Kisah Pilu Penggali Makam Jenazah COVID-19, Upah Tak Kunjung Cair Hingga Mogok Kerja
Merdeka.com - Bekerja sebagai penggali makam jenazah pasien COVID-19 tentu menjadi tugas dan tanggung jawab yang berat, mengingat risiko yang dihadapi terbilang besar. Kerja di tengah ketakutan akan terpapar COVID-19 menjadi tantangan berat bagi para penggali makam jenazah pasien COVID-19 di Taman Pemakaman Umum (TPU) Gandus Hills Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Mirisnya, jerih payah penggali makam tersebut ternyata tidak mendapatkan hasil setimpal. Mereka merasa kecewa karena upah yang dijanjikan untuk penggalian makam di TPU Gandus Hills Palembang ini tidak kunjung cair. Para penggali makam jenazah pasien COVID-19 di Palembang ini pun akhirnya memilih mogok kerja.
Terakhir Mendapat Upah Sebelum Idul Fitri
-
Bagaimana orang-orang di makam itu meninggal? Mereka ditemukan di bagian kota yang tidak memiliki karakteristik umum dari sebuah pemakaman, menunjukkan tanda-tanda kematian yang kejam.
-
Kenapa orang-orang ditumbalkan di makam? Korban tumbal ini bertujuan untuk menemani tuannya di alam baka.
-
Kenapa kompleks pemakaman di Mojowarno terbengkalai? Kini, jejak-jejak kejayaan agama kristen masih berdiri megah di Kecamatan Mojowarno. Sayangnya, salah satu bukti sejarah yakni kompleks pemakaman orang-orang Jawa Kristen di sana terbengkalai.
-
Apa yang terjadi pada karyawan yang di PHK? Berdasarkan data dari pelacak independen Layoffs.fyi, hingga 30 Agustus 2024, sebanyak 422 perusahaan teknologi telah memberhentikan 136.782 karyawan.
-
Mengapa warga Puncak meninggal? Kematian karena diare dan dehidrasi,“ Abdul menyebutkan berdasarkan laporan tersebut, kekeringan ini telah berdampak pada kurang lebih 7.500 jiwa.
-
Siapa yang meninggal di dalam makam tersebut? Menurut makalah yang diterbitkan dalam The Journal of Archaeological Science Reports, kerangka yang ditemukan di dalam kuburan itu hampir dipastikan seorang perempuan.
Mimin (42), satu dari empat penggali makam di TPU Gandus Hills Palembang menuturkan, sisa upah yang dijanjikan Dinas Pera-KP Palembang tak kunjung diberikan.
Padahal, Ia bersama para rekan kerjanya mendapatkan upah terakhir sebelum Idul Fitri 1441 Hijriah.
"Upah kami berempat terakhir dibayarkan sebelum Lebaran. Itu pun tidak seluruhnya. Jadi kami berhenti dulu kerja, sampai upah kami dibayarkan,” ucapnya, Selasa (9/6), dilansir dari Liputan6.com.
25 Liang Lahat Belum Dibayarkan
Dari 75 liang lahat yang ditugaskan untuk digali, baru 50 liang lahat yang dibayar oleh Dinas Pera-KP Palembang.
©2020 REUTERS/Adnan Abidi
Sedangkan 25 liang lahat sisanya masih menunggak dan dijanjikan akan dibayar setelah Idul Fitri 1441 Hijriah. Namun hingga saat ini, pembayaran tersebut tak juga terealisasi."Tapi sampai hari ini tidak ada kabar, sementara lubang kubur yang telah digali dan digunakan terus bertambah, totalnya kini berjumlah 49," katanya.
12 Lubang Makan dalam Satu Hari
Ia dan ketiga rekan kerjanya juga merasa kewalahan. Karena tingginya angka kematian pasien COVID-19 di Palembang, pekerjaannya pun semakin menumpuk. Bahkan, pernah dalam satu hari, ada penggalian 12 lubang makam di TPU Gandus Hills Palembang yang harus diselesaikan di hari itu juga.“Kami menambah satu orang penggali makam sejak seminggu terakhir, karena banyaknya lubang kubur yang harus digali. Tapi nasib kami sama, belum mendapatkan upah juga,” ujarnya.
Memilih Mogok Kerja
Mereka awalnya sudah mengajukan pencairan upah ke instansi terkait, dan dijanjikan akan dibayar pada awal Bulan Juni 2020 ini. Namun hingga waktu yang ditentukan, upah para penggali makam ini pun tak kunjung cair. Sehingga mereka memilih mogok kerja hingga haknya terpenuhi.Sekretaris Daerah Pemkot Palembang Ratu Dewa menuturkan, Ia sudah mendengar adanya penundaan pembayaran upah para penggali makam.“Nanti saya konfirmasi dulu ke dinas terkait, agar bisa segera ditindaklanjuti,” katanya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peristiwa itu bermula saat kedua korban, JM (73) dan ST (60), membersihkan sumur milik tetangganya pada Senin kemarin.
Baca SelengkapnyaPotret makam para Pejuang Indonesia terbengkalai di pelosok desa Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaLima petugas KPPS di Kabupaten Tangerang, Banten, meninggal dunia seusai mengawal pelaksanaan Pemilu 2024. Mereka diduga kelelahan.
Baca SelengkapnyaRatusan petugas pemilu di Garut jatuh sakit akibat kelelahan saat bertugas.
Baca SelengkapnyaPetugas yang menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan juga akan mendapat santunan lain sebagaimana porsinya.
Baca SelengkapnyaLima Petugas Pemilu di Depok Jatuh Sakit akibat Kelelahan
Baca SelengkapnyaPara tersangka di antaranya berperan melakukan perencanaan dalam perintangan tersebut.
Baca SelengkapnyaMengeringnya wilayah Kampung Apung turut memunculkan kembali makam-makam tua yang telah lama tenggelam.
Baca SelengkapnyaPetugas yang meninggal dunia akan mendapatkan santunan sebesar Rp36.000.000
Baca SelengkapnyaDalam proses administrasi nantinya lebih dulu akan diverifikasi ahli waris sebagai penerima santunan.
Baca SelengkapnyaKedua pria sebatang kara itu meninggal pada Jumat (29/9), namun tidak bisa langsung dimakamkan karena pihak rumah singgah tak punya biaya pemakaman.
Baca SelengkapnyaKomisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat 12 petugas Pemilu Sumbar meninggal dunia dan 50 orang jatuh sakit pada pelaksanaan Pemilu.
Baca Selengkapnya