Alibaba beli Lazada, JD.com bisa jadi pesaing yang merepotkan
Merdeka.com - Alibaba menggemparkan dunia e-commerce Asia Tenggara, khususnya Indonesia usai membeli Lazada sebesar US$1 miliar. Lalu, di tengah pasar e-commerce di Indonesia yang semakin ramai, siapa sebenarnya pesaing terberat Alibaba?
Di Indonesia, dunia e-commerce memang semakin ramai. Selain Lazada, OLX dan Tokopedia, ada juga Matahari Mall dan Elevenia. Semua itu adalah e-commerce yang berbasis marketplace. Namun jika dilihat dari persaingan di negara asal Alibaba, pesaing terberatnya bukanlah e-commerce lain yang berbasis marketplace melainkan e-commerce berbasis business to consumers (B2C) atau direct sales online, JD.com.
Data iResearch menunjukkan jika JD.com merupakan perusahaan online direct sales terbesar di China pada kuartal terakhir 2014. Pangsa pasar JD.com diketahui telah mencapai 49 persen. Sedangkan untuk layanan Marketplace, JD.com memiliki pangsa pasar 18,6 persen.
-
Mengapa Lazada berkolaborasi dengan AHA Commerce? 'Ekosistem e-commerce di Lazada membuka banyak peluang ekonomi yang terbuka bagi siapapun yang memang mau berusaha. Kolaborasi kami dengan banyak mitra strategis, termasuk diantaranya AHA Commerce, sejalan dengan misi Lazada untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian digital di Indonesia, termasuk diantaranya dengan upaya pemberdayaan brand dan penjual lokal yang ada di Lazada. Baik itu brand yang baru ingin membuka tokonya di Lazada ataupun siap untuk tumbuh besar bersama Lazada, kami dan mitra strategis kami siap mendukung!' kata Stefan Winata, Chief Business Officer Lazada Indonesia.
-
Bagaimana Lazada meningkatkan kenyamanan belanja? Biar makin nyaman di kantong, kamu bisa memanfaatkan gratis ongkir di Lazada, yang kini bisa langsung digunakan secara otomatis, tanpa perlu mengumpulkan voucher lagi. Selain itu tersedia juga fitur pengembalian barang gratis untuk setiap pembelian yang tidak sesuai dengan disertai bukti berupa video.
-
Apa yang paling banyak digemari UMKM dalam e-commerce? Aspek-aspek tersebut tidak hanya memperkuat daya tarik, tetapi juga memberikan nilai lebih lewat pengalaman berjualan yang lebih efisien dan efektif. Hal ini pun memperkuat performa brand lokal dan UMKM, yang dapat dilihat pada indikator Dengan besarnya jangkauan konsumen yang dimiliki oleh suatu platform, hal ini memiliki pengaruh signifikan dalam kontribusi profit penjualan.
-
Siapa yang paling untung dari e-commerce? Sejalan dengan data tersebut, Shopee menempati peringkat pertama sebagai e-commerce yang memberikan keuntungan bagi penjual dengan persentase 71%. Diikuti dengan Tokopedia (12%), TikTok Shop (11%), Lazada (3%), dan lainnya (2%).
-
Bagaimana Shopee unggul dalam e-commerce? 'Melalui data ini, terlihat bahwa Shopee menjadi e-commerce yang dipilih oleh pelaku usaha untuk berjualan khususnya dengan keunggulan seperti penawaran berbagai layanan dan program yang dapat memenuhi kebutuhan mereka,' tambah Helena.
-
Bagaimana Shopee unggul dalam hal keamanan dan kenyamanan belanja online? Keamanan dan kenyamanan yang mampu ditawarkan platform e-commerce juga dinilai dari Ragam metode pembayaran. Lebih dari setengah responden menilai Shopee (64%) unggul sebagai platform e-commerce dengan pilihan metode pembayaran yang paling beragam, diikuti Tokopedia (15%), Lazada (11%), dan TikTok Shop (8%).
Nikkei Asia memprediksi bahwa JD.com tumbuh lebih cepat ketimbang pesaingnya, Alibaba. Pada 2015, total nilai barang dan layanan yang dijual di e-retailer JD.com naik sampai 78 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhannya lebih dari dua kali lipat dibandingkan bisnis B2C Alibaba yang hanya 30 persen.
