Geliat Pembuatan Jukung Pulau Sewangi, Dibakar demi Kualitas Tinggi
Merdeka.com - Nyala api dan kepulan asap yang meninggi seolah menjadi makanan sehari-hari. Mereka bukanlah sedang membuat api unggun untuk memperoleh kehangatan. Melainkan beginilah pekerjaan mereka sehari-hari. Balok kayu besar inilah yang nantinya dijadikan sebuah mahakarya jukung khas Banjar. Terlihat unik, perahu setengah jadi dibakar di atas nyala api asapnya berkali-kali membuat mata menjadi perih.
Meski begitu, memang beginilah salah satu langkah perjuangan untuk menciptakan mahakarya jukung Pulau Sewangi yang terkenal berkualitas tinggi. Dapur produksi perahu tradisional ini dapat dijumpai di daerah Pulau Sewangi di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Tepat berada di barat laut Banjarmasin di hilir Sungai Barito. Para prianya berprofesi sebagai pembuat perahu tradisional.
Nantinya, perahu tradisional ini akan ditanamkan mesin kecil yang kemudian terkenal dengan nama perahu kelotok khas Kalimantan Selatan. Ketenaran perahu Pulau Sewangi tak hanya lingkup lokal, bahkan para turis Korea dan Eropa takjub dengan perahu jukung dan kelotok buatan Pulau Sewangi.
-
Apa ciri khas usaha kerajinan kayu mereka? Melihat tingginya permintaan pasar, Prima dan Andi memutuskan mulai melakukan produksi kerajinan kayu sendiri. Sejak awal, keduanya memutuskan ciri khas usahanya adalah kerajinan kayu berwarna pastel.
-
Bagaimana warga Serang mengolah limbah kayu? Kayu-kayu itu lantas disulap menjadi ikon-ikon lokal hingga mancanegara, sesuai pesanan dari para konsumen. Memiliki slogan 'Mengubah Limbah Menjadi Berkah' sekitar 15-an orang yang mengerjakan kerajinan tersebut kini kecipratan rezekinya.
-
Bagaimana cara penduduk asli membuat sampan? Penduduk asli akan menebang pohon besar, menyalakan api di bagian atas batang kayu dan memotongnya dengan cungkil untuk membuat sampan.
-
Bagaimana Bakar Tongkang dilakukan? Pelaksanaan ritual ini dimulai dengan membuat replika kapal tongkang dengan panjang sekitar 8,5 meter dan lebar 1,7 meter yang terbuat dari kayu dengan dinding kapal yang dilapisi kertas warna-warni. Sebelum tongkangnya diarak, harus diinapkan satu malam di Kuil Eng Hok King, diberkati, lalu baru dibawa ke tempat prosesi. Barulah tongkang tersebut dibawa dengan cara dipanggul sepanjang jalan menuju tempat pendaratan tongkang pertama kali. Ketika sudah sampai di lokasi, kapal tongkang tersebut diisi dengan kertas warna kuning lalu dibakar. Asap yang membumbung tinggi itu terbang ke udara untuk leluhur mereka.
-
Siapa yang mungkin membuat alat kayu itu? Para ahli menduga alat ini mungkin dibuat oleh Homo heidelbergensis atau bahkan nenek moyang manusia yang lebih tua.
-
Apa itu Bakar Tongkang? Ritual ini seiring berjalannya waktu berubah menjadi sebuah festival yang dihadiri oleh masyarakat lokal maupun para wisatawan dari dalam dan luar negeri. Momen festival Bakar Tongkang sangatlah ditunggu-tunggu, pasalnya seluruh masyarakat akan tumpah ruah di satu tempat sambil membawa kapal tongkang dalam berbagai ukuran, lalu dibakar.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Kobaran api ini bukanlah bertujuan untuk menghanguskan balok kayu bahan baku jukung. Selain menghilangkan kadar air, gelondongan kayu yang dibakar akan membuat teksturnya melunak. Pasalnya, jenis kayu yang digunakan ialah kayu dengan karakteristik keras dan kuat. Hal inilah yang menjadi keunggulan jukung Pulau Sewangi memiliki kualitas yang tinggi.
