Drainase Buruk, Stafsus Menteri PUPR Ungkap Alasan Banjir Besar di Medan
Merdeka.com - Akibat dari cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi, beberapa wilayah di Sumatra Utara (Sumut) terendam banjir, salah satunya Kota Medan.
Sejak Jumat (4/12) dini hari hingga Minggu (6/12), banjir telah merendam setidaknya ribuan rumah yang dihuni oleh 1.983 KK atau 5.965 jiwa yang tersebar di tujuh kecamatan di Kota Medan. Adapun tujuh kecamatan yang terendam banjir yakni Kecamatan Medan Maimun, Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Baru, Medan Petisah dan Medan Polonia.
Selain karena hujan deras yang menyebabkan meluapnya air dari sejumlah sungai di Kota Medan, Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Manajemen Sumber Daya Air, Firdaus Ali, menilai penyebab banjir besar yang melanda Kota Medan salah satunya karena drainase yang buruk. Melansir dari ANTARA, berikut informasi selengkapnya:
-
Apa penyebab utama banjir? Banjir terjadi karena berbagai penyebab utama, termasuk hujan lebat, pencairan salju, badai, dan kenaikan permukaan air laut.
-
Mengapa banjir terjadi di Pekalongan? Dilansir dari akun Instagram @pekalonganinfo, sepanjang hari Minggu (3/3), Desa Sidomulo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan terus diguyur hujan deras. Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
Akibat Drainase Kota yang Buruk
Firdaus mengatakan, banjir besar yang melanda Kota Medan ini dikarenakan kondisi tata ruang, tata kelola sumber daya air dan sistem drainase kota yang buruk.
"Contohnya saja ketika hujan sudah berhenti, sungai juga masih bisa menampung debit air, tetapi air yang merendam pemukiman belum juga surut. Ini menunjukkan bahwa sistem drainasenya sangat jelek sekali," katanya pada Minggu (6/12).
Harus Jadi Prioritas Utama
Ia menambahkan, masalah ini harusnya menjadi perhatian utama Pemerintah Kota Medan. Penataan jaringan drainase kota sudah sangat mendesak dan harus diprioritaskan untuk melindungi warga dari ancaman banjir dan genangan. "Ini tata dan pola pemanfaatan ruang Kota Medan salah implementasi. Pemerintah kota harus betul-betul serius dan kerja keras membenahinya, jangan lagi menunggu bencana datang lagi baru kemudian saling menyalahkan," katanya. Pemkot Medan juga harus proaktif melakukan pendekatan dan koordinasi dengan pemda sekitar (Kabupaten Deli Serdang, Kab Karo dan Simalungun) yang merupakan daerah hulu dari 9 sungai yg melewati Kota Medan.
Pembagunan Bendungan yang Belum Selesai
Tak hanya itu, Firdaus menilai, banjir ini juga diakibatkan oleh pembangunan Bendungan Lau Simeme di Deli Serdang yang belum selesai. Bendungan ini merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tata kelola air, khususnya banjir di Kota Medan, yang didesain memiliki kapasitas tampung 22 juta meter kubik yang jika selesai bisa mengurangi 60 persen beban air limpasan (banjir) yang selama ini selalu mengancam Kota Medan. "Bendungan Lau Simeme ini merupakan solusi yang disiapkan oleh Pemerintah Pusat. Namun, hingga saat ini realisasi pembangunannya baru sekitar 20 persen disebabkan oleh masalah pembebasan lahan/tanah yang merupakan kewajiban/tanggung jawab pemerintah daerah. Padahal kalau bendungan ini selesai, 60 persen beban banjir di Medan bisa kita atasi," ujarnya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Iqbal mengatakan banjir yang terjadi di Kabupaten Muratara ini menggenangi sejumlah lokasi.
Baca SelengkapnyaDudung mengatakan, apa yang dilakukan Bobby Nasution ini dapat diteladani.
Baca SelengkapnyaWali Kota Medan Bobby Nasution Lebarkan Parit Emas Jalan Sampali, Medan.
Baca SelengkapnyaMembangun kolam retensi juga menjadi upaya Bobby Nasution menyelesaikan persoalan banjir.
Baca SelengkapnyaBanjir adalah salah satu bencana alam yang paling umum dan merusak di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaBanjir disebabkan hujan deras yang mengguyur Bandung pada Kamis (11/1) lalu.
Baca SelengkapnyaBanjir melanda sejumlah wilayah di pesisir Sumatera Barat. Seorang warga Pariaman dilaporkan meninggal dunia akibat bencana ini.
Baca SelengkapnyaHujan deras beberapa hari terakhir mengakibatkan lima kabupaten dan kota di Sumatera Selatan terendam banjir.
Baca SelengkapnyaGubernur Sumbar Minta Bantuan Rp1,5 Triliun untuk Penanganan Dampak Banjir Bandang
Baca SelengkapnyaLongsor diakibatkan curah hujan tinggi melanda wilayah Sumbar.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem di Semarang menyebabkan banjir, tanah longsor sampai angin kencang
Baca SelengkapnyaSebanyak 20 ribu rumah terendam banjir bandang di Musi Rawas Utara.
Baca Selengkapnya