Dalam urusan skala bisnis, JD.com memang masih lebih kecil dibandingkan pesaing. Total Gross Merchandising Value (GMV) Alibaba mencapai US$460 miliar sedangkan JD.com baru mencapai US$71 miliar. Namun begitu nilai perusahaan JD.com telah mencapai US$40 miliar di Nasdaq saat ini.
Analis pasar di China dari Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA), Elinor Leung, percaya jika gross margin JD.com akan meningkat signifikan dan mendapatkan keuntungan besar pada 2016. Saham JD.com mengalami tren kenaikan sedangkan saham Alibaba tren-nya cenderung turun.
"Di pasar saham, setidaknya, JD.com yang diakui sebagai pesaing utama Alibaba untuk pasar e-commerce di China," ujar Elinor.
Kini, kedua raksasa China itu telah masuk ke pasar Indonesia.
Menurut Pengamat industri IT dari Indotelko Forum, Doni Ismanto, Alibaba sebenarnya punya e-commerce lain, Aliexpress dan TMall. Namun sepertinya Alibaba tidak percaya diri dengan produknya sendiri dikarenakan ketatnya persaingan di Indonesia.
Alibaba cenderung memilih bermain aman dengan merangkul e-commerce yang sudah matang yakni Lazada.
"Ini mirip dengan Naspers melalui OLX yang meleburkan Tokobagus dan Berniaga di pasar Classified Ads beberapa waktu lalu," katanya melalui keterangan resmi, Senin (18/4).
Selain itu, kata dia, jika dilihat dari model jualan, masyarakat Indonesia akan lebih tertarik dengan sistem direct sales online. Hal ini dikarenakan barang dikirim melalui gudang sendiri, pengiriman pun langsung dilakukan oleh perusahaan. Demikian juga dengan variasi produk yang terjamin keasliannya.
Salah satu kelebihan Lazada adalah sudah memiliki lebih dari 20 Hub untuk pengumpulan dan distribusi barang. Lazada salah satu pemain yang berani investasi besar di logistik dengan Lazada Express dan bangun gudang. Belum lagi dukungan customer service.
"Lazada ini bukan Marketplace yang hanya menyediakan platform dan mengumpulkan para pedagang. Mereka tahu kondisi Indonesia dan bangun ekosistem dari hulu ke hilir," katanya.
"Itu Lazada sudah bangun sistem mendekati sempurna masih ada kejadian pesan barang A datang B atau fraud di pembayaran. Itulah dinamika Marketplace, variasi produknya lebih banyak, sulit untuk memonitor ribuan pedagang dalam satu platform sehingga kemungkinan untuk terjadinya penipuan, baik terkait dengan pembayaran atau keaslian barang, lebih besar." kata Doni.
(mdk/ega)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Skema bisnis TikTok yang menggabungkan sosial media dengan e-commerce dapat memicu persaingan usaha yang tidak sehat.
Baca SelengkapnyaE- Commerce Kini Gunakan Sistem Integrasi Vertikal di Jasa Logistik, Apa Untungnya Buat Konsumen?
Baca SelengkapnyaPersaingan antar e-commerce nantinya akan semakin mengerucut, bukan lagi Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak.
Baca SelengkapnyaTokopedia telah memiliki ekosistem yang matang dalam mendukung bisnisnya sebagai e-commerce.
Baca SelengkapnyaSetelah Inggris, kini TikTok meluncurkan bisnis e-commerce di Amerika Serikat (AS) untuk menjual barang-barang buatan China.
Baca Selengkapnya"Justru pedagang yang harus belajar online. Memang lama-lama akan digital," kata Mendag
Baca SelengkapnyaTikTok dikabarkan akan menggandeng Tokopedia untuk membuka e-commerce di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTemu tetap menjadi pasar daring terpopuler kedua di dunia, dengan rata-rata 662,5 juta kunjungan bulanan pada kuartal ketiga.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli pedagang Pasar Tanah Abang jadi perhatian pemerintah.
Baca SelengkapnyaTikTok diminta agar tidak menjalankan bisnis media sosial dan e-commerce secara bersamaan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTikTok dikabarkan akan bekerja sama dengan Tokopedia untuk membuka e-commerce di Indonesia.
Baca SelengkapnyaChina menjadi negara paling penting bagi Amerika jika melihat data penjualan.
Baca Selengkapnya