Proses membakar balok kayu jukung berlangsung selama dua jam lamanya. Tempat pembakaran balok kayu biasanya dilakukan di luar Pulau Sewangi, tepatnya di daerah Manusup, Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Kemudian para pengrajinnya menjual bahan baku jukung untuk dibentuk menjadi perahu hingga jadi. Namun beberapa pengrajin di Pulau Sewangi juga memproduksi perahu dari balok kayu hingga jukung jadi.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Kondisi geografis Kalimantan Selatan yang dipenuhi dengan sungai besar dan rawa membuat daerah ini sebagai sentra pengrajin jukung yang ternama. Anak-anak hingga dewasa semua mahir mengendalikan jukung. Seolah jukung telah menjadi transportasi wajib bagi masyarakat Banjarmasin khususnya di daerah perairan.
Dulunya, jukung-jukung Banjar terbuat dari kayu super kuat. Terkenal di antaranya ialah kayu ulin, kayu besi, hingga kayu cangal. Daya tahan dan kekuatan kayunya jauh lebih kuat daripada bahan baku kayu yang saat ini dipakai. Namun kayu-kayu tersebut telah langka akibat pembalakan hutan yang dialihkan menjadi perkebunan kelapa sawit. Kini kayu yang digunakan berasal dari jenis kelepek, madi hirang, kasak, dan lanan. Daya tahan perahunya hanya dapat bertahan lima hingga puluhan tahun lamanya.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Perlahan tapi pasti, tiap sudut jukung dibentuk secara presisi. Balok kayu besar lama kelamaan dipahat, diubah menjadi lambung perahu. Sesekali balok kayu kembali dibakar untuk memudahkan proses pemahatan jukung.
Ukuran jukung atau perahu kelotok berbeda-beda. Ada satuan tradisional berupa “dapa” yang digunakan orang Banjar untuk menentukan panjang jukung. Satu dapa sama dengan rentangan kedua tangan orang dewasa atau sekitar 1 meter. Mulai dari 4 dapa atau sekitar delapan meter, hingga mencapai 5.5 dapa.
Satu perahu jukung dapat diselesaikan mulai dari satu pekan hingga dua pekan. Terbilang lama, karena proses pengerjaan sepenuhnya menggunakan tenaga manusia. Hingga langkah terakhirnya ialah mewarnai badan perahu.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Satu perahu jukung biasa dijual mulai harga Rp 3.5 juta hingga Rp 8 juta. Semuanya tergantung pada jenis kayu dan lama pengerjaan yang dibuat sepenuhnya oleh tangan manusia. Selain membuat perahu jukung sungguhan, para pengrajinnya juga membuat souvenir perahu jukung dari limbah kayu. Sasarannya ialah para wisatawan yang datang ke Pulau Sewangi sebagai cinderamata.
Tak ada yang tahu secara pasti kapan kerajinan jukung khas Banjar mulai digeluti. Yang pasti ialah jukung menjadi kebutuhan pokok masyarakat Banjar. Para pengrajinnya mengaku, mereka hanya meneruskan wasiat para leluhur untuk terus melestarikan pembuatan jukung atau perahu kelotok.
(mdk/Ibr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keunikan dari tembikar tradisional Sungai Janiah ada pada pembentukan tembikar yang dibuat sembari dipangku di atas pelukan pengrajin yang duduk berselonjor.
Baca SelengkapnyaPerahu buatan nelayan Indramayu dikenal tangguh dan kokoh
Baca SelengkapnyaKerajinan tempat gamelan tak banyak disorot, padahal hanya orang-orang tertentu yang bisa membuatnya
Baca SelengkapnyaGolok asli setempat dikenal sangat tajam, sehingga bisa dengan mudah merobek benda.
Baca SelengkapnyaDi Dusun Banger sebenarnya masih banyak rumah tidak layak huni. Bahkan beberapa penghuninya tidak pernah mendapat bantuan sama sekali.
Baca SelengkapnyaArkeolog selama ini tidak menyadari apa yang sudah mereka lihat ternyata menjadi lokasi pembuatan kapal-kapal hebat itu.
Baca SelengkapnyaMengenal Pewter, kerajinan tradisional dari bahan timah khas masyarakat Pulau Bangka
Baca SelengkapnyaSenjata ini sudah biasa biasa digunakan oleh masyarakat untuk menunjang aktivitas sehari-hari seperti berkebun
Baca SelengkapnyaNenek moyang suku Jawa ini punya kehidupan unik di tengah hutan Bojonegoro. Mereka ahli dalam berbagai hal, mulai kerajinan kayu hingga menambang minyak.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaWalau terbuat dari kayu, ulekan tradisional khas Cikanyere ini kuat.
Baca SelengkapnyaKarena terkenal akan desain yang rapi dan detail, pembelinya saat ini sudah sampai negara India hingga Arab Saudi.
Baca Selengkapnya