Waspadai Risiko Demam Berdarah pada Musim Hujan Pancaroba
Merdeka.com - Kondisi cuaca tak menentu terjadi pada beberapa waktu belakangan ini. Terjadinya kondisi ini merupakan tanda pergantian musim atau pancaroba musim hujan.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi & Tropis Anak dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) mengingatkan berbagai masalah kesehatan yang bisa dialami terjadi memasuki musim pancaroba saat ini yakni demam berdarah dengue (DBD).
"Memasuki musim pancaroba, berbagai masalah kesehatan di negara tropis kembali hadir. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue (DBD), " ujar dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya itu melalui keterangan tertulisnya, beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Apa gejala demam berdarah yang harus diwaspadai? Beberapa gejala yang harus diwaspadai oleh orangtua saat anak mengalami perburukan DBD antara lain tidak adanya perbaikan kondisi setelah suhu tubuh menurun, anak terus menolak makan dan minum, nyeri perut hebat, lemah, lesu, dan keinginan anak untuk terus tidur. Selain itu, perubahan perilaku seperti marah-marah, pucat, tangan dan kaki yang dingin, perdarahan, serta tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam juga perlu diperhatikan.
-
Kenapa demam berdarah jadi masalah di Indonesia? Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.
-
Apa penyebab demam berdarah pada anak? Penyebab demam berdarah adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
-
Apa penyebab Demam Berdarah? Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
-
Mengapa demam berdarah berbahaya? 'Kalau darah merembes keluar, membuat darah jadi kental, sehingga kalau tak ditangani dengan baik itu bisa menimbulkan syok, di mana tekanan darahnya drop dan nadinya cepat, sehingga dianjurkan minum yang banyak itu supaya mengganti cairan yang keluar tersebut,' kata Leonard dilansir dari Antara.
-
Apa penyebab utama demam berdarah? 'Tiga faktor lingkungan yang berkontribusi pada semakin meningkatnya penyakit demam berdarah adalah curah hujan, suhu yang panas, dan kelembapan. Tiga hal ini ada di Indonesia dan ini yang mendukung keberadaan vektor dari demam berdarah yaitu nyamuk aedes aegypti,' jelasnya.
DBD disebabkan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes Aegepti. Penyakit ini ditandai dengan gejala khas seperti demam tinggi tanpa disertai gejala lainnya, misalnya tanpa disertai batuk, pilek, ataupun sesak napas. Beberapa pasien juga mengeluhkan gejala nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri sendi, hingga munculnya bercak merah pada kulit atau perdarahan.
"Meski demikian, biasanya bercak merah pada kulit belum terlihat pada hari-hari awal," kata Debbie.
Menurut Debbie, walaupun termasuk self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, tak jarang penyakit DBD menimbulkan korban jiwa jika tidak cepat ditangani. Terlebih lagi jika pasien DBD telah memasuki fase berbahaya, dan terjadi pada anak-anak berusia lebih kecil yang belum dapat mengutarakan kondisi mereka. Oleh karena itu, tak sedikit pasien DBD kemudian dirawat di rumah sakit untuk dipantau lebih ketat kondisinya.
3 Fase DBD
Mengenai perjalanan penyakit, ada tiga fase DBD, yakni hari 1-3 disebut fase febrile tanpa perdarahan. Dalam fase ini biasanya terjadi gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri belakang bola mata.
Setelah memasuki hari 4-5, demam cenderung turun. Pada tahap ini, pasien mulai memasuki fase kritis. Dalam kasus pasien anak, kebanyakan orangtua tidak mewaspadai fase ini ketika demam turun sehingga mengira si kecil justru sudah mulai sembuh.
Padahal, pada fase ini risiko terjadinya syok jauh lebih besar. Selain itu, dapat terjadi pula penurunan trombosit lebih jauh yang ditandai dengan perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah atau timbul bintik-bintik merah pada kulit yang spontan.
Pada fase kritis terjadi perembesan plasma darah sehingga terjadi peningkatan kekentalan darah atau hematokrit dan hal ini penting diwaspadai. Pada fase ini, pasien memerlukan banyak cairan dengan banyak minum atau pemberian cairan infus.
"Jika kebutuhan cairan tidak tercukupi, risiko si kecil mengalami syok yang dapat membahayakan jiwa akan meningkat. Apalagi jika syok tidak teratasi dalam waktu cepat, kemungkinan akan terjadi komplikasi perdarahan hebat yang akan sulit diatasi," jelas Debbie yang juga tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu.
Perdarahan terjadi bukan hanya disebabkan jumlah trombosit yang sangat menurun, tetapi juga disebabkan gangguan fungsi pembekuan darah.
