Apa Itu Deepfake dan Inilah Bahayanya
Merdeka.com - Aplikasi kamera saat ini sudah sedemikian canggih. Para pengguna sekarang bisa membuat kaki mereka terlihat lebih panjang, menghilangkan kerutan di wajah, menambahkan telinga hewan dan sekarang bahkan membuat video palsu yang terlihat sangat asli. Teknologi untuk membuat konten digital semacam itu kini makin mudah dijangkau oleh publik dan konten semacam itu disebut "deepfake".
Deepfake adalah video rekayasa atau materi digital yang dibuat oleh kecerdasan buatan yang canggih hingga menghasilkan gambar dan suara yang terlihat dan terdengar asli.
Dilansir dari laman CNBC, Senin (14/10), video semacam itu kini semakin mudah didapat dan canggih, tulis John Villasenor, akademisi senior studi pemerintahan di Pusat Inovasi Teknologi organisasi kebijakan publik yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, Institusi Brookings.
-
Siapa yang menciptakan Deepfake AI? ''Kami menyadari bahwa hal terpenting adalah meningkatkan kesadaran dan memberdayakan konsumen secara berkelanjutan. Seiring dengan berkembangnya metode penipuan, solusi kami pun harus terus maju. Kami mengajak konsumen dan pelaku bisnis di Indonesia untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman kejahatan online berbasis AI. Dengan memprioritaskan keamanan, kita dapat membangun sistem keuangan yang lebih inklusif dan tangguh bagi Indonesia,' ujar Sati.
-
Bagaimana Deepfake AI bisa digunakan untuk menipu? 'Penipuan digital semakin canggih, terutama dengan maraknya penyalahgunaan teknologi AI,' kata Sati Rasuanto, Co-founder dan Presiden VIDA dalam keterangannya, Selasa (29/10).
-
Bagaimana penipu properti memanfaatkan Deepfake AI? Namun, yang muncul dalam video bukanlah pemilik asli. Wanita yang tampak di layar sebenarnya adalah deepfake AI yang dirancang untuk menyamar sebagai seorang wanita yang dilaporkan hilang beberapa tahun lalu.
-
Bagaimana konten AI dibuat? Konten AI dibentuk dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan teks, gambar, audio, dan video, seperti yang dilakukan oleh ChatGPT dan Google Bard.
-
Bagaimana AI membuat video? Pertunjukan AI ini menggunakan teknologi canggih untuk menciptakan representasi digital dari para pemimpin ini, menempatkan mereka dalam situasi yang tak terduga dan penuh gaya.
"Deepfake memicu serangkaian kebijakan di bidang teknologi dan hukum."
Bahkan siapa pun yang punya komputer dan akses Internet secara teknis bisa membuat konten deepfake, kata Villasenor yang juga profesor Teknik Mesin di Universitas California, Los Angeles.
Bagaimana deepfake bekerja?
Sistem kajian mendalam bisa membuat konten tiruan dengan mempelajari foto dan video dari sosok yang menjadi target dari berbagai sudut pandang dan meniru gerak-gerik tubuh dan gerakan bibirnya.
Barret menjelaskan, "ketika materi awal palsu sudah dibuat, sebuah metode yang disebut GAN bisa membuatnya jadi makin terlihat asli. Proses GAN mendeteksi kekurangan sehingga bisa membuat video terlihat sempurna."
Dan setelah melalui serangkaian pendeteksian dan perbaikan, deepfake akhirnya rampung, kata si profesor.
Menurut laporan dari MIT, sebuah alat yang bisa membuat deepfake "menjadi senjata sempurna bagi si pembuat berita palsu yang ingin mempengaruhi segalanya, dari mulai harga saham sampai pemilu."
Bahkan "perangkat AI kini sudah dipakai untuk memasang wajah orang lain pada kepala seseorang dengan badan seorang bintang porno serta ucapan dari seorang politikus," tulis Martin Giles, kepala biro San Fransisco dari MIT Technology Review dalam sebuah laporan.
