Gejala Hoarding Disorder Beserta Penyebabnya, Ketahui Sejak Dini
Merdeka.com - Selalu ada alasan bagi seseorang ketika hendak membeli suatu barang, baik karena memang membutuhkannya atau hanya mengikuti tren terkini. Hal ini juga tidak berbeda dengan orang yang menyimpan barang.
Namun ada juga orang yang sangat gemar menyimpan barang. Seringkali barang-barang tersebut tidak berharga tapi tetap saja ditimbun hingga memenuhi ruangan. Jika Anda atau kenalan Anda mengalami hal serupa, waspadalah karena bisa jadi itu adalah hoarding disorder.
Hoarding disorder merupakan suatu perilaku di mana seseorang suka menimbun gemar barang yang sudah tidak bernilai. Perilaku ini didasari oleh berbagai alasan, misalnya orang itu menganggap bahwa barang tersebut masih bisa digunakan suatu saat nanti.
-
Bagaimana cara mengatasi hoarding? Gangguan hoarding disorder dalam kondisi kronis mungkin tidak bisa disembuhkan seratus persen. Sehingga, cara penyembuhan kondisi ini dilakukan untuk upaya meredakan gejalanya.
-
Kenapa penderita hoarding sulit membuang barang? Gangguan ini menyebabkan penderita memiliki keinginan yang kuat untuk menyimpan barang tersebut karena rasa cemas dan takut akan terjadi sesuatu yang buruk jika barang tersebut dibuang.
-
Apa yang disimpan oleh penderita hoarding? Gangguan ini ditandai ketika seseorang merasa cemas atau khawatir secara berlebihan karena hasrat menyimpan barang yang sudah tidak dipakai lagi sangat tinggi.
-
Siapa yang bisa terkena hoarding? Hoarding disorder dapat dialami oleh setiap orang, meski sering dialami pada orang dewasa, namun gangguan ini juga bisa terjadi pada usia anak-anak dan remaja.
-
Mengapa eating disorder harus ditangani secara cepat? Adanya tanda-tanda eating disorder pada seseorang harus diidentifikasi dengan baik, karena penanganan yang cepat dapat membantu mencegah masalah yang lebih serius.
-
Apa saja tanda gangguan kesehatan mental? Berikut ini adalah beberapa tanda atau gejala yang bisa menjadi indikasi bahwa kita perlu memeriksakan kesehatan mental kita: Perubahan suasana hati yang ekstrem atau tidak stabil. Misalnya, merasa sangat sedih, marah, cemas, takut, atau bahagia tanpa alasan yang jelas. Perubahan perilaku yang signifikan atau tidak biasa. Misalnya, menjadi penyendiri, agresif, impulsif, atau tidak peduli dengan orang lain. Perubahan pola tidur atau nafsu makan yang drastis. Misalnya, sulit tidur atau tidur terlalu banyak; tidak nafsu makan atau makan terlalu banyak. Perubahan kinerja atau produktivitas di sekolah atau tempat kerja. Misalnya, sulit berkonsentrasi, sering lupa, kurang motivasi, atau sering absen. Perubahan minat atau kesenangan terhadap aktivitas yang biasa dilakukan. Misalnya, tidak lagi menikmati hobi, olahraga, atau bersosialisasi dengan teman. Perasaan tidak berharga, bersalah, putus asa, atau ingin bunuh diri. Mengalami halusinasi (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada) atau delusi (percaya pada sesuatu yang tidak nyata). Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan secara berlebihan untuk mengatasi masalah. Mengalami gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Misalnya, sakit kepala, nyeri dada, mual, atau sesak napas.
Alasan lainnya yaitu karena barang tersebut memiliki kenangan tak terlupakan sehingga sayang untuk dibuang. Ada juga yang bisa merasakan aman dan nyaman saat dikelilingi barang-barang tersebut.
Adapun benda yang biasa disimpan orang yang menderita hoarding disorder beragam. Ada perlengkapan rumah tangga, majalah atau koran, hingga pakaian yang sudah rusak atau sangat kotor. Perilaku ini berakibat pada penuhnya isi rumah dengan barang yang penderita kumpulkan.
Jika diteruskan, lama kelamaan isi rumah atau kamar akan sangat penuh dengan sampah. Hal ini tentu tidak sehat bagi penderita karena rumah akan terasa sesak karena penuh barang dan juga kotor oleh barang-barang tak terpakai.
Meski memungkinkan, menyembuhkan hoarding disorder cukup sulit untuk dilakukan. Penyebabnya adalah seringkali penderitanya tak sadar bahwa perilaku tersebut salah dan tidak sehat. Namun dengan penanganan yang tepat, perilaku ini bisa dihilangkan.
Karena itu perlu diketahui gejala hoarding disorder beserta penyebabnya. Ketahui hal ini sejak dini agar bisa segera ditangani sebelum semakin parah.
Gejala Hoarding Disorder
Gejala paling umum yang ditunjukkan oleh penderita hoarding disorder adalah sering mencari dan menyimpan barang dalam jumlah banyak. Gejala ini umumnya akan nampak di usia remaja atau awal menuju dewasa.
