Curhat Pilu Dokter RSD Covid-19 Wisma Atlet, 7 Bulan Tak Bertemu Keluarga di Sumatra
Merdeka.com - Sudah delapan bulan sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. Hingga kini, kasus Covid-19 di Tanah Air masih terus meningkat. Meski begitu, masyarakat sudah mulai menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa di era normal baru ini.
Di balik pandemi ini, ada tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam menangani pasien Covid-19 yang sampai saat ini masih berjuang melawan virus mematikan tersebut. Perjuangan ini tentu tak mudah. Tenaga kesehatan harus mengorbankan waktu dan tenaga mereka agar bisa selalu siaga demi para pasien Covid-19.
Seperti yang dialami dr Efriadi, seorang dokter spesialis paru yang kini bertugas di RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Sudah tujuh bulan ini Ia tidak pulang dan bertemu keluarganya di kampung halamannya di Sumatra.
-
Siapa yang dirawat di rumah sakit? Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, saat ini dirawat di rumah sakit akibat infeksi pernapasan.
-
Siapa yang sedang sakit? Sule menyempatkan diri untuk menjenguk Adzam yang sedang sakit di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang publik figur.
-
Dimana dr. Soetomo bertugas sebagai dokter? Selanjutnya, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.
-
Kenapa dokter Aulia Risma mengalami tekanan? Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu,' sambungnya.
-
Siapa yang sakit? Ibunda Nia Ramadhani, Chanty Mercia kini tengah terbaring di rumah sakit.
-
Apa yang terjadi pada dokter Aulia Risma? Kasus kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) dokter Aulia Risma Lestari menjadi perbincangan hangat masyarakat luas.
"Saya bertugas di sini (RSD Wisma Atlet) sejak bulan April 2020. Artinya, sudah 7 bulan bertugas," ucap Efriadi pada Selasa (17/11).
Ia mengaku, selama bertugas menangani pasien Covid-19, berbagai suka duka sudah Ia rasakan. Namun yang paling membuatnya sedih adalah tak bisa bertemu dengan keluarganya di kampung halaman.
Melansir dari Liputan6.com, berikut curhatan pilu dr Efriadi selengkapnya.
Mulai Kesulitan dengan Kasus yang Tak Kunjung Turun
Kenaikan pasien Covid-19 yang belum lama ini terjadi di RSD Wisma Atlet membuat Ia dan para tenaga medis lainnya kesulitan.
"Kita melihat pasien Covid-19 yang dirawat di RSD Wisma Atlet sebelum Oktober-November 2020, waktu itu sudah banyak terjadi penurunan. Tapi pasca liburan Oktober-November ini ternyata sekarang pasiennya semakin meningkat," ujarnya.
Bahkan, para dokter dan tenaga medis mulai kewalahan dengan pasien yang tak kunjung berkurang. Padahal Ia berharap, dengan kerja keras yang sudah dicurahkan oleh para tenaga medis selama ini, setidaknya ada peningkatan kesembuhan pasien.
"Dan ini sangat menyulitkan bagi kami, tenaga medis yang bekerja. Artinya, selama ini kami berharap dengan bekerja seperti ini, ada peningkatan kesembuhan dan masyarakat di luar sana mampu menerapkan protokol kesehatan," lanjutnya.
Minta Masyarakat Disiplin Protokol Kesehatan
Dengan kondisi ini, dr Efriadi pun meminta masyarakat disiplin protokol kesehatan dan menjauhi kerumunan. Hal ini sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kesakitan dan kematian akibat Covid-19."Kami harap masyarakat kita mampu untuk menerapkan protokol kesehatan. Itu saja sebenarnya yang kami minta. Jangan sampai mengikuti acara yang tidak penting, yang mana kita berada dalam satu kerumunan," katanya.
Jangan Sia-siakan Perjuangan Tenaga Medis
Dokter Efriadi juga menekankan masyarakat untuk terus menerapkan 3M, sebagai upaya menjaga kesehatan dan keselamatan. "Kami mohon sekali lagi tetap jalankan protokol 3M secara ketat juga kami ingatkan kepada saudara-saudara, jangan sampai kita mengikuti kegiatan-kegiatan yang tidak penting ataupun menimbulkan kerumunan di luar sana," terang Efriadi.Tak hanya masyarakat saja, melainkan tenaga medis dan kesehatan agar dapat kembali pulang dan bertemu keluarga."Ini juga agar kami, tenaga medis dan kesehatan bisa kembali bertemu keluarga masing-masing. Intinya, dengan patuh 3M bisa menjaga keselamatan kita semua," lanjutnya.Ia juga berharap agar masyarakat bisa melihat dan tidak menyia-nyiakan perjuangan para tenaga medis dan kesehatan yang selama ini sudah berjuang dalam menangani pasien Covid-19."Kami, tenaga kesehatan di sini adalah garda terakhir. Garda terdepan itu masyarakat. Jadi, patuh protokol kesehatan penting. Jangan sia-siakan pengorbanan kami," imbuhnya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
12 tahun tak pulang ke Medan, wanita ini beri kejutan ibunya yang sakit dengan menyamar jadi dokter visit.
Baca SelengkapnyaLuhut menjelaskan gejala yang dialami sebelum dirawat.
Baca SelengkapnyaHarus berpisah dari anaknya yang masih kecil, pria ini mengaku hal inilah yang menjadi patah hati terbesar seorang ayah.
Baca SelengkapnyaKisah wanita depresi karena tertekan di pekerjaan curi perhatian. Wanita ini mengurung diri selama 3 tahun.
Baca SelengkapnyaPria ini sudah 20 tahun merantau dan belum pernah pulang.
Baca SelengkapnyaAbdul menghabiskan waktu kurang lebih 7 tahun untuk mengubah hidupnya di kampung.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaKembali berkumpul dengan orang tersayang tentu jadi momen paling ditunggu.
Baca Selengkapnya