5 Ancaman kejahatan cyber yang bakal booming di tahun 2016
Merdeka.com - Tak kurang dari 42 pakar keamanan yang berasal dari Global Research and Analysis Team (GReAT), dan tersebar di seluruh dunia telah mengutarakan prediksinya soal serangan cyber di tahun 2016 lewat Kaspersky Lab.
Menurut para ahli Kaspersky Lab itu, model serangan Advanced Persistent Threats (APT) akan menghilang di tahun 2016. APT adalah jenis serangan secara sembunyi dalam jangka waktu lama pada sebuah jaringan untuk mendapat informasi rahasia. Tipe serangan ini biasanya menyasar organisasi militer atau perusahaan besar.
Nah, di tahun ini, APT diperkirakan tergantikan oleh ancaman yang lebih berbahaya lagi dan bahkan semakin sulit untuk dideteksi dan ditelusuri kembali ke asal muasal pelaku dari serangan tersebut. Para penjahat cyber juga akan lebih mengandalkan off-the-shelf malware atau malware yang sudah banyak tersedia di dunia maya untuk meminimalkan biaya yang harus mereka keluarkan.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Bagaimana hacker menyerang? Mereka menggunakan aktor-aktor yang berpura-pura menjadi diplomat Barat dan pejabat Ukraina untuk mengakses akun, memahami kebijakan luar negeri Barat terhadap Ukraina, serta merencanakan serangan terhadap organisasi pemerintah Ukraina dan sektor-sektor penting di NATO.
-
Dimana serangan siber diprediksi meningkat? Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap infrastruktur kritis telah meningkat, dengan penjahat siber yang menargetkan jaringan energi, infrastruktur kesehatan, dan bahkan sistem pemilihan umum.
-
Apa saja serangan siber yang paling sering terjadi? Laporan tersebut menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara. Mulai dari yang berkaitan dengan ransomware, fraud, hingga identity and social engineering.
-
Data apa yang diserang hacker? Kasus serangan hacker terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 membuka fakta lemahnya proteksi sistem di Indonesia.
Lalu, bagaimana prediksi lengkap Kaspersky Lab soal keamanan cyber tahun 2016 ini? Berikut ulasannya.
Serangan cyber berevolusi, tentara cyber bayaran menjamur
Pertama, APT akan menghilang dan diganti ancaman yang lebih berbahaya dan sulit terdeteksi. Selanjutnya, akan ada perubahan dramatis dalam struktur serta cara beroperasi dari APT.
Bisa dipastikan akan lebih banyak lagi pendatang baru yang bergabung ke dunia APT. Tentara bayaran cyber akan bertumbuh karena semakin banyak pihak-pihak yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari serangan online.ÂÂ
Mereka pastinya akan menawarkan keahlian serangan kepada siapa pun yang bersedia membayar, dan juga untuk menjual kepada pihak ketiga yang tertarik terhadap akses digital ke korban berprofil penting, hal seperti ini biasa disebut dengan penawaran 'Access-as-a-Service'.
Hacker suka serang perangkat orang kaya
Popularitas ransomware (virus yang didesain untuk meminta tebusan) akan semakin meningkat dengan penggunaan Trojan perbankan dan diprediksi akan semakin meluas ke area yang baru seperti perangkat OS X.
Perangkat dengan OS X memang diangap kebanyakan dimiliki oleh para target yang kaya sehingga akan lebih menguntungkan penjahat cyber. Selain itu perangkat mobile dan Internet-of-Things (IoT) yang terpasang pada berbagai peralatan rumah dan kantor juga dijadikan target. Seperti yang sudah diketahui, IoT juga banyak diaplikasikan oleh orang-orang berkantong tebal.
Pembayaran online jadi fokus hacking
Sistem pembayaran alternatif seperti Apple Pay dan Android Pay, serta bursa saham akan menjadi target empuk di tahun 2016. Serangan cyber di sektor keuangan akan terus dikembangkan oleh para penjahat cyber.
Hal ini memang tidak aneh, sebab ranah e-commerce dan aplikasi online di berbagai dunia, termasuk Indonesia terus tumbuh pesat. Dua ranah tersebut sangat bergantung pada sistem pembayaran online, sehingga menjadi sasaran yang pas bagi hacker. Terlebih, di tahun 2016 ini, mata uang digital, Bitcoin juga diprediksi kembali booming.
Informasi pribadi netizen jadi senjata hacker
Pada 2015 kita melihat kenaikan jumlah DOXing, serangan berupa public shaming serta pemerasan, semua orang mulai dari Hactivists hingga negara menggunakan strategi penyebarluasan foto-foto pribadi, informasi, daftar pelanggan, dan kode untuk mempermalukan target mereka.
Dan jangan lupa, banyak kasus peretasan yang melibatkan public figure di tahun 2015 bermula dari aksi social-engineering, alias hacking yang memanfaatkan data pribadi seseorang yang dibagikan di dunia maya. Misalnya, kasus-kasus tersebarnya foto bugil artis Hollywood di tahun 2015 lalu.
Sayangnya, Kaspersky Lab melihat bahwa praktek seperti ini masih akan terus meningkat secara eksponensial pada tahun 2016.
Internet terpecah belah, jadi komoditas monopoli
Tahun ini, internet juga diprediksi makin terpecah-belah, terbagi-bagi sesuai negara. Jika hal ini benar-benar terjadi, maka ketersediaan internet di wilayah manapun akan dapat dengan mudah dikendalikan dengan cara melakukan serangan pada titik-titik layanan yang dapat menyediakan akses di seluruh area yang berbeda-beda.ÂÂ
Metode seperti ini bahkan bisa menyebabkan munculnya pasar gelap untuk konektivitas internet. Hal ini juga melahirkan para oknum yang terus berusaha menjadikan akses internet sebagai komoditas berharga yang bisa dimonopoli.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaLaporan Microsoft ini menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaBadan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca SelengkapnyaHampir sepertiga insiden serangan siber didominasi oleh ransomware.
Baca SelengkapnyaBanyak situs web yang berhasil diretas oleh hacker meski sudah diberi keamanan paling canggih.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia, kasus kebocoran data pribadi semakin sering terjadi dan menjadi perhatian utama di semua sektor.
Baca SelengkapnyaFaktor keamanan data digital masih menjadi diskusi di ruang publik.
Baca SelengkapnyaMenurut laporan Kaspersky, hacker mulai menyerang permainan game anak muda.
Baca SelengkapnyaTak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2025, diperkirakan teknologi akan semakin mendukung aktivitas manusia.
Baca Selengkapnya