Pria Ini Ungkap Sulitnya Jadi Guru Honorer di Pedalaman, Pernah Tak Digaji 9 Bulan
Merdeka.com - Menjalani profesi guru di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Meski tergolong profesi yang mulia, masih banyak guru di Tanah Air yang hidupnya jauh dari kata layak dan sejahtera.
Seperti kisah yang dialami oleh Hery Cahyadi, seorang guru yang merintis kariernya dari guru honorer ini, mengungkapkan kesulitannya selama menjalani profesi ini.
Hery mengungkapkan, menjadi guru bukanlah impiannya. Namun keterbatasan di daerahnya, membuat profesi ini lah yang bisa membuat kawasan pedalaman Kalimantan Timur (Kaltim) bisa maju dan berkembang.
-
Dimana guru honorer mendapat gaji terendah? Ada pula gaji guru honorer mendapatkan gaji di bawah Rp1 juta per bulan. Perbedaan gaji tersebut tergantung lokasi mengajar.
-
Bagaimana guru mengatasi kesulitannya? Dalam video, guru laki-laki itu memperlihatkan nama muridnya Revaveroesy Veisaqireina Mulawarman. “Hi guys, nomor 19 bacanya gimana ya?“ katanya dalam video, diunggah akun Twitter @kegblgnunfaedh, pada Selasa (1/8). Saat sang guru kesulitan kesulitan menyebut nama muridnya. Murid-muridnya yang ada di dalam kelas sontak tertawa.
-
Siapa yang pernah mengalami masa sulit? Momen 8 Artis Mengenang Masa Sulit, Ada yang Mau Makan 3.000 Mikir Panjang dan Bahkan Rela Menjadi Supir Artis.
-
Apa yang membuat guru kesulitan? Viral, Video Guru Susah Sebut Nama Muridnya: Ini Bacanya Gimana ya? Sang guru kesulitan menyebut nama muridnya. Zaman semakin berkembang, nama-nama anak sekarang juga semakin unik dan terkadang sulit untuk diucapkan.
-
Kenapa gaji guru di Indonesia rendah? Pertimbangannya, pendapatan yang dianggap tidak cukup mensejahterakan kehidupan.
-
Apa kesulitan yang dialami Anang Hermansyah? Setelah berpisah dengan Krisdayanti, Anang Hermansyah mengalami masa sulit. Bersama anak-anaknya, ia tinggal di ruko dan memulai hidup dari awal. Keadaan ini terpaksa karena tidak ada tempat tinggal lain dan uang yang tersisa juga sedikit.
Ia bertugas di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim. Daerah ini sama sekali tak ada akses darat, hanya bisa dilalui menggunakan perahu kecil bermesin tunggal.
Pilihan pengabdian itu kemudian diambilnya, meski saat itu Ia pun tak yakin ada jaminan masa depan. Melansir dari Liputan6.com, berikut kisah Hery selengkapnya.
Gaji Pertama Rp200 Ribu
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Pada tahun 1999, pemerintah membuka penerimaan guru honorer dengan status Pegawai Tidak Tetap (PTT) di sejumlah sekolah dasar di kawasan pedalaman. Hery tak buang kesempatan dan mendaftar. Ia pun diterima. Namun, tugasnya kali ini lebih jauh.
“Tugas pertama itu di Dusun Kuyung, Desa Sebemban, Kecamatan Muara Wis dan sempat setahun di sana,” kata Hery.
Menjadi guru di kawasan pedalaman dan terisolir bukanlah pekerjaan mudah. Keteguhan hati dan keyakinan kuat dalam mendidik adalah kunci bertahan mengajar. Apalagi, saat itu Ia mendapat gaji pertama hanya sebesar Rp200 ribu.
Di tempatnya pertama bertugas, jumlah guru hanya empat orang termasuk kepala sekolah. Tak heran jika satu guru bisa mengajar beberapa kelas. Belum lagi, kebiasaan guru PNS yang jarang masuk. Beban mengajar menjadi tugas Hery sebagai guru honorer.
Bagi warga pedalaman, kehadiran seorang guru adalah berkah. Sebisa mungkin mereka bikin guru yang bertugas nyaman dan betah. Istri ikut membantunya dengan menjadi buruh harian di pengepul ikan.
“Kami disediakan rumah dan kadang diberi hasil tangkapan ikan mereka,” tambah Hery.
