Terapi Plasma Konvalesen Diharapkan Bisa Atasi Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Menghadapi pandemi covid-19 yang masih belum tahu kapan akan berakhir. Berbagai macam cara dilakukan untuk mencari penanganan yang tepat guna menyembuhkan penyakit yang menyerang pernapasan ini. Salah satu metode yang digunakan untuk menangani covid-19 adalah dengan terapi plasma konvalesen.
Dr. dr. Theresia Monica dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha mengatakan bahwa terapi plasma konvalesen bisa membantu pasien membentuk antibodi untuk melawan virus penyebab covid-19.
Monica menjelaskan bahwa terapi plasma konvalesen merupakan salah satu bentuk dari vaksinasi pasif yang diambil dari pasien sembuh COVID-19. Plasma dari pasien sembuh tersebut mengandung kekebalan tubuh yang cukup tinggi.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana vaksin polio bekerja? Vaksin polio bekerja dengan merangsang produksi antibodi dalam tubuh, yang kemudian melawan virus polio jika terjadi infeksi. Dalam proses ini, vaksin melibatkan pemberian poliovirus yang sudah dilemahkan atau tidak aktif ke dalam tubuh.
-
Bagaimana cara kerja vaksin Mpox? Vaksin ini merupakan vaksin turunan dari cacar (smallpox) generasi ketiga yang bersifat non-replicating, artinya tidak menyebabkan virus berkembang biak dalam tubuh.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
Namun, lebih lanjut Monica menjelaskan dalam webinar internasional bertema "Convalescent Plasma Therapy", yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha (UKM) seperti yang dikutip dari Liputan6.com, "Antibodi yang terkandung dalam plasma berfungsi mengeliminasi virus, bukan untuk memperbaiki organ yang rusak."
Dalam perjalanan mengobati pasien covid-19 dengan menggunakan terapi plasma konvalesen (TPK), diakui Monica bahwa banyak penelitian dengan hasil yang berbeda. Ada yang memberikan hasil mendukung, namun ada juga yang sebaliknya. Tetapi, dokter yang juga Ketua Pusat Pengembangan, Inovasi & Kerja Sama (PPIDK) FK UKM ini menjelaskan bahwa keberhasilan TPK tergantung dari beberapa faktor utama, yaitu: dosis, kadar antibodi, dan waktu pemberian.
Selain itu, bagi pendonor plasma juga memiliki peran penting, seperti yang dijelaskan Dr. dr. Ria Syafitri Eva Gantini, M.Biomed dari Palang Merah Indonesia. Ria mengatakan ada kondisi atau kriteria tertentu dari pendonor yang harus diperhatikan agar terapi plasma konvalesen bisa bekerja maksimal.
Ria menyebut, ada delapan syarat untuk menjadi donor plasma konvalesen, yaitu:
1. Usia 18-60 tahun2. Berat badan minimal 55 kg,3. Diutamakan pria, atau jika perempuan belum pernah hamil,4. Pernah terkonfirmasi Covid-19,5. Surat keterangan sembuh dari dokter yang merawat,6. Bebas keluhan minimal 14 hari,7. Tidak menerima transfusi darah selama 6 bulan terakhir, dan8. Lebih diutamakan yang pernah mendonorkan darah.
Pernah Digunakan saat Pandemi Flu Spanyol
Profesor Michael J. Joyner, M.D. dari Mayo Clinic mengungkapkan bahwa metode terapi plasma konvalesen ini bukan hal baru, bahkan metode serupa pernah diterapkan pada masa pandemi flu Spanyol (H1N1) pada 1917 - 1918, dan cukup berhasil sebagai metode penyembuhan. Untuk saat ini dengan ilku kedokteran yang semakin maju, terapi plasma terbukti dapat menurunkan mortalitas pada pasien covid-19.
Hal senada juga diungkapkan oleh Profesor Arturo Casadevall, M.D., M.S., Ph.D. dari Johns Hopkins, bahkan TPK termasuk terapi yang populer di Amerika Serikat. Hanya saja, ia mengingatkan bahwa terapi ini sebaiknya diterapkan secara tepat.
“Efektivitas dari plasma ini bergantung dari jumlah yang diberikan, misalnya, dosisnya harus tepat. Juga, lebih cepat tindakan, tentu lebih baik,” katanya, mengutip siaran resmi yang diterima Liputan6.com.
Profesor Liise-anne Pirofski, M.D. dari Albert Einstein College of Medicine, juga memberikan catatan terhadap terapi plasma konvalesen, tapi tidak menampik bahwa terapi ini sangat disarankan sebagai salah satu ikhtiar menekan tingkat kematian akibat COVID-19.
Penelitian terhadap terapi plasma konvalesen ini memang telah dilaksanakan di beberapa negara, dan dalam pengamatan ProfesorPirofski, pasien yang diuji dengan terapi plasma nyaris semuanya sembuh.
Terapi Plasma Konvalesen Banyak Diteliti di Indonesia
Monica menerangkan bahwa saat ini banyak penelitian TPK yang sudah dan sedang dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah kolaborasi antara FK UKM dan RS Primaya. Penelitian lain juga diadakan di RS Mayapada dan RS Mandara Bali. Ada pun RS Saiful Anwar juga sudah melaksanakan penelitian TPK. Tak hanya itu, ada juga beberapa penelitian nasional multi center yang melibatkan 10 RS di Indonesia.
“Dari hasil internal, ternyata TPK dapat menurunkan angka mortalitas secara signifikan atau nyata pada pasien COVID-19 stadium sedang dan berat,” jelasnya.
Dengan melihat jumlah pasien sembuh COVID-19 yang terus meningkat, tidak berlebihan kalau TPK sangat dianjurkan diterapkan di center-center, baik dari rumah sakit pemerintah maupun swasta, sehingga kita, bangsa Indonesia,bisa keluar dari pandemi COVID-19 ini.
“Kami berharap penggunaan TPK sebagai alternatif penyembuhan COVID-19 dapat terus dilakukan. Dan kami terus berupaya untuk mendukung penelitian terhadap produk-produk dari plasma darah secara optimal,” ucap Heru Firdausi Syarif Direktur Utama, PT Itama Ranoraya Tbk.
Untuk menekan jumlah pasien covid-19 yang terus meningkat, jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Sering mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.
Sumber: Liputan6.comReporter: Dyah Puspita Wisnuwardani
(mdk/ttm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Transfusi darah putih adalah prosedur medis yang melibatkan pemberian sel darah putih dari donor ke penerima untuk mengatasi defisiensi.
Baca SelengkapnyaVaksin polio memegang peran krusial dalam melindungi kesehatan anak-anak dari penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen atau bahkan kematian.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaVaksin Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah inovasi penting dalam upaya mengurangi beban penyakit dengue.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaTerdapat dua jenis vaksin polio yaitu berupa suntik dan tetes yang bisa diberikan pada anak. Apa perbedaannya?
Baca SelengkapnyaPasien dijadwalkan menjalani kontrol kembali di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada bulan depan.
Baca SelengkapnyaBeredar kabar vaksin Mpox yang dipersiapkan adalah vaksin eksperimental.
Baca SelengkapnyaUntuk mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), pemerintah terus mendorong program imunisasi polio dengan menggelar PIN.
Baca SelengkapnyaKanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca Selengkapnya