5 Malapetaka ini menjadi ancaman serius internet di tahun 2015
Merdeka.com - Pertarungan para pakar keamanan internet dengan virus dan hacker sepertinya masih akan berlanjut di tahun 2015.
Seperti yang kita tahu, tahun 2014 dihiasi dengan banyak masalah-masalah eksploitasi data hingga kasus hacking dalam skala besar. Tahun 2014 bahkan menjadi tahun kemunculan banyak virus komputer berbahaya, seperti Heartbleed dan Shellshock.
Tidak hanya virus saja, kemajuan Internet of Things (IoT) yang ditandai dengan peningkatan konektivitas di seluruh perangkat dapat melahirkan ancaman-ancaman baru di sektor keamanan internet dan komputer, termasuk perangkat mobile.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Bagaimana hacker menyerang? Mereka menggunakan aktor-aktor yang berpura-pura menjadi diplomat Barat dan pejabat Ukraina untuk mengakses akun, memahami kebijakan luar negeri Barat terhadap Ukraina, serta merencanakan serangan terhadap organisasi pemerintah Ukraina dan sektor-sektor penting di NATO.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa modus penipuan baru yang marak belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
-
Apa contoh jenis kejahatan siber? Jenis malware yang mengenkripsi data pada komputer korban dan meminta pembayaran tebusan untuk mendapatkan kunci dekripsi.
Menurut APJ Symantec, terdapat sekitar 5 'malapetaka' yang bisa dialami oleh internet milik individu, kalangan bisnis, dan pemerintahan di tahun 2015 nanti. Berikut ulasannya.
Rumah diambil alih oleh hacker
Dengan semakin berkembangnya teknologi otomatisasi rumah pintar, seperti CCTV, penjahat cyber diklaim dapat memanfaatkannya sebagai modus baru serangan mereka.
Hal ini semakin dikuatkan dengan tidak adanya perlindungan yang memadai terhadap teknologi-teknologi terkoneksi internet yang ada di rumah. Bahkan, CCTV terbaik di pasaran pun masih sering bisa dibobol oleh hacker dan berbalik mengawasi penggunanya.
Lebih jauh, serangan hacker akan berubah menjadi konsep one-off dan menyasar perangkat yang saling terhubung dalam sebuah rumah 'pintar' seperti home router, Smart TV dan aplikasi mobile yang terkoneksi, misalnya, mendapatkan untuk informasi penting dan pribadi.
Perangkat mobile jadi sasaran utama serangan cyber
Perubahan tren perangkat mobile yang bergeser ke arah dompet digital juga membawa dampak negatif tersendiri. Keberadaan Apple Pay dan teknologi NFC (Near Field Communication) bisa dijadikan pintu masuk serangan hacker.
Perangkat mobile memang dipandang sebagai target serangan baru mengingat smartphone dan tablet kini kerap dipakai sebagai media penyimpanan data pribadi dan rahasia utama dari seorang individu.
Privasi pengguna dilenyapkan oleh aplikasi mobile
Saat banyak pengguna internet enggan berbagi informasi identifikasi pribadi dan perbankan secara online, ternyata masih banyak yang bersedia untuk berbagi informasi mengenai lokasi mereka, serta memberikan akses untuk melihat foto-foto, daftar kontak, dan informasi kebugaran, semuanya untuk aplikasi mobile.
Celakanya, banyak konsumer benar-benar tidak tahu apa yang mereka setujui ketika mengunduh aplikasi. Misalnya, Norton Research menunjukkan bahwa meskipun Millennial mungkin berpikir mereka tahu apa yang mereka berikan untuk diakses, kenyataannya adalah mereka tidak banyak mengetahui apa yang mereka setujui mengenai pertukaran informasi untuk aplikasi.
Hal ini pun menjadi celah tersendiri bagi oknum-oknum yang doyan mengembangkan aplikasi dan virus untuk tujuan kejahatan. Tak pelak, privasi dan data pengguna pun dapat lenyap dalam sekejap mata saat aplikasi mobil jahat itu terinstal.
Penipuan berbasis virus merajalela di internet
Menurut laporan Internet Security Threat Symantec, serangan ransomware (penipuan internet) tumbuh sebesar 500 persen dan berubah menjadi ganas di akhir 2013. Pertumbuhan ini disebabkan oleh keberhasilan Ransomcrypt, yang secara umum dikenal sebagai Cryptolocker.
Kasus penipuan internet di tahun 2015 diklaim juga terus berkembang dan cenderung berbasis virus. Apalagi perkembangan sistem pembayaran online kian memudahkan mereka mendapat uang tebusan.
Aksi-aksi âmenyanderaâ dokumen yang terenkripsi untuk ditebus bukan hal yang sama sekali baru, tetapi mendapatkan uang tebusan sebelumnya telah terbukti merupakan masalah bagi para penjahat. Namun, baru-baru ini para pembuat ransomware sudah mulai memanfaatkan sistem pembayaran elektronik dan online seperti Bitcoins.
Persebaran virus DDoS akan 'meledak'
Kemudahan melancarkan serangan berbasis virus DDoS diprediksi akan membuat persebaran virus ini semakin gencar di tahun 2015. Motivasi di balik serangan DDoS pun makin beragam, misalnya mencari keuntungan, balas dendam, atau aksi hacktivism saja.
Apalagi saat ini sudah mulai terjadi peningkatan dalam penyusupan server Unix dan bandwidth tinggi yang menjadi tanda serangan dari DDoS. Skala serangan pun akan semakin besar, di akhir tahun ini saja Korea Utara sempat dilaporkan lumpuh internetnya akibat serangan virus DDoS.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaHampir sepertiga insiden serangan siber didominasi oleh ransomware.
Baca SelengkapnyaLaporan Microsoft ini menyoroti tiga perubahan signifikan dalam karakteristik ancaman dan serangan siber yang terjadi di berbagai negara.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami 2.200 serangan siber per satu menit.
Baca SelengkapnyaBSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware menyerang sektor keuangan.
Baca SelengkapnyaAnalis Utama Politik Keamanan LAB 45 Christian Guntur Lebang menjelaskan, infrastruktur digital dan akses internet masih menjadi persoalan utama.
Baca SelengkapnyaBadan otoritas sudah sangat diwajibkan memperkuat sistem digital, dengan memanfaatkan next generation tools semacam AI.
Baca SelengkapnyaTak ada yang kebal terhadap kebocoran, karena mengetahui kekuatan informasi sebuah negara adalah sesuatu yang penting di era sekarang.
Baca SelengkapnyaIndonesia dilanda serangan siber dalam beberapa tahun terakhir. Yang paling membuat geger adalah diserangnya Pusat Data Nasional.
Baca SelengkapnyaLagi banyak dibahas di media sosial, sebenarnya apa sih ransomware itu?
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2025, diperkirakan teknologi akan semakin mendukung aktivitas manusia.
Baca Selengkapnya