4 'penyakit' ini bisa disembuhkan dengan virtual reality
Merdeka.com - Virtual Reality sudah kita kenal sebagai perangkat yang menarik untuk hiburan, terutama Game dan film. Namun virtual reality tak melulu digunakan untuk kepentingan hiburan.
Teknologi ini punya potensi besar untuk digunakan secara lebih berguna, yakni untuk melakukan terapi medis. Bahkan saat ini, sudah dilakukan berbagai macam penelitian untuk menguji kemampuan teknologi VR untuk menyembuhkan phobia, atau berbagai problem kecemasan.
Berikut beberapa ulasannya.
-
Siapa yang diuntungkan dari teknologi medis? Teknologi medis telah membawa inovasi yang signifikan dalam memelihara kesehatan manusia.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Bagaimana IPTEK membantu perkembangan? Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan beriringan membentuk sebuah kemajuan.
-
Bagaimana bioteknologi diterapkan di bidang kesehatan? Bioteknologi dapat digunakan untuk menghasilkan atau memodifikasi obat-obatan, vaksin, hormon, antibodi, dan enzim yang dapat digunakan untuk mencegah, mengobati, atau menyembuhkan berbagai penyakit, seperti diabetes, kanker, AIDS, malaria, dan lain-lain.
-
Mengapa teknologi memberikan dampak positif? Perkembangan teknologi memiliki banyak dampak positif bagi kehidupan manusia, baik di bidang informasi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun politik.
-
Dimana alat ini bisa digunakan? Alat ini juga bisa dengan mudah disalurkan ke daerah-daerah terpencil atau pulau-pulau kecil dan juga bisa digunakan di kapal-kapal kargo.
Depresi
Dilansir dari The Huffington Post (17/2), sebuah studi yang dipublikasikan di British Journal of Psychiatry Open, menyatakan bahwa teknologi Virtual Reality dapat mengurangi gejala depresi. Dengan terapi melalui VR, seseorang dapat lebih mencintai dirinya sendiri, dan mengurangi kadar kritisi kepada dirinya sendiri.
Studi dilakukan dengan melibatkan 15 orang dewasa sebagai partisipan, yang kesemuanya mempunyai permasalahan depresi. Mereka menjalani 3 sesi terapi menggunakan virtual reality, yang sebelumnya juga diuji kepada partisipan yang sehat.
Dalam sesi Virtual Reality tersebut, pasien menggunakan perangkat virtual reality headset yang dapat memperlihatkan avatar diri kita di dalamnya, dengan ukuran asli manusia. Perspektif ini dibuat agar partisipan berasumsi bahwa avatar tersebut adalah dirinya sendiri. Partisipan pun dapat melihat pergerakan tubuhnya sama persis dengan apa yang mereka lakukan.
Ketika partisipan 'menjelma' menjadi avatar virtual, partisipan menjalani sesi di mana mereka diharuskan mengekspresikan kasih sayangnya kepada seorang anak kecil yang sedang bersedih. Ketika partisipan menenangkan anak kecil tersebut dengan kata-kata yang ramah, anak kecil virtual tersebut lama kelamaan berhenti menangis.
Tahap selanjutnya, partisipan 'menjelma' lagi menjadi anak kecil yang bersedih tadi, dan mereka mendengarkan apa yang mereka sendiri katakan ke anak kecil tersebut.
Setelah 3 minggu menjalani sesi ini, dilaporkan 9 dari 15 orang partisipan yang juga pasien depresi, telah berkurang gejala depresinya. 4 orang di antaranya menyatakan bahwa gejala depresi mereka yang paling parah bahkan sudah menghilang. Beberapa pasien menyatakan bahwa mereka sudah tak lagi mengkritisi diri sendiri di kehidupan nyata.
Gangguan kecemasan (anxiety disorder)
Gangguan kecemasan adalah gangguan mental yang paling sering dialami manusia. 18 hingga 25 persen manusia memiliki kecemasan akan sesuatu. Di Amerika Serikat saja, ada 6 juta orang dewasa yang mempunyai phobia ataupun problem kecemasan. Hal ini tentu sangat mengganggu kegiatan yang dilakukan sehari-hari, terlebih ketika harus bersosialisasi dengan orang lain.
Sebuah startup software bernama PsyTech pun akhirnya mengembangkan PHOBOS, sebuah terapi menggunakan virtual reality. PHOBOS mampu menyediakan lingkungan virtual reality secara privat, agar seseorang dengan berbagai problem kecemasan atau phobia bisa menangani masalahnya.
Sebenarnya hal ini adalah modifikasi dari teknik tradisional yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Misalnya, jika seseorang menderita ketakutan untuk bepergian menggunakan pesawat, seseorang harus pergi ke terapis, dan bersama-sama dengan sang terapis membeli tiket untuk bepergian menggunakan pesawat. Sang terapis pun akan melakukan terapinya ketika mereka sudah di atas pesawat. Jika dihitung, biaya yang dikeluarkan tentu sangat mahal.
