4 Ilmuwan berprestasi peraih Nobel namun 'terseok' di bangku sekolah
Merdeka.com - Dalam prestasi, biasanya soal pendidikan tak seberapa berpengaruh. Jika Anda berusaha keras, Anda akan berprestasi. Namun dalam konteks ilmu pengetahuan, hal tersebut cukup berbeda.
Pasalnya, ilmu pengetahuan diraih dengan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Dari sana, Anda bisa mendapat berbagai ilmu dan menerapkannya untuk mendapat inspirasi baru dan berkontribusi pada ilmu pengetahuan.
Namun ternyata ada juga banyak ilmuwan yang pendidikannya bisa dikatakan terseok, namun ia tetap berprestasi. Bukan prestasi biasa. Prestasi mereka bahkan diakui dunia, dan beberapa dianugrahi Hadiah Nobel.
-
Bagaimana siswa bisa mencapai prestasi? Diperlukan usaha yang keras, strategi yang tepat, dan komitmen yang tinggi agar impian tersebut dapat terwujud.
-
Apa ciri khas siswa berprestasi? Siswa berprestasi adalah individu yang berhasil memperoleh hasil belajar yang melebihi rata-rata dan menunjukkan keunggulan di berbagai bidang, baik dalam aspek akademis maupun non-akademis.
-
Apa saja bidang yang mendapatkan Hadiah Nobel? Setiap Oktober, sekelompok ilmuwan menerima telepon untuk diberitahu bahwa mereka memenangkan Hadiah Nobel di bidang fisiologi atau kedokteran, fisika, atau kimia.
-
Bagaimana caranya meraih prestasi? Kedisiplinan dan kerja keras adalah kunci untuk mendapatkannya.
-
Siapa yang berprestasi gemilang? Niquita Juan telah menyelesaikan studinya di IFA Paris, Prancis. Ia meraih gelar wisuda pada tanggal 13 Juli 2023, namun kabar bahagia ini baru diumumkan oleh keluarga pada hari ini, Selasa (8/8). Setelah upacara wisuda, Niquita Juan kini memegang gelar Sarjana (S1) dalam bidang Bisnis Fashion dan Manajemen Prancis dan Eropa.
-
Siapa yang memenangkan Hadiah Nobel? Pada tahun-tahun awal Hadiah Nobel, sebagian besar penghargaan diberikan kepada ilmuwan individual seperti Albert Einstein atau Rutherford.
Siapa saja? Berikut di antaranya.
Herbert C. Brown
Herbert Brown adalah seorang ilmuwan kimia atau kimiawan asal Inggris dan berkebangsaan AS. Ia lahir pada 22 Mei 1912 di London.
Ketika bersekolah, ia adalah siswa yang super unggul namun terpaksa drop out karena kematian ayahnya. Ia harus meneruskan bisnis ayahnya di bidang furnitur. Meski demikian, ia tak bisa terus-terusan bisnis tersebut karena ia sadar itu bukan bidangnya.
Ia mencoba meneruskan studi dan akhirnya mengenyam bangku kuliah di Crane Junior College, di mana tak sampai selesai masa studi, kampus tersebut tutup. Setelah itu dia ditransfer ke sebuah kampus bernama Wright Junior College. Sebentar di kampus tersebut, dia akhirnya berhasil masuk di University of Chicago untuk menggapai panggilan jiwanya di bidang ilmu kimia.
Pasca mendapat gelar Sarjana Sains dan PhD dari sana, lalu ia berkarir sebagai pengajar, periset dan peneliti. Dari sana ia melakukan banyak eksperimen, termasuk mampu mensintesis borohidrida uranium yang mudah menguap. Karena topik tersebutlah, ia mendapat Hadiah Nobel dalam bidang Kimia pada tahun 1979, bersama sang partner, George Wittig.
Sir John Gurdon
Sir John Bertrand Gurdon adalah ahli biologi yang revolusioner, terkenal dengan mengawali riset tentang transplantasi nuklir dan kloning. Dia sendiri membuktikan bahwa sel dewasa dapat diubah menjadi sel induk.
Meski demikian, perjalanan akademiknya tak semulus prestasinya. Di usia 15 tahun, ia menempati peringkat terakhir dari 250 anak laki-laki di Eton College, tempatnya bersekolah. Lebih buruk lagi, ia berada di posisi terbawah dalam setiap mata pelajaran Sains lainnya.
Karena hal tersebut, ia disarankan oleh gurunya untuk tidak berkuliah di bidang sains apapun. Mengutip pernayatan gurunya, berkuliah di bidang sains hanya "buang waktu yang sia-sia." Sang guru bahkan berkata kalau berkuliah di bidang sains adalah ide konyol dan tak akan ada harapan.
Akhirnya, ia mempelajari literatur klasik di Christ Church, Oxford. Setelah akhirnya tak tertarik, ia memutuskan pindah jurusan untuk mempelajari Zoologi. Pasca lulus, ia mempelajari transplantasi nuklir di Xenopus, lalu mendalami kembali ilmu Zoologi di University of Oxford.
