4 Kontroversi manusia yang harus jadi robot agar tak 'tereliminasi'
Merdeka.com - Saat ini kita sudah merasakan manfaat dari adanya kecerdasan buatan. Hal ini merupakan aspek yang sangat luas, namun dari sisi awam, kita sudah bisa lihat bagaimana kecerdasan aplikasi asisten virtual seperti Siri dan Google Assistant yang bisa kita perintah hanya dengan suara.
Hal ini jelas akan berlanjut , dan makin lama semua aspek akan dikuasai kecerdasan buatan, pekerjaan bisa hilang dan bahkan jodoh pun berada di tangan kecerdasan buatan .
1. Elon Musk adalah aktivisnya
-
Bagaimana kecerdasan buatan membantu pekerjaan manusia? Dengan ini, peran dari manusia akan dapat dioptimalkan melalui teknologi.
-
Kenapa Robot humanoid dibuat? Salah satu perubahan signifikan adalah kemunculan humanoid, robot yang meniru ukuran, bentuk, dan kemampuan manusia.
-
Bagaimana cara AI membuat asisten digital lebih baik? Meskipun banyak fitur yang mengandalkan AI untuk menghasilkan teks atau gambar atau untuk meningkatkan asisten digital, AI sendiri justru sudah tertanam di smartphone selama bertahun-tahun. Contohnya, kamera yang mengaburkan latar belakang dalam mode potret.
-
Bagaimana Robot bisa membuat manusia merasa tidak nyaman? Beberapa teori ilmiah menyatakan bahwa manusia merasa tidak nyaman ketika menyadari fitur yang tidak sesuai, seperti mata yang realistis tetapi kulit yang tidak realistis.
-
Apa yang dilakukan teknologi AI? Mengutip DailyMail, Jumat (6/9), dokumen ini menunjukkan bahwa perusahaan seperti Facebook, Google, dan Amazon mungkin menggunakan teknologi ini untuk menargetkan iklan kepada konsumen. Menurut presentasi yang bocor ini, perangkat lunak tersebut mampu menangkap data niat konsumen secara real-time dan mencocokkannya dengan data perilaku untuk membuat iklan yang lebih relevan.
-
Kenapa AI dikembangkan? Retantyo menjelaskan bahwa AI merupakan salah satu cabang ilmu yang baru dikembangkan pada pertengahan abad ke-20, yaitu saat Perang Dunia II dan menjadi terobosan baru dalam ilmu komputer.
Elon Musk, milyuner pemilik Tesla, juga orang yang sangat ingin peradaban Bumi pindah ke Mars meski itu masih tak mungkin , pernah menyebut bahwa perkembangan kecerdasan buatan seperti "memanggil setan," di mana perkembangan ini akan membahayakan umat manusia. Kini dia berkomentar lagi soal sentimen yang sama.
Dilansir dari The Verge, sang milyuner menyatakan bahwa pada dasarnya manusia harus menjadi robot agar bisa tetap berkompetisi melawan canggihnya teknologi.
"Dari waktu ke waktu kita mungkin akan melihat gabungan antara kecerdasan biologis dan kecerdasan digital. Hal ini akan berupa kecepatan koneksi antara otak Anda dengan versi digital dari diri Anda sebagai output," ungkap Elon.
Elon Musk ©2015 Merdeka.com
2. Manusia sudah kalah dengan komputer
Hal ini cukup menarik, karena ternyata terbukti bahwa kecepatan manusia berkomunikasi jauh kalah dibanding komputer. Komputer bisa berkomunikasi dalam trilyunan bit per detiknya, sementara manusia hanya 10 bit per detik. Meski harus Anda ingat bahwa manusia mempelajari efektivitas dalam berkomunikasi, bukan kecepatannya.
Contoh lain yang disebut oleh Elon Musk adalah bagaimana robot dengan sangat mudah menguasai pekerjaan manusia . Dalam konteks tersebut, Elon mencontohkan pengendara yang kini sudah bisa diganti dengan adanya mobil otomatis, yang terbukti lebih baik dalam hal keamanan. Tentu dalam hal ini pekerjaan seperti driver akan segera tergerus teknologi jika manusianya sendiri tidak kompetitif.
3. Sudah banyak juga manusia yang 'bersatu' dengan robot
Hal ini bukan hal yang baru di dunia teknologi. Kegiatan mengganti 'suku cadang' tubuh dengan robot telah terjadi sejak lama. Hal ini sebenarnya bukan untuk berkompetisi melawan kecerdasan buatan, namun untuk menyempurnakan manusia yang selalu ada kurangnya.
Mulai dari pria dengan penis robot , jari yang ditanam flashdisk , hingga mata bionik yang bisa buat seorang tuna netra bisa melihat kembali.
Dengan ini saja, manusia sangat berpotensi untuk jadi sosok lebih sempurna dengan menyematkan teknologi di badan biologisnya. Dengan ini, kompetisi antara manusia dan kecerdasan buatan jadi lebih mengerikan.
4. Hal ini tak akan terjadi begitu saja
Meski demikian, hal ini tak akan bisa terjadi begitu saja karena tentu perkembangan mesin dan komputer tetap harus dalam kuasa manusia. Meski hal ini adalah hal yang baik di beberapa aspek, namun penting juga untuk berpikir apakah teknologi sudah berlebihan dalam mempengaruhi hidup manusia atau tidak. Karena tentu penting untuk mendahulukan kepentingan manusia, ketimbang kepentingan robot yang bahkan tak memiliki kehidupan dan perasaan.
Harusnya diskusi etis tentang isu bagaimana sebuah teknologi akan mempengaruhi manusia, dilakukan bahkan sebelum teknologi tersebut dikembangkan. Perusahaan harus memulai untuk memikirkan isu bagaimana manusia berpartner dengan mesin atau robot, dan hubungan macam apa yang ingin dikembangkan dengan mesin atau robot tersebut.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Teknologi Artificial Intelligence (AI) semakin berkembang, ada dua pertanyaan besar. Membahayakan atau menguntungkan?
Baca SelengkapnyaDeretan robot AI ini memberikan tanggapan yang beragam tentang apakah mereka harus tunduk pada regulasi yang lebih ketat. Jawabannya sungguh mengejutkan!
Baca SelengkapnyaSebuah robot berbasis AI bernama Sophia betul-betul bikin geger. Apa penyebabnya?
Baca SelengkapnyaGoogle mengetahui keinginan pengguna, sehingga menyajikan informasi yang diperlukan bagi pengguna.
Baca SelengkapnyaTeknologi diklaim mantan engineer Google dapat memperlama hidup manusia.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan ilmuwan tentang kemungkinan manusia bisa mengunggah pikirannya dalam sebuah komputer.
Baca SelengkapnyaPekerja paruh waktu menilai bekerja dengan AI dapat mengurangi stres.
Baca SelengkapnyaDulunya cuma fiksi ilmiah, namun berkembangnya zaman "halusinasi" itu menjadi kenyataan.
Baca SelengkapnyaKebutuhan pengaturan pemanfaatan kecerdasan buatan ini tengah dikaji oleh pemerintah.
Baca SelengkapnyaPaus Fransiskus mengingatkan bahwa kemajuan teknologi tidak boleh mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan harus selalu digunakan untuk kepentingan semua orang.
Baca SelengkapnyaArtificial Intelligence (AI) mulai merangsek ke segala profesi. Namun ada satu aktivitas yang tak bisa tergantikan.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah robot AI humanoid yang dapat melakukan tugas-tugas manusia.
Baca Selengkapnya