Dengan virtual reality, hal tersebut tak perlu dilakukan. PsyTech telah mengembangkan beberapa program yang dapat memberikan sensasi serupa dengan lingkungan yang dapat memicu kepanikan masing-masing pasien. Meski hanya virtual, lingkungan yang diciptakan oleh VR sangat nyata dan seperti asli. Bahkan studi juga menyatakan bahwa terapi virtual reality ini sama efektifnya dengan terapi yang asli.
PsyTech sendiri sudah mengembangkan beberapa program simulasi ketakutan dan kecemasan untuk VR, yakni takut akan ketinggian atau acrophobia, takut terbang atau aerophobia, takut dengan tempat tertutup atau claustrophobia, serta kecemasan yang muncul di tempat ramai, atau agoraphobia.
Ketakutan akan laba-laba (arachnophobia)
Dilansir dari VRphobia, kurang lebih 4 persen dari populasi manusia, punya ketakutan terhadap laba-laba. Phobia inipun juga dapat dihilangkan melalui terapi virtual reality.
Untuk memulai terapi, Anda akan menggunakan perangkat headset virtual reality dan seketika Anda akan 'dihujani' oleh laba-laba dengan aman. Stereo headset juga dipakai agar Anda benar-benar tenggelam di lingkungan VR secara audio dan visual, membuat ketakutan Anda akan dihadapi secara nyata. Dengan audio headset, suara langkah laba-laba bahkan akan membuat Anda harus lebih punya nyali untuk menghadapinya.
Dalam sesi yang harus dilakukan 8 hingga 12 kali ini, beberapa tahap harus ditaklukkan. Beberapa di antaranya adalah: berdiri di ruangan yang terdapat laba-laba, berdiri di sebelah sebuah toples berisi laba-laba, membawa sebuah toples tertutup berisi laba-laba, dan menyentuh laba-laba dari sebuah toples yang terbuka.
Ketakutan berbicara di depan umum
Bagi sebagian orang, berbicara di depan umum itu mengerikan. Bahkan berbicara di depan umum adalah ketakutan nomor satu sebagian besar umat manusia, mengalahkan kematian.
Hal ini memang susah dihadapi. Namun virtual reality bisa membantu mengatasi masalah ini. Dilansir dari Lifehacker (5/2), Google Cardboard dapat membantu untuk mensimulasikan banyaknya penonton untuk melatih kemampuan berbicara di depan umum, sebelum menghadapi penonton yang asli. Aplikasi yang mendukung simulasi ini dapat menyediakan panggung 360 derajat dengan penonton yang dapat membuat sensasi seperti sedang memberi presentasi sesungguhnya.
Selain itu, setting ruangan bisa diubah untuk banyak atau sedikitnya penonton, sesuai dengan kebutuhan. Simulasi presentasi pun juga bisa dilakukan dengan membuka slide presentasi anda sendiri.
Menghadapi simulasi penonton yang berbentuk animasi 3D dan bisa merespon kita secara virtual, terasa lebih bisa diandalkan ketimbang hanya berlatih di depan tembok maupun cermin. Dengan ini, mereka yang masih takut berbicara di depan umum bisa lebih santai dalam menyampaikan pesan yang ingin dipersuasikan ke penonton. Aplikasi public speaking VR di Android bisa diunduh gratis. (mdk/idc)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Depresi tidak secara langsung menyebabkan nyeri tulang belakang, namun jika tidak diatasi, kondisi ini bisa berpotensi menimbulkan masalah tersebut.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaTanpa IPTEK, kehidupan manusia akan penuh dengan berbagai masalah dan kondisi yang tidak teratur.
Baca SelengkapnyaJika penemuan penggunaan AI untuk identifikasi sel kanker ini berhasil, banyak nyawa yang bisa terselamatkan dengan cepat.
Baca SelengkapnyaIni merupakan gambar buatan AI yang diciptakan oleh BuckChinTheRealtor dan diposting di Reddit.
Baca SelengkapnyaTransformasi digital serta layanan yang unggul dan terpercaya menjadi kelebihan EMC Healthcare.
Baca SelengkapnyaTidak ada salahnya memulai bisnis sebagai salah satu cara paling menguntungkan sekaligus menantang untuk membangun keamanan finansial.
Baca SelengkapnyaIni sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memperkuat digitalisasi layanan kesehatan secara keseluruhan.
Baca SelengkapnyaStadium 4 kanker adalah tahap sel kanker telah menyebar ke area tubuh yang jauh dari sumber asalnya.
Baca SelengkapnyaRS Grha Kedoya miliki layanan rehabilitas medis berupa alat robotik bernama LEXO dan DIEGO. Kedua alat ini membantu pemulihan masalah saraf & tulang.
Baca Selengkapnya