Tak Hanya Orang Tua, Bayi Juga Bisa Menderita Glaukoma
Merdeka.com - Banyak orang menganggap bahwa penyakit mata glaukoma hanya bisa diderita pada orang dengan usia tua saja. Faktanya, penyakit ini bisa diderita pula oleh anak dan bahkan juga pada bayi yang baru lahir.
"Risiko yang terjadi pada orang muda mungkin untuk glaukoma primer tidak, tetapi bisa terjadi untuk glaukoma sekunder. Sebagian besar glaukoma sekunder. Ada juga yang pada bayi atau glaukoma kongenital," kata dokter spesialis mata Astri Suryono pada Health Liputan6.com.
Dokter yang akrab disapa Tria mengatakan, bayi yang lahir dengan glaukoma akan memiliki mata yang besar. Besar yang dimaksud di sini berarti ada kelainan atau abnormal dan memiliki ukuran yang tidak biasa jika dibandingkan dengan ukuran mata bayi normal.
-
Siapa yang berisiko terkena glaukoma? Glaukoma kebanyakan menyerang orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun, namun orang dewasa muda, anak-anak, dan bahkan bayi juga dapat mengidapnya.
-
Apa itu glaukoma? Glaukoma adalah sekelompok penyakit mata yang merusak saraf optik, yang merupakan saraf utama untuk penglihatan.
-
Siapa yang berisiko punya masalah penglihatan? Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dari orang tua dengan masalah penglihatan, seperti rabun jauh atau rabun dekat, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah serupa.
-
Siapa yang berisiko terkena katarak kedua? Kasus kejadian katarak kedua atau PCO sebesar 20-50% pada 1-5 tahun setelah menjalani operasi pembersihan katarak.
-
Mengapa glaukoma berbahaya? Jika kerusakannya semakin parah, glaukoma dapat menyebabkan kehilangan penglihatan atau bahkan kebutaan total dalam beberapa tahun.
Tria mengatakan, glaukoma konginetal diakibatkan oleh kelainan genetik. Namun, lokus gen-nya berbeda dari mereka yang mengalami glaukoma primer atau yang penyebabnya tidak diketahui (ada kemungkinan pengaruh genetik).
"Jadi ada gen yang salah kode mengakibatkan peningkatan tekanan bola mata saat bayi masih di kandungan, sehingga saat lahir tekanannya menjadi tinggi. Saraf mata juga mungkin sudah rusak," kata Tria.
"Walaupun angkanya lebih sedikit daripada glaukoma primer pada orang dewasa, tetapi itu ada," pungkasnya. Selain itu, Tria menambahkan bahwa mereka yang memiliki kultur perkawinan antar keluarga memiliki risiko besar terkena masalah tersebut.
Mereka yang sudah mengalami glaukoma konginetal akan mengalami kesulitan selama hidupnya, sehingga untuk mengatasinya tergantung dari kasus yang dialami. Sementara, penggunaan kacamata dianggap tidak banyak membantu karena saraf mata anak itu sudah rusak.
"Dia tidak menyelesaikan masalah. Makanya harus deteksi dini atau secepatnya bila dari bayi, mata anak berbeda secara anatomi. Pada primer yang dewasa pun juga tidak mudah mendiagnosis glaukoma. Makanya selalu anjurannya adalah skrining," kata Tria.
Sementara untuk anak muda, Tria mengatakan bahwa glaukoma yang terjadi banyak yang diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan obat-obatan tertentu. Dia mengakui, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta banyak mendapatkan pasien muda dengan kasus semacam itu.
"Karena itu, penting untuk edukasi terhadap masyarakat," tandas Tria.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Glaukoma adalah suatu kondisi yang dapat merusak saraf optik mata, dan akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Baca SelengkapnyaStroke pada anak adalah kejadian yang relatif jarang terjadi, tetapi dapat memiliki dampak serius pada kesehatan dan perkembangan anak.
Baca SelengkapnyaPada anak penderita kanker, kondisi leukimia atau kanker darah bisa menunjukkan sejumlah tanda yang perlu dikenali.
Baca SelengkapnyaMasalah rabun jauh mungkin dialami oleh anak dan menunjukkan sejumlah gejala yang perlu dikenali orangtua berikut.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang penyebab floaters mata di usia muda sekaligus gejala dan faktor risikonya.
Baca SelengkapnyaSemakin banyaknya anak kecil yang berkacamata di saat ini dipicu oleh sejumlah hal.
Baca SelengkapnyaKondisi kehidupan pada saat ini membuat hipertensi tak hanya penyakit orangtua semata namun juga rentan dialami anak muda.
Baca Selengkapnya