6 Perusahaan yang berambisi meretas otak manusia agar lebih 'sempurna'
Merdeka.com - Kita seringkali menemui masalah di mana kita sering kesulitan dan tidak optimal dalam belajar, dan optimalisasi otak seringkali selalu berbeda di tiap manusia. Oleh karena teknologi yang sudah makin maju dan mesin diprediksi akan dengan mudah gantikan manusia, para ilmuwan berpikir bahwa manusia juga butuh upgrade.
Sebuah teknologi yang bernama brain hacking atau peretasan otak, sudah banyak diinisiasi oleh para ilmuwan. Hal ini bahkan telah disokong oleh Elon Musk hingga DARPA.
Namun kita tentu tahu bahwa otak manusia adalah organ yang paling rumit yang pernah ada. Kemampuannya sungguh luar biasa dan tentu untuk memaksimalkannya ilmuwan masih butuh riset yang tak ada habisnya. Siapa sajakah yang mencoba hal ini, berikut ulasannya.
-
Teknologi apa yang memungkinkan mesin belajar seperti manusia? AI merupakan teknologi yang memungkinkan mesin untuk belajar, menyesuaikan input baru, dan melaksanakan tugas seperti manusia. AI memiliki potensi besar dalam berbagai sektor, termasuk otomasi, pengolahan data, dan pengambilan keputusan cerdas.
-
Bagaimana cara menggunakan otak manusia secara optimal? Makan dengan baik, olahraga teratur, dan menjaga otak tetap aktif adalah cara-cara penting untuk meningkatkan kesehatan otak.
-
Bagaimana cara orang cerdas mencapai kesempurnaan? Perfeksionisme adalah 'versi ketakutan akan kegagalan bagi orang cerdas,' menurut Sethi. Mereka berusaha keras untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal, yang sering kali membuat mereka sulit untuk menyelesaikan tugas atau merasa puas dengan hasil yang telah dicapai.
-
Bagaimana kecerdasan buatan membantu pekerjaan manusia? Dengan ini, peran dari manusia akan dapat dioptimalkan melalui teknologi.
-
Kenapa otak manusia mampu memperbaiki dirinya? Setiap sel otak memiliki ribuan koneksi yang berbeda, dan otak memiliki kemampuan untuk melakukan perutean ulang yang cukup luas. Ketika otak mengalami cedera, ia berusaha untuk melewati sel-sel yang rusak dengan membentuk koneksi baru antarneuron untuk mengembalikan fungsi yang hilang. Ini adalah bentuk adaptasi yang menunjukkan fleksibilitas otak manusia.
-
Bagaimana komputer bisa mensimulasikan otak manusia? Meskipun komputer sudah mulai bersaing dengan otak manusia dalam hal daya komputasi, masih jauh dari kemampuan untuk mensimulasikan jaringan kompleks di dalam otak manusia dengan akurat dan belum memahami sepenuhnya bagaimana kesadaran manusia bekerja.
Neuralink
Tak cuma memiliki Tesla dengan mobil listrik revolusionernya, dan Space X dengan misi mendarat di Mars, Elon Musk juga memiliki startup lain dengan keinginan mengubah dunia: Neuralink. Kali ini, ia ingin memasang sebuah chip di otak manusia.
Neuralink dalam websitenya menyebut bahwa mereka memiliki tujuan untuk "mengembangkan antarmuka otak-mesin berbandwith ultra-tinggi untuk mengkoneksikan manusia dan komputer."
Tujuan paling akhir dan yang sudah sangat dekat ke ranah fiksi ilmiah di dunia nyata dari Neuralink adalah untuk mampu berkomunikasi dengan berjuta-juta orang lain yang otaknya sudah disisipi oleh mesin, hanya dengan 'pikiran.'
RAM sensor dari DARPA
DARPA, yang merupakan badan Pemerintah AS untuk mengembangkan teknologi militer, juga punya tujuan serupa.
Saat ini mereka sedang mengembangkan teknologi sensor otak, yang dikerjakan bersama Lawrence Livermore National Laboratory, yang diharapkan mampu membaca sinyal otak dan merangsang saraf manusia untuk melawan hilangnya memori.
Hal ini sangat penting bagi para tentara karena menurut data DARPA, lebih dari 270.000 orang tentara harus berjuang melawan cidera otak ketika berperang. Oleh karena itu para ilmuwan mencoba mengembangkan perangkat yang bisa dipasang di otak dan langsung menarget stimulasi neural dan membantu hilangnya memori karena cidera otak.
