Kisah Haru Perjuangan Dua Gadis Rimba Ikut Sekolah Formal, Menginspirasi
Merdeka.com - Bepanau (13) dan Nukik (14), merupakan dua anak perempuan orang rimba atau suku anak dalam (SAD) yang terdaftar di sekolah formal SDN 191 Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Sarolangun.
Kedua anak perempuan tersebut merupakan anak dari Tumenggung Ngrip, sebuah kelompok orang rimba yang bermukim di Kedudung Muda, kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Sarolangun, Jambi.
Bepanau merupakan siswa kelas dua di sekolah tersebut, sedangkan Nukik adalah adik kelasnya yang baru kelas satu. Mereka berdua adalah potret perjuangan anak-anak pedalaman yang semangat dalam menempuh pendidikan meski jalan yang mereka tempuh tidaklah mudah.
-
Apa makna pahitnya perjuangan dalam hidup? Setiap momen pahit memiliki potensi untuk menghasilkan sesuatu yang manis.
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
-
Kenapa pelajar berjuang? Mereka yang sebagian berusia masih sangat belia tak gentar menghadapi kolonial Belanda. Di tengah segala kesulitan, mereka tetap bersikukuh melakukan perlawanan terhadap kolonial pada Agresi Militer Belanda I dan II.
-
Mengapa pahitnya perjuangan penting dalam hidup? Terimalah saat-saat pahit, karena itu membentuk siapa kita dan menjadi apa kita.
-
Bagaimana anak-anak Desa Gabus Serang seberangi sungai? Rakit ini hanya bisa menampung enam sampai tujuh orang, dengan resiko tinggi. Pasalnya rakit bambu hanya dibuat ala kadarnya, sebagai alat penyeberangan utama. Untuk menggerakannya, seorang operator menarik tali baja yang membentang dari masing-masing ujung Sungai Cidurian.
-
Bagaimana anak-anak belajar di Kampung Saungkuriang? 'Akhir KKN ini, kami menerima kunjungan empat sekolah SD di Kecamatan Cipondoh, untuk merasakan langsung pesona Kampung Saungkuriang. Dengan kegiatan memberi makan hewan, membuat ekoprint, dan beberapa kerajinan dari barang bekas. Serta membuat aquaponik di mana anak-anak dapat menanam sekaligus memelihara ikan,' paparnya.
Pertama yang Mengenyam Pendidikan Sekolah Formal
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Bepanau dan Nukik menjadi kebanggaan tersendiri bagi dunia pendidikan. Sebab, keduanya menjadi anak perempuan orang rimba di Taman Nasional Bukit Dua Belas pertama yang mengenyam pendidikan di sekolah formal.
"Bepanau dan Nukik boleh dibilang anak perempuan orang rimba pertama yang masuk sekolah formal," kata Fasilitator Pendidikan KKI Warsi, Yohana Pamella Marpaung dilansir dari Liputan6.com.
Dulu Anak-Anak Rimba Tidak Diperbolehkan Sekolah
Sebelumnya, anak perempuan, terutama untuk orang rimba yang bermukim di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, dilarang Bersekolah formal di luar. Butuh perjuangan panjang meyakinkan orang tua mereka agar anaknya masuk sekolah."Awalnya tahun 1998 mereka hanya mau sekolah di dalam rimba, dan itu hanya ditujukan untuk yang sudah remaja dan dewasa, tidak izinkan anak-anak," ujar Yohana.
Dimulai dari Anak Rimba Laki-Laki
Seiring berjalannya waktu, pada 2002 anak-anak juga mulai diizinkan untuk sekolah. Namun, itu hanya untuk laki-laki saja. Kemudian anak-anak laki-laki sekitar tahun 2004 mulai masuk ke sekolah formal, namun dengan format penyetaraan kelas.
Anak Rimba Perempuan Baru Diizinkan Sekolah pada Tahun 2006
Hingga akhirnya pada 2006 anak perempuan mulai diizinkan sekolah. Namun hanya di dalam rimba dan harus diajari oleh fasilitator pendidikan Warsi yang perempuan saja.
Tonggak bagi Pemerataan Pendidikan
Butuh waktu yang panjang, sampai akhirnya anak perempuan bisa masuk sekolah formal. Kehadiran Bepanau dan Nukik di bangku sekolah itu bisa menjadi tonggak untuk pemerataan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia."Untuk itulah kami berjuang supaya mereka bisa ikut ujian kenaikan kelas," kata Yohana.
Mengikuti Ujian Kenaikan Kelas
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Minggu lalu, anak-anak rimba ini telah mengikuti ujian kenaikan kelas yang dimulai sejak Senin (15/6). Di tengah pandemi Covid-19 ini, sesuai dengan kebijakan pihak sekolah SDN 191 Air Panas, soal ujian diambil oleh pendamping ke sekolah dan peserta didik mengerjakannya dari rumah. Namun untuk anak-anak orang rimba, mereka mengerjakan soal di kantor lapangan Warsi di Desa Bukit Suban.
Didampingi oleh Fasilitator Pendidikan
Yohana yang juga bertugas sebagai fasilitator pendidikan, bertanggung jawab untuk anak-anak rimba yang sekolah agar mengikuti ujian. Ia menyusul kedua anak tersebut ke dalam rimba dan mengantarkan soal ujian.Keduanya harus dijemput karena sebelumnya mereka pergi ke rimba mengikuti orang tuanya di kawasan Kedudung Muda, Taman Nasional Bukit Dua Belas. Sejak sekolah tatap muka diliburkan mereka ikut bersama orang tuanya untuk menanam ubi di dalam rimba. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, para guru ini harus menggunakan perahu untuk menuju ke tempat sekolah tersebut.
Baca SelengkapnyaLaskar Pelangi adalah salah satu karya sastra Indonesia yang populer. Ditulis oleh Andrea Hirata, novel ini mengisahkan kehidupan 10 anak yang inspiratif.
Baca SelengkapnyaNovel Laskar Pelangi menjadi bahan ajar ilmu sastra Indonesia akibat kekayaan dalam cerita dan penokohannya.
Baca SelengkapnyaPerjalanan ke tempat bertugasnya itu harus ditempuh dengan penuh perjuangan.
Baca SelengkapnyaPerjuangan guru yang mengajar di sekolah terpencil ini viral di tiktok, berangkat lewati jalan berlumpur hingga muara.
Baca SelengkapnyaViral Kisah Inspiratif Suksesnya 10 Bersaudara Anak Petani Sederhana
Baca SelengkapnyaPerempuan asal Jakarta Timur ini rela memberikan ilmunya secara cuma-cuma kepada anak-anak pemulung di wilayah TPU Pondok Kelapa.
Baca SelengkapnyaViral perjuangan siswa di Samosir harus berjalan kaki menuju sekolah dalam keadaan hari masih gelap.
Baca SelengkapnyaSetiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita inspiratif tiga putra suku anak dalam Jambi hingga berhasil jadi polisi.
Baca SelengkapnyaSetiap hari mereka menyeberang sungai itu tanpa didampingi orang tua
Baca Selengkapnya