Fakta Terbaru Insiden Gas Beracun di Sumut, Ditangani Pihak Berwajib
Merdeka.com - Insiden gas beracun yang terjadi di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik MarapiKabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatra Utara (Sumut) membuat geger warga setempat. Penyebab gas beracun tersebut diduga berasal dari pipa gas milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SGMP) yang berlokasi tak jauh dari permukiman warga.
Akibat dari peristiwa itu, 5 orang warga dari desa tersebut dinyatakan meninggal dunia. Identitas korban meninggal dunia tersebut, yakni Suratmi (46), Kaila Zahra (5), Yusniar (3), Syahrani (14), Lestari Sinaga, dan Dahni.
Sementara itu, kejadian nahas ini juga menyebabkan 27 warga terpaksa dilarikan ke rumah sakit lantaran mengalami gejala sesak napas dan ratusan warga lainnya mengungsi. Melansir dari ANTARA, berikut fakta terbaru dari insiden gas beracun tersebut.
-
Dimana minyak bumi diolah di Sumut? Proses ini biasanya dilakukan pada sebuah wadah tabung tinggi yang kedap terhadap udara. Awalnya minyak mentah akan dialirkan ke dalam tabung tersebut dan kemudian dipanaskan dalam tekanan 1 atmosfer pada suhu 370 derajat celcius.
-
Apa yang terjadi di Sumbar? Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi memerintahkan Rumah Sakit Achmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi untuk menerima semua korban bencana yang dirujuk tanpa terkecuali.
-
Dimana semburan gas terjadi? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
-
Dimana zona bahaya bencana di Sumut? Identifikasi dan penentuan zona-zona bahaya bencana seperti gempa bumi, banjir, atau letusan gunung berapi. Ini membantu dalam perencanaan perkotaan dan pengembangan yang meminimalkan risiko terhadap bencana.
-
Apa yang terjadi pada sumur di Demak? 'Sumur kebak, ini kok bisa kebak. (Sumur penuh air, kok bisa penuh ini). Di Demak ini,' ujar salah seorang warga seperti dalam video yang diunggah akun Instagram @demakhariini pada Jumat (15/9).
-
Mengapa TPA Suwung terbakar? 'Yang kami pantau sampai dengan tadi pagi jelang siang ini, sudah lebih dari 15 hektare sebaran kebakaran di areal TPA Suwung,' kata Rentin, Jumat (13/10).
Diselidiki oleh Polda Sumut
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Kepolisian Daerah (Polda) Sumut kini tengah melakukan penyelidikan terkait kebocoran pipa gas milik PT SGMP di Kabupaten Madina yang mengakibatkan lima orang meninggal dunia ini.
"Tim masih bekerja melakukan penyelidikan di lokasi," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi pada Selasa (26/1).
Pihak kepolisian sampai saat ini belum menetapkan adanya tersangka, karena masih mengumpulkan keterangan dari sejumlah pihak terkait kasus ini.
Kronologi Kejadian
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Setelah dilakukan penyelidikan, terungkap kronologi dari peristiwa ini. Peristiwa ini terjadi ketika pihak PT SMGP melakukan uji untuk pengoperasian salah satu sumur uap panas bumi. Saat itu, salah satu pekerja berinisial DD membuka keran master palep untuk mengalirkan panas bumi atau fluida ke pipa sbend. Ia juga membuka keran isolasi palep panas bumi atau fluida mengalir ke silencer tersebut. Namun, saat pipa keran dibuka, malah mengeluarkan gas yang diduga kemungkinan berupa H2S hingga menimbulkan korban jiwa.
Personel Polisi Berjaga di Lokasi Kejadian
Kapolres Madina, AKBP Horas Tua Silalahi pada Selasa (26/1) mengatakan, sebanyak 235 personel gabungan yang terdiri dari Polres Madina, Brimob Tapanuli Selatan (Tapsel) Polres Tapsel dan Sidimpuan juga diturunkan ke lokasi untuk melakukan pengamanan.”Semalam, kita sudah melakukan edukasi kepada masyarakat dan melakukan pengamanan serta melakukan koordinasi bersama pihak perusahaan agar semua aktivitas diberhentikan agar hal yang terjadi pada sebelumnya tidak terulang kembali," ujarnya.
Tanggapan Perusahaan PT SGMP
Melansir dari Liputan6.com, atas kejadian ini, PT SGMP menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan kerabat dari 5 korban meninggal dunia akibat gas beracun tersebut. Hal ini disampaikan oleh External Affair PT SMGP, Krishna Handoyo, dalam press releasenya pada Selasa (26/1). Krishna menyampaikan, pihaknya sangat menyesali atas terjadinya musibah tersebut, dan berkomitmen penuh untuk memberikan dukungan yang diperlukan oleh para korban."PT SMGP siap untuk bekerja sama semua pihak, termasuk keluarga," ujarnya.Krishna juga mengatakan, saat ini sumur tersebut telah ditutup untuk mencegah terjadinya pemaparan lebih lanjut. PT SMGP juga melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab dari kejadian tersebut, berkoordinasi dengan Pemerintah Madina dan Kementerian ESDM, dan akan menyampaikan informasi selanjutnya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ratusan orang itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan gas hidrogen sulfida.
Baca SelengkapnyaSebanyak 101 warga Mandailing Natal menjadi korban keracunan gas hidrogen sulfida sehingga harus dilarikan ke rumah sakit, Kamis (22/2) malam.
Baca SelengkapnyaKebocoran sumur migas itu terjadi pada Senin (18/3) sekitar pukul 14.30 WIB.
Baca SelengkapnyaDi tengah keputusasaan, tiba-tiba sesuatu menyembur dari dalam tanah
Baca SelengkapnyaLokasi kebakaran sumur minyak ilegal ini masuk dalam wilayah wilayah hukum Kepolisian Resor Langsa.
Baca SelengkapnyaKorban telah dievakuasi dari Puskesmas Jangga Baru ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hamba Muara Bulian.
Baca SelengkapnyaSumur minyak itu sebelumnya ditutup karena terjadi ledakan yang menyebabkan empat orang tewas dan empat lainnya mengalami luka bakar pada 21 Juni 2024.
Baca SelengkapnyaApi mulai muncul sekitar pukul 14.10 WIB, saat masuk rangkaian pekerjaan untuk membersihkan tubing produksi setelah pencabutan pompa ESP.
Baca Selengkapnyawarga di lokasi kejadian menyebutkan bau gas beracun yang menyebar ke area pemukiman warga
Baca SelengkapnyaPolda Jambi akan terus mengawal sudah sejauh mana pemeriksaan yang dilakukan oleh Polres Batanghari.
Baca SelengkapnyaPenyidik mengungkap sumur minyak ilegal itu dimiliki dua orang, yakni TM dan AN.
Baca SelengkapnyaWarga diduga keracunan gas dari PT Medco E&P Malaka.
Baca Selengkapnya