Antartika dilanda suhu dingin terburuk dalam sejarah, -93,2 C
Merdeka.com - Meski dunia sedang dilanda pemanasan global, tidak serta merta membuat suhu di seluruh permukaan bumi meningkat. Buktinya, Antartika Timur malah mencatat suhu terdingin yang pernah tercatat dalam sejarah.
Seperti dilansir ABC News (10/12), benua tanpa manusia tersebut pernah dilanda dingin yang teramat sangat. Saking dinginnya, satelit menunjukkan angka -93,2 derajat Celcius. Saking dinginnya udara di sana, para peneliti menyebutkan akan sangat sulit bagi makhluk hidup termasuk manusia untuk bernapas.
Data ini sendiri pertama kali diketahui oleh satelit NASA yang mencatat rekor suhu paling rendah yang pernah tercatat dalam sejarah di muka bumi. Kejadian tersebut terjadi pada Agustus 2010 dengan titik terendah 93,2 di bawah nol derajat Celcius. Kejadian ini pun sempat akan terulang pada Juli silam.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
-
Siapa peneliti yang melakukan penelitian ini? Para peneliti mencatat bahwa bias visual mereka ini bahkan mampu memprediksi persentase suara yang akan diterima oleh masing-masing kandidat.
-
Kapan penelitian ini dipublikasikan? Dilansir dari Medical Daily, studi yang dipublikasikan di Nature Aging ini mengeksplorasi hubungan antara berbagai pola aktivitas fisik dengan risiko terhadap kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson, demensia, stroke, serta gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
-
Apa yang ditemukan oleh peneliti? Para peneliti yang dipimpin oleh Shuhai Xiao di Virginia Tech menemukan fosil spons laut berusia 550 juta tahun, menjelaskan kesenjangan 160 juta tahun dalam catatan fosil.
-
Siapa yang melakukan penelitian ini? Penelitian yang dipublikasikan di European Journal of Heart Failure ini dipimpin oleh Profesor Neil Herring, Profesor Kedokteran Kardiovaskular dan Konsultan Kardiologi di DPAG, bekerja sama dengan Profesor Pardeep Jhund dari University of Glasgow.
Adapun temuan ini sendiri belum diketahui kevalidannya karena alat pengukurnya merupakan satelit yang letaknya tentu sangat jauh dari permukaan bumi. Jika saja bisa diukur di tempat dengan termometer, tentu data yang didapat akan sangat valid. Namun, tentu saja hal tersebut tak bisa dilakukan mengingat akan sangat berbahaya berada di lokasi dengan dingin yang teramat sangat tersebut.
Untuk dapat bertahan di lokasi seperti itu sendiri, para peneliti menyatakan harus menggunakan selang yang terhubung dengan bagian dalam jaket tebal mereka untuk bernapas. Udara yang dihasilkan dari dalam jaket ini akan terasa lebih hangat sehingga tidak merusak saluran pernapasan saat dihirup.
Saat ini sendiri beberapa negara di bagian utara khatulistiwa mencatat suhu yang teramat dingin. Padahal, musim dingin baru saja dimulai dan bulan Desember ini bukanlah puncak dari musim dingin tersebut. (mdk/nvl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peristiwa itu merupakan fenomena 1 dari 2.000 tahun sekali.
Baca SelengkapnyaDi wilayah Nordik, yang berada di ujung utara Swedia, suhu tercatat mencapai minus 43,6 derajat Celcius.
Baca SelengkapnyaDi balik warna putihnya yang cantik, Antartika menyimpan fakta menarik. Ini fakta Antartika yang akan membuat siapa saja takjub.
Baca SelengkapnyaPerairan dingin Antartika juga penting untuk terciptanya arus laut dalam yang mengalir ke utara membawa nutrisi dan oksigen yang penting bagi ekosistem.
Baca SelengkapnyaSuhu ekstrem di Yakutsk memang sangat mematikan. Bahkan di wilayah ini pernah mencapai suhu minus 71 derajat Celcius pada awal tahun 2022.
Baca SelengkapnyaMengapa Antartika disebut juga sebagai gurun? Begini jawabannya.
Baca SelengkapnyaPara ilmuwan di Eropa mengumumkan pada Kamis (5/10), 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah manusia.
Baca SelengkapnyaBMKG menyebut fenomena alamiah ini muncul saat puncak musim kemarau.
Baca SelengkapnyaBrasil mengalami kekeringan terburuk dalam tujuh dekade terakhir.
Baca SelengkapnyaSuhu udara yang terasa lebih dingin saat ini disebabkan oleh fenomena Angin Monsun Australia, yang bertiup dari Australia dan melintasi wilayah Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenjelasan BMKG soal fenomena suhu di Bali lebih dingin
Baca Selengkapnya