Mengenal Marpangir, Tradisi 'Padusan' Sambut Bulan Ramadan Ala Orang Batak
Merdeka.com - Tak terasa bulan Ramadan 1444 Hijriyah sudah hampir tiba. Mayoritas masyarakat muslim di Indonesia akan menyambut bulan suci tersebut dengan berbagai macam ritual dan tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun.
Masyarakat Suku Batak dalam menyambut bulan suci Ramadan ada beberapa tradisi yang masih terus dijalankan, yaitu ritual Marpangir. Ritual ini tidak jauh berbeda dengan tradisi 'Padusan' yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Pulau Jawa.
Pelaksanaan Marpangir membutuhkan beberapa persiapan berupa bahan-bahan yang seluruhnya akan dicampur pada saat proses pemandian oleh anggota keluarga yang akan melaksanakan ibadah puasa esok hari. Penasaran proses pelaksanaan tradisi Marpangir? Ini selengkapnya:
-
Apa makna tradisi Marpege-pege bagi masyarakat Batak Angkola? Marpege-pege merupakan salah satu bentuk dari rasa solidaritas, saling membantu dan toleransi antar anggota keluarga dan masyarakat khususnya dalam upacara perkawinan.
-
Apa itu tradisi Marsuap? Tradisi Marsuap jadi tradisi ziarah khas warga Batak. Upacara ziarah kubur menjadi cara untuk menjalin kedekatan antara pihak keluarga dengan orang yang telah meninggal dunia.Di Sumatera Utara, tradisi ini juga dipelihara oleh masyarakat adat Batak melalui tradisi Marsuap atau mencuci muka di atas makam.
-
Apa yang unik dari tradisi ramadan di Indonesia? 'Meski terbiasa melihat komunitas Muslim di Manila (Filipina), kemeriahan tradisi berpuasa lebih terasa ketika saya berada di Indonesia,' katanya, Jumat (5/4) mengutip ANTARA.
-
Siapa saja yang merasakan keunikan tradisi Ramadan di Indonesia? Sejumlah mahasiswa asing yang tengah belajar di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, mengaku menikmati momen Ramadan tahun ini.
-
Apa tradisi unik di Pulau Masakambing? Selain pesona alam, wisatawan bisa belajar tentang tradisi sedekah telur ayam dan pisang di tepi pantai. Tradisi ini dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
Dilaksanakan di Hari Terakhir Bulan Syaban
©AFP
Melansir dari artikel "Ziarah Kubur, Marpangir, Mangan Fajar: Tradisi Masyarakat Angkola dan Mandailing Menyambut Bulan Ramadhan dan Idul Fitri", Tradisi Marpangir dilakukan pada petang hari terakhir bulan Syaban atau menjelang masuknya bulan suci Ramadan.
Pelaksanaan Marpangir ini biasa dilakukan oleh mayoritas warga di Panyabungan maupun di beberapa daerah lainnya seperti di Padang Sidempuan.
Tujuan Marpangir adalah untuk membersihkan diri dan mengharumkan badan dalam memasuki bulan suci Ramadan. Dengan kata lain menyambut bulan suci dengan badan yang bersih. Dari segi makna dan tujuannya, Marpangir tidak jauh berbeda dengan tradisi Padusan di masyarakat Jawa.
Menggunakan Beberapa Bahan
Liputan6 ©2020 Merdeka.com
Masih mengutip dari sumber yang sama, pelaksanaan Marpangir harus mempersiapkan beberapa bahan-bahan yang nantinya akan dicampurkan ketika saat mulai proses pemandian.
Bahan-bahan yang harus dipersiapkan terbilang cukup beragam, di antaranya daun sereh wangi, daun jeruk purut, daun pandan, daun nilam, mayang pinang, akar usar, akar sitanggis, dan jeruk purut.
Seluruh bahan tadi wajib dipersiapkan terlebih dahulu bagi siapapun yang ingin melaksanakan ritual Marpangir. Biasanya, dalam proses pencarian bahan dilakukan secara bersama-sama dengan anggota keluarga.
Setelah seluruh bahan telah siap, lalu direbus dengan air. Kemudian barulah digunakan untuk mandi seluruh anggota keluarga. Setelah rangkaian Marpangir seleasi, barulah dilanjutkan dengan mandi seperti biasa.
Tradisi Nenek Moyang
freepik.com ©2022 Merdeka.com
Ritual Marpangir rupanya merupakan tradisi warisan nenek moyang keturunan Batak Angkola dan Mandailing. Dulunya, pelaksanaan Marpangir berfungsi sebagai pengganti sabun yang belum dikenal pada zaman dahulu.
Para nenek moyang mencari cara dengan membuat wangi-wangian dari bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya untuk membuat badan mereka wangi dan bersih dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Tradisi ini menjadi bentuk rasa gembira dan antusias dalam menyambut bulan yang penuh dengan keagungan dan penuh berkah. Marpangir disimbolkan sebagai sarana untuk penyucian diri dalam menyambut dan melaksanakan bulan Ramadan. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaKenalan lebih dekat dengan tradisi Papajar untuk menyambut bulan suci Ramadan ala masyarakat Sunda.
Baca SelengkapnyaRuwahan cukup berbeda dari tradisi penyambutan Ramadan di daerah lain
Baca SelengkapnyaIntip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaTradisi turun-temurun ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga Batukarut dan Lebakwangi yang berada di luar kota.
Baca SelengkapnyaDalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.
Baca SelengkapnyaTak sekedar menyambut Tahun Baru Islam, tradisi Malam 1 Suro ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Baca SelengkapnyaPada hari raya Lebaran, mereka tidak melaksanakan salat Idulfitri. Pelaksanaan salat mereka ganti dengan membersihkan makam leluhur.
Baca SelengkapnyaDengan beragam budaya yang ada di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Baca SelengkapnyaDi berbagai daerah, perayaan hari raya Idul Adha disambut meriah dengan berbagai tradisi.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaSebuah kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh Kerajaan Adat Marusu sebagai simbol bahwa musim tanam di Kabupaten Maros akan segera tiba.
Baca Selengkapnya