Kisah Pilu Zahra, Siswi SMP di Aceh yang Rela Jadi Kuli Bangunan demi Bertahan Hidup
Merdeka.com - Seorang pelajar umumnya akan mengisi hari-harinya dengan belajar dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Namun kenyataan berbeda harus dialami oleh Zahra, seorang siswi kelas tiga di SMP 5 Kota Lhokseumawe, Banda Aceh.
Pasalnya, Ia harus memikul tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya yang berada di bawah garis kemiskinan. Setiap hari Zahra harus rela bekerja sebagai kuli bangunan bersama kakak dan ibunya.
Bahkan Ia seringkali tak masuk sekolah lantaran harus bekerja menggarap bangunan tetangganya.
-
Kenapa anak ini harus kerja? Di usianya masih masih belia, RA yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) ini harus merasakan kerasnya hidup. Ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat orang tuanya.
-
Kenapa pejuang nafkah keluarga harus kuat? Pundakmu berat, kamu harus kuat. Kerjamu juga harus lebih keras, jangan lemah.
-
Apa beban anak pertama wanita? Anak pertama perempuan sering kali menghadapi berbagai beban yang cukup berat, baik secara emosional maupun psikologis.
-
Dimana keluarga Muslim bekerja? 'Bahwa pintu masuk ke Gereja Makam Suci dirawat oleh umat Islam semakin menambah permadani budaya Kota Suci yang seringkali membingungkan namun selalu menarik,' bunyi pernyataan tersebut.
-
Siapa yang biasanya disebut pejuang nafkah keluarga? Sungguh mulia orang yang tidak pernah mengeluh ketika berjuang mencari nafkah untuk keluarganya.
-
Siapa yang merasakan beban berat? Shanty menyatakan bahwa ia merasakan beban berat selama masa Pendidikan Karakter dan Disiplin (PPKD) karena tidak menerima kabar dari Fabian.
“Iya kerja bangunan, dari pagi sampai jam 5 sore,” terang Zahra seperti dikutip dari kanal Youtube Valdian Saputra.
Bagaimana kisah perjuangan Zahra selengkapnya? Berikut ulasannya.
Bekerja Mengikat Besi bersama Sang Ibu
Kondisi tangan Zahra menjadi memar karena bekerja menjadi kuli bangunan
©2021 Kanal Youtube Pesona Tanoh Rincong/editorial Merdeka.com
Setiap harinya Zahra harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebagai kuli bangunan, termasuk mengikat besi untuk pondasi. Bahkan pekerjaannya itu kerap membuat tangannya terluka dan memar.
Di usianya yang masih sangat muda, Zahra harus rela bekerja sebagai kuli bangunan setelah sang ayah pergi meninggalkan keluarganya.
“Ini dilakukan (ikat ikat besi) sejak suami pergi tanpa kabar,“ kata Lela, ibu dari Zahra.
Tinggal di Gubuk Kayu Seadanya
©2021 Kanal YoutubePesona Tanoh Rincong /editorial Merdeka.com
Zahra dan keluarganya kini tinggal di sebuah gubuk kayu sederhana di Desa Uteun Kot, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Mereka memilih tinggal di sini karena harga sewa yang murah.
“Ini tinggalnya di sini. Karena sempat panik dan adik Zahra sakit akhirnya tinggal di sini tidur bergantian di luar. Walaupun satu ruangan jadi satu dengan dapur seperti ini tapi kami nyaman,” tambah sang Ibu.
Mengetahui kondisi keluarga Zahra yang memprihatinkan, para guru di sekolahnya pun berinisiatif untuk patungan demi bisa membangun rumah yang layak huni. Hingga rumah tersebut jadi, Zahra dan keluarganya harus tinggal di gubuk tersebut.
Membantu Pengobatan Kanker sang Adik
©2021 Kanal Youtube Valdian Saputra/editorial Merdeka.com
Adik Zahra, Suci Istiqomah, divonis dokter mengalami kanker saraf sejak kelas satu SD. Zahra bersama ibu dan kakaknya pun terus berjuang mengumpulkan uang untuk membantu pengobatan Suci.
“Untuk biaya sehari sekolah SD dan SMP termasuk pengobatan Suci yang sampai hari ini masih berobat,” terang Lela.
Demi bisa mencukupi biaya kebutuhan sehari-hari dan pengobatan untuk anaknya, selain menjadi kuli bangunan Lela juga bekerja sebagai buruh cuci.
Sebelumnya kondisi Zahra dan keluarganya yang memprihatinkan ini menjadi viral setelah rumah mereka yang sederhana diunggah di berbagai media sosial. Saat itu ada salah seorang guru yang berkunjung ke rumah Zahra lantaran ia kerap tak masuk sekolah.
Dari situ terungkap jika Zahra sering absen masuk sekolah karena harus bekerja sebagai kuli bangunan untuk membantu perekonomian keluarganya.
Mendapat Bantuan
Kisah hidup Zahra dan keluarganya pun viral di media sosial. Sejak itu beberapa bantuan mulai berdatangan. Salah satunya bantuan dari PLN setempat yang menggratiskan aliran listrik di rumahnya yang sedang dibangun.
Selain itu ada pula donasi dari para donatur setempat yang terketuk hatinya untuk membantu Zahra dan keluarganya. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Idia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca SelengkapnyaPemulung anak yatim di Bantar Gebang ini memiliki cita-cita ingin menjadi prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang rela jadi tukang pijat demi anak sekolah.
Baca SelengkapnyaNabila dengan tulus ikhlas memulung sampah, dan tak terpikir untuk bermain layaknya anak sekolah seusianya. Ia berharap, upaya ini bisa sedikit meringankan.
Baca SelengkapnyaKisah perjuangan seorang wanita dari kecil berjualan demi memenuhi kebutuhan hidup. Hingga kini telah sukses memiliki toko sendiri.
Baca SelengkapnyaUstaz Riza Muhammad sempat berjualan sandal. Dari berjualan sandal, Ustaz Riza mendapat pengasilan Rp50 ribu selama Seminggu.
Baca SelengkapnyaDemi menghidupi keluarganya, Sopiah rela menyamar menjadi pria agar diterima bekerja sebagai kuli.
Baca SelengkapnyaViral anak SMP bantu ibunya cari rongsokan usai pulang sekolah, aksinya bikin salut.
Baca SelengkapnyaFirman berjuang keras untuk mengangkat derajat keluarganya yang selama ini hidup miskin.
Baca SelengkapnyaDari hasil kerjanya, dia menabung hingga bisa kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Baca SelengkapnyaAhmad Faiq Mubaroq masih berharap bisa melanjutkan sekolah lagi.
Baca Selengkapnya