Terjadinya Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Bisa Dideteksi Sejak Kehamilan
Merdeka.com - Walau selama ini sering dikaitkan sebagai penyakit orang tua, penyakit jantung juga bisa dialami oleh anak-anak. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014 menemukan 7 hingga 8 bayi per 1000 kelahiran hidup dilahirkan dengan penyakit jantung bawaan (PJB).
PJB sendiri merupakan kelainan bawaan yang paling sering terjadi di antara kelainan-kelainan bawaan jenis lain. Kasus PJB pada bayi baru lahir yang terlambat dideteksi menjadi penyebab utama kematian bayi baru lahir.
Sementara itu, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Pusat Jantung Nasional Harapan Kita sepanjang 2013-2017 menunjukkan bahwa hanya 2000 kasus PJB setiap tahunnya yang mendapatkan intervensi baik secara bedah maupun non-bedah, padahal setidaknya ada 20,000 pasien PJB setiap tahunnya yang membutuhkan penanganan.
-
Kenapa penyakit jantung makin sering dialami orang muda? Hal ini disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat dan kebiasaan buruk yang terus berlanjut.
-
Siapa yang rentan terkena penyakit jantung di usia muda? Individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi cenderung lebih rentan terhadap masalah jantung.
-
Kenapa penyakit jantung di usia muda meningkat? Hal ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di kalangan tenaga medis serta masyarakat luas.Menurut laporan dari WHO, penyakit jantung menjadi penyebab satu dari tiga kematian di seluruh dunia. Selain itu, peningkatan kasus juga terlihat pada individu berusia 20-an hingga 30-an, yang disebabkan oleh pola makan yang buruk, tingkat stres yang tinggi, dan kurangnya aktivitas fisik.
-
Kenapa penyakit jantung kini terjadi pada anak muda? Dulu memang itu didominasi oleh orang tua 40 tahun ke atas. Tetapi, berdasarkan data sudah ada pergeseran usia, karena gaya hidup. Sekarang sudah banyak usia 20 tahun ke atas yang memiliki riwayat sakit jantung,' jelas Rio, yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto.
-
Apa penyebab penyakit jantung di anak muda? Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan buruk, seperti merokok, yang semakin marak di kalangan generasi muda.
-
Apa yang menyebabkan penyakit jantung di usia muda? Menurut Liputan6.com yang merangkum dari berbagai sumber medis, terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan serangan jantung pada usia muda, seperti kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, obesitas, dan konsumsi alkohol.
Jumlah Dokter Jantung yang Belum Ideal
Kepala Subdirektorat Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, dr. Asik Surya, menjelaskan bahwa saat ini prevalensi terhadap penyakit jantung di Indonesia secara keseluruhan mencapai 1.5 persen. Sedangkan, dokter jantung di Indonesia sendiri hanya sekitar 1050 orang.
Angka ini menggambarkan ketidakseimbangan antara jumlah dokter jantung dengan kasus yang harus ditangani, yang jika di angkakan maka perbandingan ini mencapai 1:250.000. Selain tenaga kesehatan, kecenderungan kurang lengkapnya alat yang ada di daerah menyebabkan rujukan penyakit-penyakit ini ditujukan ke Jakarta. Padahal, terdapat penanganan yang bisa dilakukan di daerah asal.
“Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan, perlu diciptakan sistem rujukan yang efektif sehingga penanganannya dapat dilakukan merata, tidak hanya berfokus pada daerah Jakarta,” tutur dr. Asik dalam siaran pers Philips yang diterima Fimela.com
Sementara itu, Sementara itu, dr. Winda Azwani menjelaskan bahwa angka tenaga kesehatan ahli yang mampu melakukan penanganan PJB pada bayi dan anak sendiri angkanya bahkan jauh di bawah itu. Saat ini jumlah dokter yang dapat menangani penyakit jantung anak hanya mencapai 50-60 orang.
Jumlah ini dianggap kurang memadai, mengingat diprediksi sekitar 50.000 bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) setiap tahunnya. Selain kurangnya jumlah tenaga ahli, hanya sedikit rumah sakit yang memiliki teknologi pendukung untuk melakukan intervensi PJB pada bayi dan anak. Alat dan bahan medis yang dibutuhkan masih berasal dari luar negeri, sehingga berkontribusi ke mahalnya tarif penanganan.
Penangan PJB
Dr. Winda Azwani menyatakan bahwa berdasarkan jenisnya, PJB dapat dibagi menjadi dua, yaitu PJB sederhana dan PJB kompleks.
