Layangan Janggan, Naga Sakral Dewa Layangan Bali
Merdeka.com - Layang-layang menghiasi langit cerah sore itu. Berkibar-kibar seolah sedang menari di angkasa. Bermain layangan memang sudah menjadi hal yang biasa di sejumlah daerah, namun di Bali bermain layangan atau yang disebut Melayangan sebuah tradisi.
Berbeda dari layang-layang pada umumnya. Layang-layang khas Bali memiliki bentuk dan keunikan sendiri. Salah satunya, Layangan Janggan. Layangan Janggan bak dewa layangan. Dengan panjang ekor yang menjuntai, layangan Janggan berbentuk naga ini dianggap sebagai layangan paling sakral saat Melayangan.
Karya terbang itu dipercaya memiliki tulang dan organ tubuh selayaknya manusia, bahkan memiliki roh. Jiwa layangan diyakini perwujudan Rare Angon, dewa pelindung areal persawahan dari hama maupun burung.
-
Bagaimana bentuk patung naga? Patung naga yang ditemukan ini memiliki panjang 15 cm, lebar 9,5 cm, dan tebal 3 cm.
-
Di mana kunang-kunang dianggap sebagai roh leluhur? Di beberapa budaya, kunang-kunang dipercaya sebagai penjelmaan jiwa leluhur yang telah meninggal. Cahaya yang mereka hasilkan dianggap sebagai tanda bahwa leluhur sedang mengawasi dan melindungi keturunannya.
-
Apa itu naga dalam mitologi? Citra naga menjadi semakin kompleks dan bervariasi. Beberapa digambarkan memiliki sayap, sementara yang lainnya tidak. Ada yang bisa berbicara dan menyemburkan api, sementara naga lainnya tidak memiliki kemampuan tersebut. Naga juga dapat diartikan sebagai makhluk baik atau jahat.
-
Apa saja yang membuat layang-layang hias ini istimewa? Setiap layangan hias dijual dengan harga Rp30ribu hingga Rp35 ribu. Murah mahalnya layangan ditentukan oleh tingkat kesulitan dalam membuat layangan tersebut.
-
Gajah terbang, apa yang terlihat? Jawaban tebak-tebakan ‘gajah kalau terbang kelihatan apanya?’ adalah kelihatan bohongnya. Tentu saja gajah terbang adalah sebuah kebohongan, bukan?
-
Bagaimana cangkang naga itu dibuat? Naga “jadi-jadian“ ini memiliki panjang sekitar 20 sentimeter. Artefak ini dirakit dengan menggunakan beberapa kerang yang membentuk bagian kepala, tubuh, dan ekornya.
Dengan bentuk yang lebar. Kain sepanjang lebih dari 100 meter menjuntai di bagian ekornya. Berbunyi pelan saat terhembus angin. Layangan ini memang bukan sekedar ornamen di hamparan langit Pulau Dewata.
Dalam kelompok layangan tradisi, layangan janggan dipercaya sebagai naga sang penjaga kestabilan dunia. Menurut mitos bumi ditopang oleh seekor kura-kura raksasa bernama Benawang Nala. Pada bumi tersebut dikelilingi oleh seekor naga yakni Naga Basuki. Naga itulah yang diabadikan menjadi layangan Janggan.
Layang-layang yang terbang di angkasa ini bertujuan untuk memohon kepada dewa Rare Angon agar panen berlimpah. Dewa Rare Angon dipercaya masyarakat Hindu bisa melindungi sawah mereka dari berbagai macam serangan hama sehingga panen masyarakat akan berlimpah.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaAda tiga jenis layang tradisi di Bali. Pertama, bebean yang mengambil bentuk ikan. Kedua, pecukan yang bentuknya dipercaya simbol dari sang Hyang Widhi Wasa. Terakhir, layangan janggan yang berbentuk naga dengan ekor menjuntai dan paling sakral.
Sebelum mengangkasa, layangan tradisional ini juga punya ritual sendiri. Ketiga layangan, bebean, pecukan dan janggan disucikan. Doa dan asa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu pula saat setelah berlaksi di langit.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaKetiga layangan ini biasanya menghiasi langit dalam acara festival layang-layangdi daerah pantai Padang Galak, Sanur, Bali. Festival musiman ini memiliki pesan keagamaan dimaksudkan untuk mengirim pesan kepada dewa-dewa Hindu untuk memberikan hasil pertanian yang melimpah. Biasanya diadakan sekitar bulan Juli-Oktober saat musim berangin tiba.
©2021 Merdeka.com/Dewa KrisnaFestival layangan ini berbeda dari yang kebanyakan. Yang menjadi ciri khas ialah ukuran layangan yang jumbo dan selalu diiringi gamelan baleganjur. Festival layangan dibuat dan diterbangkan dalam kompetisi antara tim-tim dari banjar di Denpasar.
Tim terdiri dari sekitar 70 sampai 80 orang, masing-masing tim memiliki Gamelan, pembawa bendera dan penerbang layang-layang. Nantinya, layang-layang tradisional dengan lebar 4 meter dan panjang 10 meter ini diterbangkan secara bersamaan.
Selain layangan tradisional, ada juga layang-layang kreasi baru dengan bentuk 3D. Seperti benntuk Dewa Hindu, kendaraan seperti mobil dan motor, maskot dsb. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda.
Baca SelengkapnyaJaran Kepang Tumpang Kabupaten Malang jadi salah satu yang paling terkenal di Pulau Jawa
Baca SelengkapnyaKesejukan dan ketenangan akan kamu rasakan di Telaga Sarangan, meski banyak mitos mengelilinginya.
Baca SelengkapnyaPotret penampakan peninggalan pra-sejarah yang ada di Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaMentawai tak hanya terkenal dengan potensi wisatanya, melainkan juga keunikan budayanya.
Baca SelengkapnyaCandi Badut menawarkan pesona wisata sejarah sekaligus alam yang memukau.
Baca SelengkapnyaSimak kumpulan mitos Gunung Lawu berikut ini yang wajib diketahui sebelum mulai mendaki.
Baca SelengkapnyaDi jantung hutan lebat Asia Tenggara, hidup seekor burung yang bentuknya aneh, beda dengan burung-burung lainnya.
Baca SelengkapnyaTak hanya sekedar hiasan belaka, mahkota penari Gandrung Banyuwangi ini penuh filosofi.
Baca SelengkapnyaPerlu diketahui bahwa sebenarnya tokoh-tokoh wayang ini ada banyak dan dibagi menjadi beberapa kategori, apa saja?
Baca SelengkapnyaSalah satu kesenian berasal dari Lampung Barat ini menjadi simbol suatu kehormatan dan kebesaran yang dipertunjukkan pada upacara ritual yang sakral.
Baca SelengkapnyaGunung Rinjani, memikat para pendaki dengan daya tariknya di Pulau Lombok. Mitos dan misteri Gunung Rinjani telah menyatu erat dengan budaya lokal. Yuk simak!
Baca Selengkapnya