Kernel
Kernel adalah startup yang sedang mengembangkan teknologi memori prstetik, di mana perangkat ini mampu membantuk kita mengingat apapun dengan sangat mudah. Jika telah berhasil, mereka akan mengkomnersilkan alat ini secara luas.
Ide ini datang dari petinggi venture capitalist OS Fund, Bryan Johnson, yang merelakan uang pribadinya sebesar 200 juta Dollar didedikasikan untuk pengembangan teknologi ini.
Tujuan utamanya tentu soal medis, di mana Kernel ingin membantu para pasien dengan permasalahan otak untuk tetap berfungsi layaknya manusia normal. Selain itu, Kernel juga ingin meluaskan cakupannya ke fase evolusi manusia yang memang harus berkompetisi dengan mesin.
Neurable
Tak seambisius DARPA ataupun Neuralink milik Elon Musk, startup asal Boston bernama Neurable ini berfokus untuk mengembangkan platform software yang dikontrol oleh otak untuk para produsen hardware atau software yang berbasis AR atau VR.
Jadi, jika Neurable telah berhasil mengembangkan perangkatnya, alih-alih menggunakan controller Oculus Touch atau perintah suara, Anda hanya tinggal berpikir saja untuk mengontrol kontennya.
Tujuan utamanya, hal ini tak hanya bisa diaplikasikan di dunia virtual, namun di dunia nyata. Seperti mematikan lampu atau menyalakan microwave hanya dengan pikiran.
Emotiv
Jika di berbagai film fiksi ilmiah, kita bisa mengontrol sesuatu menggunakan pikiran, Emotiv ingin melakukan hal tersebut di dunia nyata. Startup tersebut mengembangkan sebuah neuro-headset yang mampu membuat para pengguna mengirimkan pikiran yang telah terkonsentrasi ke perangkat yang terkoneksi.
Headset ini bekerja dengan cara memindai otak kita untuk mendapatkan sinyal, dengan perangkat cerdas bernama Emotiv EEG dan dengan mudah kita bisa menggerakkan mobil mainan hanya dengan pikiran. Tujuan utamanya? Untuk membantu mereka yang terbatasi oleh disabilitas.
Halo Neuroscience
Hampir serupa dengan Emotiv, Healo Neuroscience juga membuat headset yang memaksimalkan fungsi otak. Bedanya, Halo Neuroscience lebih condong untuk membantu para atlet dalam hal keamanan dan performa olahraga.
Halo menyebut bahwa headset yang mereka kembangkan dapat memperbaiki fungsi tubuh dengan merangsang motor cortex di otak melalui beberapa denyut yang akan ditangkap otak.
Teknologi ini bahkan telah sudah dipakai oleh para Olympian asal Amerika Serikat, antara lain Mike Rodgers serta Hafsatu Kamara yang merupakan pelari cepat, pelari halang rintang Michael Tinsley dan Mikel Thomas, serta athlete Pentathlon yakni Samanta Achterberg. (mdk/idc)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini merupakan terobosan pertama dalam bidang biokomputasi.
Baca SelengkapnyaUji coba ini adalah yang ditunggu-tunggu Elon Musk terhadap startup besutannya.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan ilmuwan tentang kemungkinan manusia bisa mengunggah pikirannya dalam sebuah komputer.
Baca SelengkapnyaPengaplikasian AI menjadi tantangan manusia dan dunia industri.
Baca SelengkapnyaPerkembangan zaman menuntut perusahaan harus cepat beradaptasi, termasuk para karyawannya.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah proyeksi robot yang bisa menggerus lapangan pekerjaan umat manusia.
Baca SelengkapnyaHasilnya, sebanyak 62% responden khawatir pekerjaan mereka akan tergusur oleh kecerdasan artifisial (AI).
Baca SelengkapnyaTeknologi Artificial Intelligence (AI) semakin berkembang, ada dua pertanyaan besar. Membahayakan atau menguntungkan?
Baca SelengkapnyaSebuah sekolah di London akan memperkenalkan AI untuk membantu siswa mempersiapkan ujian nasional. Para ahli memperingatkan langkah ini.
Baca SelengkapnyaIni merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Populix terhadap masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaBrainBridge memperkenalkan sistem transplantasi kepala dengan bantuan AI, yang menjanjikan solusi bagi pasien seperti kelumpuhan dan penyakit neurologis.
Baca Selengkapnya