Sering Dituding 'Mengcovidkan' Pasien, Begini Tanggapan RSUD Gunungsitoli Sumut
Merdeka.com - Setelah sering menerima tudingan dari masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli, Sumatra Utara (Sumut) akhirnya buka suara. Pihak RS membantah jika pihaknya telah 'mengcovidkan' pasien.
Kepala Instalasi Patologi Klinik Terpadu (Laboratorium) RSUD Gunungsitoli dr. Yuliani Zalukhu pada Jumat (6/11) mengatakan, pihaknya memastikan hasil tes Covid-19 yang dikeluarkan melalui alat tes cepat molekuler (TCM) atau Polimerase Chain Reaction (PCR) akurat.
"Banyak tudingan RSUD Gunungsitoli mengcovidkan pasien, itu tidak benar. Kami jelaskan bahwa kami tidak ada niat membuat hasil yang negatif menjadi positif, sebab kami bekerja di bawah sumpah. Hasil tes usap yang dikeluarkan sudah sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium," katanya.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Kenapa TPU Cikadut jadi penting saat pandemi Covid-19? Hal itu menjadikan area pemakaman tersebut sebagai lokasi penunjang dari ratusan pasien yang meninggal dunia.
Melansir dari ANTARA, berikut bantahan lebih lanjut dari pihak RSUD Gunungsitoli.
Dokter Bisa Kena Sanksi dan Izin Praktik Dicabut
Yuliani mengatakan, jika mereka terbukti melakukan hal tersebut atau mengcovidkan pasien, mereka bisa kena sanksi dan izin mereka bisa dicabut. Hal itu dapat membuat mereka tidak bisa praktik lagi.
"Kami sangat menyayangkan tudingan itu dan kami jelaskan bahwa untuk menerbitkan hasil tes usap, kami bekerja di laboratorium bersama analis kami selama tujuh hari dalam sepekan dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB, bahkan kadang sampai pukul 02.00 dini hari," katanya.
Dokter Telah Bekerja Keras
Yuliani lebih lanjut mengatakan kepada media, Ia mengatakan jika bisa diberi pilihan tugas, Ia akan memilih untuk tidak memeriksa Covid-19. Hal itu karena membuat badan mereka lelah dan mereka rentan terkena virus tersebut. "Kami setiap hari hampir tidak bisa bersama keluarga, karena kerap pulang dini hari dan tidak pernah libur," ucapnya.
Proses Tes Covid-19 Tidak Sembarangan
Untuk menyatakan seseorang positif Covid-19, Ia mengatakan kalau perlu dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Saat ini yang banyak digunakan adalah tes cepat antibodi dan tes cepat hanya pemeriksaan skrining (menyaring) untuk memastikan ada yang reaktif karena Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena hasilnya belum menunjukkan diagnosis, maka seorang pasien belum bisa diisolasi.Setelah tes cepat, dilakukan pemeriksaan molekuler atau berbasis genetik atau asam nokler yang berbasis gen dengan menggunakan alat TCM atau PCR. "Kami memiliki dua alat pemeriksa Covid-19, yakni alat PCR dan TCM," ucapnya.Kedua alat tersebut telah dirancang untuk tidak bisa diatur ulang dan semua pemeriksaan diatur oleh alat, sehingga hasilnya tidak bisa diubah."Kita tidak sembarangan melakukan pekerjaan dan semua dilakukan sesuai aturan, karena pekerjaan kami selalu dipantau oleh senior dan profesor kami, dan hasil yang ada selama ini tidak ada yang kami tukar-tukar atau kami mengcovidkan pasien," tegasnya. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perisitiwa ini bermula ketika pasien merasakan sakit di dada dan badan juga terasa lemas.
Baca SelengkapnyaKepala Dinkes Sumsel Trisnawarman menegaskan, pihaknya telah memeriksa sampel swab pasien J. Hasilnya diketahui negatif cacar monyet.
Baca SelengkapnyaKasus pertama cacar monyet terjadi pada Agustus 2022 lalu. Pasien itu pun sudah dinyatakan sembuh.
Baca SelengkapnyaPihak RSUD menjelaskan, menutup pintu dengan memalang karena takut obat-obatan dan alat medis hilang.
Baca SelengkapnyaTampak sejumlah pasien anak hingga lansia yang tidak kebagian tempat tidur harus dirawat menggunakan kursi roda dengan selang infus di tangan.
Baca SelengkapnyaRSUD Pirngadi Medan tak menampik dalam proses distribusi obat mengalami keterlambatan. Namun kini obat-obatan itu telah tiba di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Baca SelengkapnyaRSUP NTB akan tetap bertanggung jawab terhadap reaksi tangan kiri pasien yang mengalami pembengkakan dan bernanah usai mendapat suntikan.
Baca SelengkapnyaSementara kasus cacar monyet di wilayah Ibu Kota sudah mencapai 25 orang yang sedang menjalani perawatan.
Baca SelengkapnyaGubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, mengatakan warga Sumatera Utara tak perlu lagi berobat ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaPemkab Sumenep bikin program seluruh warganya bisa berobat gratis di RSUD setempat hanya dengan KTP. Kenyataannya banyak warga keluhkan pelayanan buruk.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaKomandan Tim Komunikasi Bravo TKN Prabowo Gibran, Budisatrio Djiwandono mengutuk keras hoaks yang terus diarahkan ke Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.
Baca Selengkapnya