Cerita Pilu Penggali Kubur Di Tengah Pemakaman Jenazah COVID-19 yang Sunyi
Merdeka.com - Pandemi COVID-19 yang hingga kini masih merebak di berbagai wilayah di Indonesia, menyisakan banyak sekali cerita pilu dan menyedihkan.
Kisah pilu bukan hanya tentang warga yang berusaha terhindar dari virus mematikan ini dan mereka yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah sulitnya ekonomi selama pandemi. Namun juga orang-orang yang menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19, mulai dari tenaga kesehatan, relawan kemanusiaan hingga penggali kubur jenazah pasien COVID-19.
Sama halnya yang dialami oleh Subhan, yang sehari-hari bekerja sebagai penggali kubur di Kota Pekanbaru, Riau. Semenjak COVID-19 mulai merebak di provinsi ini, Subhan yang sudah bekerja sejak 1996 ditunjuk menjadi koordinator penggali kuburan di TPU Tengku Mahmud Palas. Ia membagikan cerita tentang kisahnya dari awal mula memakamkan jenazah COVID-19.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Apa yang unik dari tradisi pemakaman di Subang? Rombongan penggotong keranda diharuskan meyakinkan juru kunci yang membawa golok agar diizinkan masuk makam.
Jalan Menuju Pemakaman Sulit Dilalui
Pemakaman tempat Subhan bekerja terletak di pinggiran Kota Pekanbaru. Pemakaman tersebut dikelilingi kebun kelapa sawit dan letaknya jauh dari permukiman penduduk.
Lahan seluas 10 hektare tersebut separuhnya digunakan sebagai tempat pemindahan makam dari pusat kota dan sisanya ditanami singkong dan pisang oleh warga sekitar.
Sejak awal bulan April 2020, pemerintah kota menyiapkan area seluas dua hektare di bagian ujung TPU Tengku Mahmud Palas untuk memakamkan pasien yang terinfeksi atau diduga terinfeksi virus corona.
Tidak seperti pemakaman lama yang jalannya sudah beraspal, jalan menuju pemakaman yang baru masih jalan tanah yang susah dilalui kendaraan saat hujan turun.
Semua Serba Mendadak
Subhan mengatakan awal mula Ia memakamkan jenazah dengan keharusan menerapkan protokol COVID-19 semuanya terasa sangat mendadak. Ia dan teman-temannya tidak memiliki kesiapan untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan."Semuanya serba mendadak. Tanggal 9 April saya dihubungi kantor untuk siapkan lahan untuk pemakaman khusus Corona. Waktu itu malam Jumat, jenazah pertama dimakamkan, belum ada persiapan sama sekali," kata Subhan, dilansir dari ANTARA.Para penggali kubur tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan lahan pemakaman sehingga bekas tanaman singkong masih berserakan di sana sampai sekarang.
Harus Memakai Hazmat
Dalam menjalankan tugas menggali makam, Subhan dan rekannya harus selalu siaga dengan alat pelindung diri berupa setelan hazmat warna putih dan masker medis di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tengku Mahmud Palas, Kecamatan Rumbai.
Pernah Tidak Tidur Selama Dua Hari
Ia juga bercerita bahwa penggali kubur sekarang harus siaga 24 jam. Hak ini karena mereka bisa kapan saja menerima panggilan untuk mengurus pemakaman jenazah pasien COVID-19 atau pasien yang diduga terserang penyakit tersebut.Bahkan Ia pernah terpaksa terjaga selama dua hari karena ada jenazah harus dimakamkan pada dini hari."Saya menggali sendirian karena kawan-kawan lainnya saya telepon enggak ada yang bangun. Pakai pacul dan lampu motor untuk penerangan, saya gali lubang kuburan jam 03.00," katanya.
Tidak Ada Keluarga yang Mengantarkan
Pasien yang sudah positif COVID-19 atau diduga terkena virus tersebut, sesuai protokol kesehatan harus dimakamkan dalam waktu maksimal empat jam setelah jenazah keluar dari rumah sakit guna meminimalkan risiko penularan virus corona. Pemakaman jenazah dilangsungkan tanpa persiapan dari pihak keluarga, sehingga semua makam baru tidak ada nisannya.Subhan ikut merasa sangat sedih karena pemakaman jenazah pasien COVID-19 juga tidak seperti lainnya. Tidak ada keluarga yang berada di dekat liang lahat.
Semua anggota keluarga menghantarkan jenazah dengan doa dari kejauhan. Pemakaman jenazah COVID-19 sangat sunyi, tandasnya.
Menandai Makam dengan Sukarela
Tidak adanya nisan yang dipersiapkan untuk para jenazah COVID-19 yang dimakamkan, membuat Subhan dan teman-temannya secara sukarela menandai setiap makam baru agar ahli waris dan pelayat tidak kebingungan mencari makam anggota keluarga atau kerabat mereka.
Sudah Ada Puluhan Makam Baru di TPU Tengku Mahmud Palas
Kini sudah ada beberapa puluh makam baru di TPU Tengku Mahmud Palas. Semuanya merupakan makam pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19 yang meninggal dunia di Pekanbaru.Sejak 9 April hingga 28 April sudah ada 44 makam baru di sana, yang artinya dalam sehari Subhan dan kawan-kawannya rata-rata harus menggali dua sampai tiga liang lahat.
Tujuh Liang Lahat dalam Sehari
Setiap hari para penggali kubur harus menyiapkan hingga tujuh liang lahat untuk berjaga-jaga. Mengingat kasus infeksi virus corona diperkirakan masih akan mengalami peningkatan."Pernah dalam satu hari tujuh jenazah dimakamkan. Itu kita kerja sampai subuh," kata Subhan yang baru kali ini menyaksikan wabah begitu cepat merenggut nyawa orang.
Subhan Merasa Ngeri Namun Pasrah
Selama menjalankan tugas untuk menggali makam dan menguburkan jenazah COVID-19, Subhan mengakui ada kengerian dan rasa takut sejak pertama kali menangani pemakaman pasien COVID-19. Namun rasa ngeri itu menghilang bersama peningkatan ritme kegiatan pemakaman."Perasaan ngeri ada, tapi namanya juga sudah wabah. Saya mau lari juga mau kemana, karena tugasnya memang gali kuburan," kata Subhan lalu tersenyum. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat sudah hampir sampai ke rumah, pasien meninggal dunia dan membuat keluarga yang ada di dalam mobil histeris.
Baca SelengkapnyaKehilangan orang tersayang buka kondisi mudah untuk dihadapi seseorang.
Baca SelengkapnyaSang pemilik mengaku jika makam sudah ada sejak masa lampau.
Baca SelengkapnyaBerjuang merawat hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir, pria ini mengaku dipaksa harus mengikhlaskan kepergian sang ibunda.
Baca SelengkapnyaAda momen haru saat sang pasien terpaksa mengurus hingga tanda tangan berkas persetujuan operasi sendiri.
Baca SelengkapnyaApi yang awalnya dinyalakan untuk membakar daun bambu kering, tiba-tiba menyebar dengan cepat dan melahap ranting-ranting di sekitarnya.
Baca SelengkapnyaWanita ini bagikan kisah pilu. 10 hari sebelum lebaran ibunda meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPerpisahan tak pernah jadi momen yang mudah untuk dilewati seseorang.
Baca SelengkapnyaSaat menceritakan momen tersebut, siswi ini tampak begitu tegar.
Baca Selengkapnya