“PJB sederhana terjadi jika bayi mengalami 1 lesi (keadaan abnormal) pada jantung. Sedangkan PJB kompleks adalah penyakit jantung dengan lebih dari 1 lesi dan komplikasi lainnya. Untuk penanganan PJB sederhana, beberapa kota besar lainnya seperti Medan, Bandung, dan Makassar sudah memiliki fasilitas untuk menanganinya. Namun, penanganan PJB kompleks saat ini hanya dapat dilakukan di dua lokasi, yaitu Jakarta dan Surabaya saja," paparnya.
Penanganan PJB dapat dibagi menjadi dua, yaitu dengan operasi jantung dan intervensi non-bedah melalui kateterisasi jantung. Tergantung dengan tingkat kegawatannya, operasi jantung pada bayi dapat dilakukan sejak bayi berusia 2 minggu.
Baik intervensi bedah maupun non-bedah membutuhkan tenaga ahli dengan tim terlatih yang saat ini jumlahnya masih sangat sedikit, sehingga terkadang berakibat pada terlambatnya penanganan PJB kritis.
PJB saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. Namun, penyakit ini memiliki beberapa faktor risiko, antara lain adalah ibu dengan diabetes yang melakukan pengobatan dengan suntik insulin, atau ibu dengan epilepsi yang mengonsumsi obat anti-kejang. Pada bayi, PJB dapat memiliki dampak jangka panjang jika tidak ditangani dengan benar, mulai dari cacat, stunting, hingga kelumpuhan.
Deteksi Dini PJB
Data Pusat Jantung Nasional Harapan Kita 2019 menyebut bahwa daftar antrian operasi jantung pada bayi dan anak di saat ini mencapai 1.100 pasien, dengan kemampuan rumah sakit untuk melakukan operasi sebanyak 1.200 operasi setiap tahunnya. Namun semakin canggihnya teknologi saat ini, PJB sudah bisa dideteksi sejak janin masih berada di dalam kandungan, yaitu melalui fetal echocardiography. Teknologi yang baru dikenal di dunia kesehatan pada 10 tahun terakhir ini dapat menangkap kelainan pada jantung janin menggunakan USG, meskipun untuk saat ini, dokter ahli yang bisa melakukan fetal echocardiography masih terbatas jumlahnya.
Pemeriksaan USG juga bisa menangkap beberapa gejala yang menjadi indikasi penyakit jantung bawaan, seperti janin berukuran cenderung kecil dan bibir sumbing. Setelah kelahiran, PJB dapat dikenali lewat beberapa gejala seperti berat badan yang sulit naik, napas yang cepat saat tertidur dan anak mudah lelah. Untuk menghindari terjadinya dampak negatif jangka panjang PJB, maka deteksi dini sangat dianjurkan.
Presiden Direktur Philips Indonesia Dick Bunschoten mengatakan melalui mengatakan Philips berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai berbagai isu kesehatan yang mempengaruhi kehidupan banyak orang di Indonesia, salah satunya adalah PJB. Karenanya, Philips mendorong masyarakat untuk mulai mengadopsi gaya hidup sehat serta membiasakan deteksi dini untuk mengantisipasi penyakit seperti PJB ini.
"Lewat inovasi teknologi seperti USG, deteksi PJB sejak dini dapat dilakukan. Selain itu, solusi Cath Lab Azurion kami juga membantu intervensi non-bedah yang lebih tidak menakutkan dan tidak meninggalkan luka pada anak," ujarnya.
Reporter: Anisha Saktian PutriSumber: Fimela.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyakit Jantung Bawaan ada yang sembuh dengan sendirinya, namun ada juga yang harus menjalani tindakan intervensi.
Baca SelengkapnyaPada anak muda, terjadinya masalah jantung lebih banyak disebabkan oleh kelainan jantung bawaan.
Baca SelengkapnyaDokter spesialis jantung membeberkan alasan anak muda banyak terserang penyakit jantung
Baca SelengkapnyaPolusi udara yang buruk turut menjadi pendorong kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak.
Baca SelengkapnyaPenyakit jantung kini merambah usia muda akibat gaya hidup tidak sehat dan pola makan buruk.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, kurang lebih 11 ribu anak per tahun yang terdiagnosis kanker.
Baca SelengkapnyaBayi yang lahir dalam kondisi kelainan jantung bawaan biasanya menundukkan kondisi berwarna biru yang khas.
Baca Selengkapnya"Setiap tahun ada 78.000 bayi meninggal dari 4,6 juta yang dilahirkan," kata Budi.
Baca SelengkapnyaData itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.
Baca SelengkapnyaPada anak yang memiliki penyakit jantung bawaan, penting untuk mencegah pneumonia dengan imunisasi.
Baca SelengkapnyaBanyak pasien kanker anak baru mengetahui kondisi kesehatannya setelah memasuki stadium lanjut.
Baca SelengkapnyaMenjaga kesehatan ginjal pada anak ternyata harus dilakukan jauh sebelum janin berkembang di kandungan.
Baca Selengkapnya