Risiko lain yang dapat terjadi pada fase kritis ini yaitu gangguan kesadaran, gangguan fungsi ginjal, serta gangguan fungsi hati dan organ lainnya. Kondisi ini dapat terjadi pada kurang lebih 30 persen kasus dengue berat.
Pada umumnya, kasus DBD yang ditangani dengan kecukupan cairan dengan baik akan terhindar dari kemungkinan terjadinya komplikasi yang berat. Debbie mengatakan, inilah pentingnya perawatan di rumah sakit.
Fase ketiga yakni fase pemulihan atau penyembuhan, yang biasanya terjadi pada hari ke 6-7. Pada fase ini demam sudah mulai turun, kondisi tubuh pun perlahan membaik. Untuk mempercepat pemulihan pasien, sebaiknya pilih asupan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk kadar trombosit.
DBD seperti penyakit akibat infeksi lainnya sama-sama diawali demam, meskipun setiap penyakit biasanya memiliki gejala khas masing-masing. Untuk membedakan DBD dengan penyakit lainnya yang juga biasanya diawali dengan demam, pemeriksaan darah yakni pemeriksaan antigen NS1 dengue bisa menjadi pilihan.
Tips Terhindar dari DBD
Debbie lalu memberikan tips agar terhindar dari DBD yakni menjaga imunitas. Hal ini dapat dilakukan dengan pemenuhan nutrisi yang baik, yaitu dengan mencukupi asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak dan mikronutrien yakni vitamin, mineral yang tepat. Selain itu, dapat juga diperkuat dengan pemberian vaksin dengue pada seseorang yang telah berusia 9-16 tahun.
Di sisi lain, pengendalian lingkungan juga penting untuk dilakukan demi mencegah nyamuk pembawa virus berkembang biak. Nyamuk umumnya menyukai tempat penampungan air yang bersih seperti kolam atau bak mandi.
"Jadi, tempat-tempat penampungan air harus sering dikuras. Bersihkan pula wadah penampungan air yang memudahkan nyamuk bersarang dan bertelur," kata Debbie.
Langkah selanjutnya, periksa kamar termasuk kamar milik anak, hindari banyak gantungan baju atau barang-barang untuk menghindarkan nyamuk bersarang. Anda juga dapat melakukan penyemprotan atau fogging untuk membunuh nyamuk-nyamuk dewasa dan mematikan telur-telur nyamuk dengan abatisasi. Anda dapat memasukkan bubuk abate ke dalam sumber-sumber air sehingga telur-telur nyamuk akan mati dan proses reproduksinya terhenti.
Hal senada juga diungkapkan Dokter Spesialis Anak Sub Spesialisasi Penyakit Infeksi Tropik sekaligus Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. Nina Dwi Putri, SpA(K), MSc (TropPaed). Nina mengatakan, genangan air dapat digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk dan berpotensi meningkatkan paparan infeksi dengue.
Infeksi virus dengue ini merupakan penyakit yang banyak menyerang baik anak atau orang dewasa di daerah tropis. Penting untuk menerapkan 3M plus untuk memberantas sarang nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perubahan lingkungan di musim pancaroba membuat kuman dan virus berkembang dengan cepat dan mudah menginfeksi anak-anak.
Baca SelengkapnyaPer 1 Maret 2024, tercatat kasus DBD mencapai 16.000 kasus
Baca SelengkapnyaJumlah kasus DBD di Kota Reog ini diduga lebih banyak dari data resmi Dinkes
Baca SelengkapnyaDemam berdarah merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk melakukan pencegahan DBD.
Baca SelengkapnyaBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi masa pancaroba di tahun 2024 terjadi pada Maret sampai April.
Baca SelengkapnyaPenderita DBD di Depok melonjak drastis di Februari hingga 119 kasus
Baca SelengkapnyaDengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Baca SelengkapnyaAda beberapa tanda-tanda demam berdarah pada anak yang perlu diwaspadai para orang tua.
Baca SelengkapnyaPancaroba yang terjadi beberapa waktu belakangan menyebabkan seseorang menjadi mudah sakit karena perubahan kelembapan yang terjadi.
Baca SelengkapnyaPenting bagi orang tua untuk mengetahui fase-fase demam berdarah pada anak, agar bisa mengenali gejala-gejala awal dan memberikan penanganan yang sesuai.
Baca SelengkapnyaSalah satu hal yang banyak dipercaya adalah bahwa ketika seseorang pernah terkena DBD, dia tidak akan mengalaminya lagi.
Baca SelengkapnyaJumlah ini naik dua kali lipat dibanding tahun 2023. Adapun rinciannya, pada Januari 2024 sebanyak 68 kasus, Februari 119 kasus, Maret 68 kasus.
Baca Selengkapnya