Gejala hoarding disorder selanjutnya adalah penderita akan merasa kesulitan untuk membuang barang-barang yang sudah tidak berguna. Bahkan, mereka akan merasa cemas ketika ia akan membuang barang tersebut.
Gejala hoarding disorder yang bisa dikenali lainnya adalah penderita akan terus mencari barang lain yang ada di luar rumah untuk disimpan. Mereka juga tidak memperbolehkan orang-orang di sekitarnya untuk membersihkan rumahnya serta menjauhkan diri dari saudara atau temannya.
Penyebab Hoarding Disorder
Penyebab perilaku hoarding disorder memang belum bisa dipastikan. Namun, ada beberapa aspek yang diperkirakan mampu meningkatkan resiko seseorang mengalami hoarding disorder.
Penyebab hoarding disorder adalah karena orang tersebut memiliki gangguan mental. Adapun gangguan mental yang menjadi pemicu antara lain skizofrenia, gangguan obsesif kompulsif (OCD), atau bisa juga depresi.
Penyebab hoarding disorder yang lain antara lain karena mereka dibesarkan di keluarga yang tidak mengajarkan cara memilih barang, atau justru keluarganya ada yang menderita hoarding disorder. Ada juga kemungkinan penderita memiliki trauma kehilangan seseorang atau suatu benda.
Apabila ada rekan atau keluarga Anda yang menunjukkan gejala seperti di atas, maka segera ajak mereka untuk berkonsultasi dengan dokter. Nantinya dokter akan melakukan wawancara dengan menggunakan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mendiagnosis hoarding disorders.
Dampak Hoarding Disorder
Perilaku hoarding disorder tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai masalah baik bagi penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Ada berbagai risiko yang sangat merugikan penderitanya. Hal tersebut adalah:
- Penderita akan dijauhi oleh teman dan keluarga.
- Resiko penderita akan terluka karena tertimpa barang-barang yang ia timbun.
- Penderita bisa terkena gangguan pernapasan dan penyakit lain karena rumah menjadi sempit akibat barang yang menumpuk sehingga menjadi kotor.
- Produktivitas penderita menjadi turun karena hanya berfokus pada menimbun barang.
Pengobatan Hoarding Disorder
Hoarding disorder bisa diatasi dengan melakukan beberapa penanganan. Berikut adalah cara menangani penderita hoarding disorders.
1. Psikoterapi
Terapi yang dilakukan adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini dilakukan dengan cara melatih penderita untuk menahan keinginannya untuk menyimpang barang yang ada.
Selain itu, penderita juga akan dilatih untuk membuang barang yang sudah ia timbun. Terapi ini tentu harus didukung oleh orang terdekat agar berjalan dengan lancar.
2. Penggunaan Obat-obatan
Karena penderita hoarding disorders memiliki kecenderungan mengalami depresi atau gangguan kecemasan, maka dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan berjenis antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Selain melalui pengobatan, ada langkah-langkah lain yang bisa dilakukan untuk membantu penderita untuk pulih. Langkah-langkah tersebut antara lain:
- Menyumbangkan barang yang sudah tidak dipakai namun masih memiliki nilai guna.
- Membuang barang yang sudah lama tertimbun, minimal lima benda setiap harinya.
- Mencari kegiatan atau hobi lain untuk mendistraksi diri dari menimbun barang.
- Membuat jadwal mengenai apa-apa saja yang akan dilakukan setiap hari dan lakukan sesuai dengan jadwal.
- Menaruh tempat sampah di beberapa sudut ruangan dalam rumah. (mdk/amd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hoarding disorder atau kebiasaan menimbun barang merupakan gangguan kepribadian yang perlu kita waspadai.
Baca SelengkapnyaMengatasi gangguan psikologis ini memanglah tidak mudah, tetapi dengan bantuan yang tepat, kondisi ini dapat diatasi.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan sebuah kamar kos cewek yang terdapat tumpukan sampah yang menggunung.
Baca SelengkapnyaKamar kos itu ditinggalkan dengan berbagai sampah yang berserakan di sekitar, mulai dari botol air hingga bungkus bekas makanan.
Baca SelengkapnyaPengidap hoarding disorder kerap tidak merasa jika apa yang dialaminya adalah gangguan.
Baca SelengkapnyaUsai sebulan pemilik kamar tak berada di kosan, pria ini perlihatkan kondisi kamar tersebut yang penuh sampah.
Baca SelengkapnyaSebelum berubah menjadi depresi, terdapat sejumlah gejala yang perlu dikenali.
Baca SelengkapnyaCaesar Hito mengungkap pengakuan mengejutkan tentangnya yang pernah mengidap hoarding disorder.
Baca SelengkapnyaBeberapa gejala awal depresi yang mungkin saja dialami, tapi nggak disadari. Apa saja?
Baca SelengkapnyaGangguan ini dapat memengaruhi kemampuan anak dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaBeberapa masalah kesehatan mental kerap tidak disadari sebelumnya sehingga kerap disangka muncul secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaAttention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah gangguan mental berupa perilaku yang impulsif dan hiperaktif.
Baca Selengkapnya