Vaksinasi Covid-19 Bentuk Kekebalan Selama Bertahun-tahun
Merdeka.com - Kekebalan terhadap virus corona bisa sampai satu tahun atau bahan seumur hidup dan terus meningkat, terutama setelah vaksinasi covid, seperti yang ditemukan dalam dua studi terbaru.
Dari temuan tersebut menambah daftar manfaat vaksinasi covid-19 dan membantu menghilangkan keraguan masyarakat yang masih ragu dan khawatir akan perlindungan terhadap virus hanya berumur pendek, tulis NYTimes seperti dikutip dari Liputan6.com.
Dua penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang telah pulih dari covid-19 dan kemudian divaksinasi, tidak lagi memerlukan booster. Akan tetapi, orang yang divaksinasi yang tidak pernah terinfeksi kemungkinan besar akan membutuhkan booster, begitu pula sebagian kecil orang yang terinfeksi tetapi tidak menghasilkan kekebalan yang kuat.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
Menurut salah satu penelitian yang diterbitkan pada Senin (24/05/2021) di jurnal Nature, sel yang mempertahankan memori virus bertahan di sumsum tulang dan dapat mengeluarkan antibodi kapan pun dibutuhkan.
Adapun sebuah situs khusus penelitian biologi bernama BioRxiv, merilis studi yang menemukan bahwa sel B memori tersebut terus menjadi dewasa dan menguat setidaknya selama 12 bulan setelah infeksi awal.
"Makalah ini konsisten dengan literatur yang berkembang yang menunjukkan bahwa kekebalan yang ditimbulkan oleh infeksi dan vaksinasi untuk SARS-CoV-2 tampaknya berumur panjang," kata Scott Hensley, ahli imunologi di University of Pennsylvania yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Namun karena virus seperti virus Corona berubah secara signifikan setiap beberapa tahun, oleh karena itu kita tetap bisa terinfeksi berulang kali sepanjang hidup yang mungkin lebih karena variasi virusnya daripada karena kekebalan kita menurun.
Vaksinasi Tingkatkan Kekebalan Tubuh
Michel Nussenzweig, seorang ahli imunologi di Rockefeller University di New York yang memimpin studi tentang pematangan memori, vaksinasi yang membuat respons sistem kekebalan sel B membuat tubuh sangat kuat sehingga menggagalkan bahkan varian virus.
“Orang yang terinfeksi dan mendapatkan vaksinasi benar-benar memiliki kekebalan yang hebat karena terus mengembangkan antibodi mereka. Saya berharap (kekebalan) akan bertahan lama,” kata Dr. Nussenzweig.
Pada prinsipnya, saat pertama kali bertemu virus, sel B berkembang biak dengan cepat dan menghasilkan antibodi dalam jumlah besar. Setelah infeksi akut diatasi, sejumlah kecil sel tinggal di sumsum tulang, terus memompa keluar antibodi dalam jumlah sedang.
Ali Ellebedy dari Washington University di St. Louis menganalisis darah dari 77 orang dalam interval tiga bulan, dimulai sekitar sebulan setelah mereka terinfeksi virus corona, untuk melihat sel B memori khusus untuk virus corona baru. Hasilnya, hanya enam dari 77 yang dirawat di rumah sakit karena covid-19; sisanya mengalami gejala ringan.
Untuk hasil tingkat antibodi orang-orang ini, penurunannya cepat dalam kurun waktu empat bulan setelah infeksi dan terus menurun secara perlahan berbulan-bulan setelahnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian lain.
Menurut beberapa ilmuwan, penurunan tersebut merupakan pertanda menurunnya kekebalan. Jika darah mengandung antibodi dalam jumlah tinggi untuk setiap patogen yang pernah ditemui tubuh, darah akan segera berubah menjadi lumpur kental. Alih-alih, kadar antibodi dalam darah turun drastis setelah infeksi akut, sementara sel B memori tetap diam di sumsum tulang, siap untuk bertindak bila diperlukan.
Adapun tim Dr. Ellebedy memperoleh sampel sumsum tulang dari 19 orang kira-kira tujuh bulan setelah mereka terinfeksi. Lima belas diantaranya terdeteksi memiliki sel B memori, sementara pada empat lainnya tidak terdeteksi. Ini menunjukkan bahwa beberapa orang mungkin membawa sel B memori sangat sedikit atau tidak sama sekali. Intinya, meskipun Anda terinfeksi, bukan berarti Anda memiliki respon imun yang kuat, katanya. Temuan ini semakin memperkuat gagasan pentingnya vaksinasi pada orang yang telah pulih dari covid-19.
Diantara peserta tersebut, lima diantaranya menyumbangkan sampel sumsum tulang tujuh atau delapan bulan setelah mereka awalnya terinfeksi dan kembali empat bulan kemudian. Dari sana Dr. Ellebedy menemukan jumlah sel B memori tetap stabil selama waktu itu.
Ada juga yang disebut antibodi penetral yang diperlukan untuk mencegah infeksi ulang dengan virus, menurut temuan tim Dr. Nussenzweig, tetap tidak berubah antara enam dan 12 bulan, sementara antibodi terkait tetapi kurang penting perlahan menghilang. Sel B memori terus berkembang, antibodi yang mereka hasilkan mengembangkan kemampuan untuk menetralkan kelompok varian yang lebih luas. Pematangan yang sedang berlangsung ini dapat diakibatkan dari sebagian kecil virus yang diasingkan oleh sistem kekebalan, bisa dikatakan untuk latihan target.
Setahun setelah infeksi, aktivitas menetralkan pada peserta yang belum divaksinasi lebih rendah terhadap semua bentuk virus, dengan kerugian terbesar terlihat pada varian yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan.
Vaksinasi secara signifikan memperkuat tingkat antibodi, juga meningkatkan kemampuan menetralkan tubuh sekitar 50 kali lipat. Hasil penelitian Dr. Nussenzweig menunjukkan bahwa orang yang telah pulih dari covid-19 dan kemudian divaksinasi akan terus memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi terhadap varian yang muncul, bahkan tanpa menerima vaksin booster.
Sementara itu, semua ahli sepakat bahwa kekebalan cenderung bekerja sangat berbeda pada orang yang belum pernah menderita covid-19. Untuk itu, maksimalkan vaksinasi covid-19 untuk mengurangi gejala saat terjangkit virus covid-19.
(mdk/ttm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Vaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaSeorang pria 72 tahun di Belanda terinfeksi Covid-19 selama 613 hari dan berakhir meninggal. Yuk, simak fakta lengkapnya!
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaHerpes Zoster merupakan penyakit yang ditandai dengan munculnya bintil, ruam dan disertai dengan cairan bening.
Baca SelengkapnyaTim peneliti menjelajahi lapisan es di Himalaya dan membawa kepingan es-es itu ke laboratorium untuk diperiksa.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca Selengkapnya