Terlambatnya Vaksinasi COVID-19 Dosis Kedua Tidak Pengaruhi Efektivitas Vaksin
Merdeka.com - Keterlambatan vaksinasi dosis kedua telah terjadi pada beberapa daerah di Indonesia. walau begitu, mereka yang sudah menerima vaksinasi dosis pertama dan masih menunggu dosis kedua ini tidak perlu terlalu khawatir.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menegaskan bahwa terlambat melaksanakan vaksinasi dosis kedua tidak akan memengaruhi efektivitas vaksin COVID-19. Ini melihat kemungkinan terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan Vaksinasi Nasional.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, meskipun pemerintah terus memercepat pelaksanaan vaksinasi, tidak menutup kemungkinan terjadi tantangan di tengah jalan. Ada beberapa daerah yang terlambat menerima vaksin untuk penyuntikan dosis kedua.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana cara orang tua melanjutkan imunisasi anak yang terlambat? Orang tua tetap bisa melanjutkan imunisasi anak dengan langkah-langkah yang tepat sesuai panduan dokter. Dengan demikian, menjaga kesehatan anak tetap menjadi prioritas utama, dan imunisasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapainya.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Kapan waktu terbaik untuk melakukan imunisasi susulan? Dokter akan menilai waktu yang paling tepat untuk memberikan vaksin selanjutnya tanpa mengurangi efektivitasnya.
“Keterlambatan penyuntikan vaksin dosis kedua, selama masih dalam interval yang direkomendasikan para ahli, masih aman, dan tidak akan mengurangi efektivitas vaksin pertama," kata Nadia beberapa waktu lalu.
"Sehingga antibodi kita masih dapat terbentuk dengan optimal melawan virus COVID-19," Nadia menambahkan.
Untuk vaksin Sinovac, jarak penyuntikan dosis pertama ke dosis kedua adalah 28 hari. Sedangkan vaksin AstraZeneca selama dua sampai tiga bulan. Bagi penyintas COVID-19 dapat divaksinasi setelah tiga bulan dinyatakan sembuh.
Untuk penyintas yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama sebelum dinyatakan positif COVID-19, bisa melanjutkan vaksinasi COVID-19 dosis kedua setelah sembuh tiga bulan. Tidak perlu mengulang.
Vaksinasi Jadi Cara Penting Hambat Persebaran Virus
Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli, butuh penyuntikan dua dosis vaksin COVID-19 bagi setiap individu guna menciptakan kekebalan tubuh yang optimal.
Rentang waktu penyuntikan dosis pertama dan dosis kedua serta dosis pemberian vaksin berbeda-beda sesuai dengan rekomendasi untuk setiap jenis vaksin yang digunakan.
Siti Nadia Tarmizi melanjutkan, vaksinasi merupakan salah satu upaya penting dalam penekanan laju penyebaran virus. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan laju vaksinasi yang saat ini berada di angka 1 juta sampai 1,25 juta setiap harinya. Pemerintah juga telah mendistribusikan 86.253.981 dosis vaksin dan 67.884.947 dosis digunakan untuk vaksinasi di 34 provinsi.
Vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk menghambat potensi penularan COVID-19. Walau seseorang telah mendapat vaksinasi, mereka juga masih harus tetap menerapkan protokol kesehatan demi perlindungan maksimal.
Reporter: Fitri Haryanti HarsonoSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca Selengkapnya