Wanita yang sering PMS parah ternyata punya risiko hipertensi
Merdeka.com - Masa PMS adalah saat-saat yang cukup tidak menyenangkan pada wanita. Berbagai masalah emosi dan fisik yang tidak stabil membuat masa-masa ini jadi tidak menyenangkan. Penelitian terbaru menyatakan bahwa wanita yang mengalami PMS yang menyakitkan ternyata memiliki risiko lebih tinggi mendapat tekanan darah tinggi.
Dilansir dari Medical Daily, sebuah penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Epidemiology menyatakan bahwa kondisi PMS atau sindrom pra menstruasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data dari 116.686 wanita yang berada di Amerika Serikat. Usia rata-rata wanita tersebut adalah mulai 25 hingga 42 tahun.
Riwayat hidup dan kesehatan para wanita tersebut juga dianalisis untuk melihat hubungan antara PMS parah yang mereka alami dengan risiko darah tinggi. Kebiasaan hidup yang berhubungan dengan kesehatan, kebiasaan merokok, dan jenis kontrasepsi yang digunakan juga dilihat untuk mengetahui risiko darah tingginya. Selain itu para partisipan tadi juga mengisi survei setiap dua tahun untuk memperbarui informasi tentang mereka. Pada survei tersebut juga terdapat pertanyaan mengenai gejala PMS yang mereka alami dan efeknya pada kehidupan sehari-hari.
-
Siapa yang paling berisiko terkena PMS? Studi menunjukkan bahwa hampir 50 persen dari total kasus PMS baru terjadi pada individu berusia 15–24 tahun, dengan kurangnya kesadaran dan pengetahuan sebagai faktor utama penyebaran​.
-
Bagaimana PMDD berbeda dari PMS dalam hal tingkat keparahan? Gejala PMDD jauh lebih intens dan serius. Selain gejala fisik yang mirip dengan PMS, PMDD menyebabkan perubahan suasana hati yang sangat drastis, yang bisa termasuk depresi parah, kecemasan yang intens, dan perubahan suasana hati yang ekstrem.
-
Siapa yang lebih sering mengalami PMDD? PMDD adalah bentuk yang lebih parah dari PMS dan mempengaruhi sekitar 3-8% wanita usia reproduktif.
-
Kenapa wanita lebih rentan mengalami sakit kepala hormonal? Wanita lebih rentan mengalami sakit kepala hormonal dibandingkan dengan pria, karena kadar hormon mereka lebih fluktuatif.
-
Apa perbedaan utama antara PMS dan PMDD? Meskipun kedua kondisi ini memiliki beberapa gejala yang sama, penting untuk memahami perbedaan mendasar antara PMS dan PMDD karena dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari bisa sangat berbeda.
-
Bagaimana cara mengelola stres untuk mengatasi mood swing saat PMS? Teknik seperti mencatat jurnal, berbicara dengan teman, atau melakukan hobi yang Anda nikmati dapat membantu mengurangi tingkat stres dalam kehidupan Anda. Selain itu, mempraktikkan manajemen waktu yang efektif dan menetapkan batasan yang sehat di tempat kerja dan dalam kehidupan pribadi Anda juga dapat membantu mengurangi stres.
Penelitian tersebut berpijak pada asumsi bahwa beberapa mekanisme yang terjadi ketika seseorang memiliki darah tinggi juga muncul ketika seorang wanita sedang PMS. Beberapa disfungsi terhadap sistem tubuh seperti pada renin-angiotensin aldosteron yang mengatur keseimbangan sodium, jumlah darah, dan sempitnya arteri. Gejala-gejala PMS seperti dada yang melunak serta perut yang kembung juga terjadi ketika seorang wanita mengalami tekanan darah tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami PMS secara parah atau pada tingkat menengah memiliki risiko lebih besar dalam mengalami tekanan darah tinggi hingga sebesar 40 persen. Potensi ini dilihat dalam jangka waktu 20 tahun ke depan dan dibandingkan dengan risiko wanita yang PMS-nya tidak begitu mengganggu kehidupan mereka. Risiko ini juga jadi berlipat hingga tiga kali jika dialami oleh seorang wanita yang berusia di bawah 40 tahun.
Peneliti mengatakan bahwa hubungan antara PMS dan hipertensi ini dapat dijelaskan melalui penggunaan obat untuk mencegah munculnya rasa sakit ketika PMS. Obat tersebut memiliki efek yang menaikkan tekanan darah yang bernama antidepresan. Walau menaikkan tekanan darah, tetapi dalam penelitian telah dibuktikan bahwa obat ini juga terbukti tidak meningkatkan risiko bagi seorang wanita untuk mendapat hipertensi.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun PMS dan PMDD memiliki kesamaan yaitu terjadi sebelum menstruasi, kedua kondisi ini berbeda dalam hal dampaknya terhadap kualitas hidup.
Baca SelengkapnyaDokter spesialis neurologi, Restu Susanti mengatakan, perempuan lebih berisiko mengalami migrain dibandingkan laki-laki.
Baca SelengkapnyaRisiko perempuan mengalami migrain sebesar tiga hingga empat kali lipat dibanding pria.
Baca SelengkapnyaMasalah gangguan irama jantung lebih rentan dialami oleh perempuan, ketahui gejalanya yang terjadi.
Baca SelengkapnyaMood swing saat PMS terkadang menjadi hal yang membingungkan bagi banyak wanita.
Baca SelengkapnyaSejumlah masalah Penyakit menular seksual (PMS) bisa terjadi akibat sering berganti-ganti pasangan.
Baca SelengkapnyaSetiap wanita memiliki siklus menstruasi yang berbeda, namun secara umum, siklus ini terjadi setiap 28 hingga 35 hari dan berlangsung selama 5 hingga 7 hari.
Baca SelengkapnyaBeberapa penyakit menular seksual (PMS) bisa dialami oleh seseorang dan bisa berdampak buruk.
Baca SelengkapnyaSakit kepala hormonal sering terjadi pada wanita. Ketahui gejalanya.
Baca SelengkapnyaHipertensi selama kehamilan bukan hanya meningkatkan risiko komplikasi bagi ibu, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan janin.
Baca SelengkapnyaTekanan darah tingi dapat menempatkan ibu dan bayi pada risiko kesehatan selama kehamilan.
Baca SelengkapnyaUsia menstruasi seorang wanita bisa menjadi penanda bagi sejumlah hal dalam kehidupannya termasuk pada risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Baca Selengkapnya