Dia akhirnya mendapat Hadian Nobel untuk kategori Fisiologi dan Obat-obatan bersama sesama periset sel induk asal Jepang, Shinya Yamanaka atas karya ilmiah mereka berjudul "The Egg and the Nucleus: A Battle for Supremacy".
Rainer Weiss
Rainer Weiss bukanlah peraih Nobel meski sudah mengantungi banyak sekali penghargaan. Meski demikian, ia adalah contoh nyata bahwa terseoknya pendidikan tak bisa menghalanginya berprestasi di bidang sains.
Prestasinya pun tak main-main. Mungkin Anda ingat ketika tahun lalu gelombang gravitasi berhasil dideteksi dan teori relativitas Einstein benar-benar terbukti. Nah, Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory atau LIGO, yang mendeteksinya, adalah hasil karya Weiss.
Weiss, seorang fisikawan di Massachusetts Institute of Technology atau MIT di Cambridge.
Weiss sendiri memiliki kehidupan yang luar biasa, karena ia adalah kelahiran Berlin, Jerman, yang sekeluarnya melarikan diri dari Nazi ke AS. Ketika berkuliah di MIT, dia drop out. Meski demikian, tanpa gelar sarjana, ia tetap bisa bekerja di MIT dan menjadi fisikawan terkemuka dalam 40 tahun. Bahkan, ia sempat menempuh pendidikan pascasarjana tanpa gelar sarjana.
LIGO adalah percobaan paling hebat yang pernah ia lakukan, dan gelombang gravitasi adalah salah satu penemuan ilmiah terbesar abad ini.
Meski demikian, ia hanya sampai sekedar dinominasikan untuk mendapat Hadiah Nobel, karena di tahun 2016, Nobel Fisika jatuh ke tangan J. Michael Kosterlitz, Duncan Haldane, David J. Thouless yang mengungkap soal Exotic Matter. Uniknya, Exotic Matter juga erat hubungannya dengan teori relativitas Einstein.
Albert Einstein
Di laman sebelumnya, kita membahas betapa Einstein sangat berpengaruh di dunia sains hingga yang membuktikan kebenaran teorinya diganjar Nobel. Namun tahukah Anda jika Einstein sendiri adalah peraih Nobel, yang tak percaya konsep pendidikan!
Einstein lahir pada 14 Maret 1879 di Jerman, dan tumbuh sebagai siswa biasa saja namun punya ketertarika dalam bidang sains dan matematika. Di usia 15 tahun, ia sendiri yang memutuskan untuk putus sekolah karena tak cocok dengan kurikulumnya.ÂÂ
Meski demikian, ia menebus pendidikannya yang hilang dengan menghadiri sebuah sekolah di Swiss dengan gelar semacam kejar paket yang setara SMA.
Ahirnya, ia mendapat pekerjaan di Kantor Paten, di mana ia bisa mengerjakan berbagai penelitian fisika teoritis di waktu senggangnya. Seiring waktu, ia menerbitkan banyak sekali jurnal dengan berbagai judul yang penting. termasuk soal relativitas.
Oleh karena itu, ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang Disika di tahun 1921. Einstein pindah dari AS karena isu politik Nazi Jerman. Ia menghabiskan waktu-waktu terakhirnya sebagai ilmuwan 'pertapa' di Princeton, New Jersey, dan meninggal di sana di tahun 1955. (mdk/idc)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut gaji yang pernah didapatkan ilmuwan terkenal dunia, mulai dari Galileo hingga Einstein.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok inspiratif ilmuwan yang dulu miskin tak punya apa-apa, akhirnya bisa hidup bergelimang harta.
Baca SelengkapnyaBerikut kejamnya dunia yang mengabaikan penemuan dari 5 ilmuwan hebat ini.
Baca SelengkapnyaDedikasi mereka sebagai pendidik juga telah meninggalkan jejak mendalam, mendorong terciptanya terobosan-terobosan ilmiah yang mengubah dunia.
Baca SelengkapnyaMereka berjuang keras untuk menggapai di bangku SMA agar bisa masuk kampus favorit melalui jalur prestasi.
Baca SelengkapnyaKeduanya adalah orang-orang jenius. Tapi ternyata ada perbedaan 'level' kejeniusannya. Apa itu?
Baca SelengkapnyaSeorang wisudawan UIN Walisongo mencuri perhatian publik setelah lulus tanpa mengerjakan skripsi.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang 50 quote motivasi belajar yang dapat membuat semangat untuk meraih prestasi.
Baca SelengkapnyaNamanya Marie Curie. Hidupnya melarat. Namun Albert Einstein kagum dengan keilmuannya.
Baca SelengkapnyaPenghargaan Nobel tetap menjadi penghargaan prestisius dalam sains, tetapi apakah masih relevan?
Baca Selengkapnya