Tak Hanya Pada Ibu, Depresi Pasca Melahirkan Juga Terjadi di Ayah
Merdeka.com - Pasca melahirkan, depresi kerap kali dialami wanita karena berbagai hal seperti hormon serta berbagai hal yang menyebabkan mereka kesulitan. Namun ternyata depresi pasca melahirkan ini tak hanya dialami oleh wanita saja namun juga pada suami mereka walaupun tidak ada perubahan dari segi fisik.
Dilansir dari The Guardian, sebuah penelitian yang dilakukan di Swedia selama 10 tahun ke belakang menemukan bahwa terdapat banyak pria yang mengalami kesulitan ketika bertansisi menjadi ayah. Penelitian ini sendiri coba untuk melihat apakah gejala depresi pasca melahirkan pada pria ini benar terjadi.
Dari 447 ayah di Swedia yang menjadi responden penelitian tersebut, diketahui bahwa sebanyak 28 persen mengalami angka tingkat depresi di atas rata-rata. Secara umum, sebanyak empat persen mengalami depresi tingkat menengah. Kurang dari seperlima ayah yang mengalami depresi tersebut mencoba mencari pertolongan mengenai kondisi yang mereka alami.
-
Siapa yang paling sering terkena depresi? Penyakit ini menimpa 6,9% orang dewasa di AS setiap tahunnya atau sekitar 16 juta orang.
-
Siapa yang berisiko tinggi terkena depresi? Jauh dari pandangan umum bahwa depresi hanya terkait dengan ketidakseimbangan kimia, penelitian ini menyoroti hubungan kuat antara gaya hidup sehat dan kesejahteraan mental.
-
Siapa yang berisiko tinggi mengalami depresi? Menurut National Cancer Institute, orang dengan kanker gastrointestinal, terutama perut atau pankreas, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami depresi.
-
Siapa yang rentan mengalami depresi? Orang yang suka menyendiri cenderung rentan berpikiran negatif dan mengalami depresi.
-
Siapa yang lebih rentan mengalami depresi? Meskipun pria, wanita, dan orang dengan berbagai identitas gender dapat mengalami depresi, gejala depresi pada pria sering kali berbeda dan mungkin lebih sulit dikenali.
-
Siapa yang bisa terdampak depresi? Gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja. Mulai dari orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak juga memiliki risiko yang cukup tinggi di masa kini.
Penulis utama dari penelitian tersebut, Elisa Psouni dari Departemen Psikologi Universitas Lund menyebut bahwa Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yang digunakan pada pria dan wanita tak dapat secara akurat menangkap depresi yang dialami oleh ayah. Hasil penelitianya menunjukkan tingkat depresi yang lebih tinggi pada ayah karena memasukkan beberapa gejala depresi umum pada pria seperti kemarahan, mudah tersinggung, mudah terhasut, bekerja lebih lama dan lebih banyak minum.
Depresi pada ayah ini ditengarai ternyata karena sebagai seorang ayah yang masih baru mereka mengalami kesulitan menyesuaikan diri. Psoumi percaya bahwa ayah mengalami masalah yang sama dengan ibu seperti mencoba menyesuaikan diri untuk mengasuh anak sambil bekerja.
Ayah yang mengalami depresi ini juga umumnya menghadapi tekanan dari luar seperti masalah pekerjaan, selain itu ketika pasangan mereka mengalami depresi, maka gejala depresi yang mereka alami juga berlipat. Kurang tidur, memiliki anak kembar dan perselisihan yang terjadi antara suami istri juga dapat berpengaruh pada terjadinya hal ini.
Ayah yang depresi cenderung untuk lebih sedikit bermain dan tertawa ketika bersama anak mereka. Depresi ini kemudian juga dapat berpengaruh pada anak yang berdasar sebuah penelitian menyebut bahwa pada usia tujuh tahun, anak tersebut bakal mengalami masalah untuk dapat berperilaku dengan baik.
Untuk menangani masalah ini, terapi kognitif dapat dilakukan atau juga dengan konsumsi antidepresan. Psouni sendiri mengatakan bahwa jika ada tanda-tanda dari depresi ini maka harus segera dilakukan penanganan karena efek jangka panjangnya bisa berbahaya.
"Salah satu hal yang paling buruk adalah ketika depresi ini baru disadari setahun setelah terjadi sehingga setahun pertama dari kehidupan anak berlalu begitu saja," terangnya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Depresi pasca melahirkan adalah hal yang penting untuk dipelajari dan disadari kemunculannya.
Baca SelengkapnyaKondisi pasca persalinan yang dialami bisa menyebabkan ibu mengalami berbagai macam hal. Kindisi ini termasuk baby blues dan depresi pasca melahirkan.
Baca SelengkapnyaNaftalia membagikan cara selanjutnya dalam mengatasi baby blues setelah melahirkan, melalui teknik relaksasi
Baca SelengkapnyaMasalah gangguan kesehatan mental merupakan hal yang perlu diatasi segera terutama ketika terjadi pada ibu hamil.
Baca SelengkapnyaDepresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus mengalami tekanan dan kehilangan semangat hidup.
Baca SelengkapnyaPerubahan status seorang pria menjadi ayah bisa meningkatkan risiko masalah jantung pada diri mereka.
Baca SelengkapnyaBaby blues banyak dialami ibu baru. Butuh support dari keluarga terutama pasangan untuk membantu ibu dalam masa transisi menjadi ibu baru.
Baca SelengkapnyaDepresi bisa menunjukkan tanda yang berbeda pada pria dan wanita.
Baca SelengkapnyaAdapun metode skrining yang digunakan, melalui kuesioner Patient Health Questionnaire-9 atau PHQ-9.
Baca SelengkapnyaSemakin banyak pria yang menjadi ayah di usia yang lebih tua, hal ini menimbulkan dampak pada anak.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum PB IDI menilai Menkes sebagai pemilik RS merupakan pihak paling bertanggung jawab terkait hal itu.
Baca SelengkapnyaVera menyampaikan, kondisi baby blues maupun depresi pada perempuan selepas melahirkan bisa berdampak buruk pada kesejahteraan ibu maupun bayi.
Baca Selengkapnya