Menyambung Hidup dengan Kerja Serabutan
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Pada tahun 2000, Hery dimutasi ke Desa Muara Enggelam. Sebuah desa yang dibangun di atas aliran Sungai Enggelam yang langsung berhadapan dengan Danau Melintang.Seluruh rumah dibangun di atas rakit. Tak ada daratan. Tidak ada akses darat.“Meski lebih jauh dari tugas sebelumnya, namun di desa ini merupakan kampung istri. Jadi bisa lebih nyaman,” kata Hery.Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Hery bekerja serabutan menjadi nelayan tangkap air tawar saat itu. “Sempat berburu kura-kura, bahkan sempat bekerja untuk NGO asing,” sebut Hery seraya tertawa.Gaji kecil dan bertugas di pedalaman bukanlah perkara mudah. Harga kebutuhan sehari-hari tentu jauh lebih mahal. Apalagi Hery memiliki anak yang masih kecil.“Suatu waktu saya minta izin untuk mengajar tiga hari saja, sisanya saya gunakan untuk usaha apa saja. Alhamdulillah waktu itu kepala sekolah mengizinkan. Karena dia juga paham kondisi saya,” tambah Hery.
Pernah Tak Digaji 9 Bulan
Derita lain sebagai guru honorer adalah gaji yang tidak tepat waktu. Bahkan kadang harus menunggu berbulan-bulan baru honor itu datang.“Pergantian nama dari PTT ke T3D (Tenaga Tidak Tetap Daerah) bikin kami makin sakit. Gajian selalu tertunda,” kata Hery.Sebenarnya, perubahan nama pada tahun 2001 itu berkah buat guru honorer karena gaji naik menjadi Rp325 ribu. Tak lama berselang, naik lagi menjadi Rp480.480. Jumlah gaji yang gampang diingat dan bakal selalu dikenangnya.“Meski gaji naik, namun pembayarannya tidak tentu. Lebih sering tujuh bulan sekali. Pernah sembilan bulan baru gajian,” katanya.
Mengajari Anak Pedalaman dari Nol
Pada tahun 2009, Hery akhirnya menjadi PNS. Setelah mengikuti tes sebanyak lima kali.“Pada tahun 2009 baru saya dinyatakan 100 persen PNS. 10 tahun penantian yang tidak sebentar,” katanya.Kesulitan lain mengajar sekolah dasar di pedalaman salah satunya adalah harus memulai dari nol. Siswa kelas 1 harus benar-benar diajar dari awal.“Di desa kebanyakan tidak memiliki Taman Kanak-kanak. Jadinya di kelas satu kita seperti jadi guru TK,” kata Hery.Soal belajar, orangtua benar-benar menyerahkan sepenuhnya kepada guru. Anak yang masuk sekolah, ibarat gelas yang kosong sama sekali.“Tugas kami berat sekali. Tapi jika melihat keberhasilan anak didik, sesuatu yang tak ternilai harganya. Kebahagiaannya melebihi apapun,” kata Hery. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nasib para tenaga pendidik di sebuah SMK di Ende berikut ini pun menuai rasa keprihatinan.
Baca SelengkapnyaWanita yang bernama Dina ini dibuat kaget saat membuka amplop gajinya.
Baca SelengkapnyaGuru tersebut ingin mengajar sebagai bentuk pengabdian dan pelayanan
Baca SelengkapnyaTernyata, tak banyak yang tahu berapa gaji yang diterima Kiky Saputri selama menjadi guru honorer.
Baca SelengkapnyaPerjuangan guru yang mengajar di sekolah terpencil ini viral di tiktok, berangkat lewati jalan berlumpur hingga muara.
Baca SelengkapnyaBerjibaku memenuhi kebutuhan hidup, sang guru lantas rela menjadi pemulung usai mengajar.
Baca SelengkapnyaViral guru honorer ungkap gajinya selama dua bulan, bikin warganet ikut sedih.
Baca SelengkapnyaKendati demikian, ia tetap bersyukur dengan apa yang didapatkannya itu.
Baca SelengkapnyaAwalnya, ia ingin menyerah dan pulang ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu, mantan kepala sekolah PAUD mencurahkan isi hatinya yang tidak pernah digaji selama 15 tahun kepada Pramono Anung.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku pernah menjalani profesi sebagai kernet dan berjualan bensin eceran.
Baca SelengkapnyaHanya dapat 15 ribu rupiah sehari dan harus nafkahi lima orang anak, perjuangan pria ini bikin haru.
Baca Selengkapnya