Dia menyebut GAN bukan membuat masalah, tapi justru memperparah.
Apa itu deepfake?
Kata deepfake memuat dua istilah "kajian mendalam (deep learning)" dan "fake (palsu)" dan itu sebentuk kecerdasan buatan (AI).
Istilah gampangnya, deepfake adalah video palsu yang dibuat dengan kajian mendalam, kata Paul Barret, profesor hukum di Universitas New York.
Kajian mendalam adalah serangkaian AI yang berarti penataan algoritma yang bisa mengkaji dan membuat keputusan cerdas sendiri.
Tapi bahayanya deepfake adalah "teknologi ini bisa dipakai untuk membuat orang percaya sesuatu itu benar padahal tidak," kata Peter Singer, ahli keamanan dan pertahanan siber sekaligus akademisi senior di lembaga peneliti New America.
Singer bukan satu-satunya orang yang memperingatkan bahayanya deepfake.
Villasenor mengatakan kepada CNBC, "teknologi ini bisa dipakai untuk merusak reputasi seorang kandidat politik dengan cara membuat si kandidat terlihat mengatasan sesuatu atau melakukan sesuatu yang sebetulnya tidak pernah dia katakan/lakukan."
"Deepfake menjadi alat luar biasa bagi siapa pun yang ingin menyebarkan informasi palsu dan mempengaruhi pemilu," kata Villasenor.
Bagaimana mendeteksi video rekayasa?
Kecerdasan buatan bisa dipakai membuat deepfake tapi juga bisa untuk mendeteksinya, tulis Villasenor Februari lalu. Dengan makin mudahnya pengguna mengakses, para peneliti kini makin fokus mendeteksi deepfake dan mencari cara untuk membuat aturan soal ini.
Kantor berita Reuters melaporkan, perusahaan teknologi besar macam Facebook dan Microsoft sudah mengambil tindakan untuk mendeteksi dan menghapus video deepfake. Kedua perusahaan itu awal tahun ini mengumumkan mereka akan bekerja sama dengan sejumlah universitas unggulan di seantero AS untuk membuat sebuah basis data besar tentang video-video deepfake buat keperluan penelitian.
"Sebetulnya ada secuil aspek visual yang tidak muncul kalau kita cermati, entah itu dari bentuk telinga, mata yang tidak selaras hingga ke kulit wajah di bagian tepi atau kulit yang terlalu mulus kena paparan cahaya dan bayangan," kata Singer.
Tapi dia mengatakan mendeteksi kekurangan itu kini makin sulit seiring teknologi deepfake yang kini kian canggih dan video terlihat makin asli.
Seiring makin berkembangnya teknologi, Villasenor mengingatkan, teknik pendeteksian seringkali tertinggal dari metode pembuatan video yang makin maju. Jadi pertanyaannya sekarang adalah: "Apakah orang akan lebih percaya deepfake atau mendeteksi algoritma yang menyatakan video itu rekayasa?" (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut penjelasan lengkap mengenai teknologi DeepFake AI yang sedang viral.
Baca SelengkapnyaBenarkah ada anjing laut berkepala sapi di Bangkalan, Madura? Simak Penelusurannya
Baca SelengkapnyaBerikut prediksi teknologi berbasis AI yang akan berubah menyeramkan di 2024.
Baca SelengkapnyaLangkah-langkah antisipasi sudah disiapkan pemerintah guna menangkal video palsu.
Baca SelengkapnyaBenarkah Iwan Fals nyanyi soal korupsi Rp271 triliun? Simak faktanya
Baca SelengkapnyaAI bukan hanya memudahkan pekerjaan manusia, namun ia bisa menjadi 'pribadi' yang suka mengadu domba.
Baca SelengkapnyaDemi selaras dengan UU ITE, Menkominfo mengaku sedang menyusun panduan etika AI.
Baca SelengkapnyaSaluran Telegram dengan lebih dari 220.000 peserta dilaporkan digunakan untuk membagikan gambar-gambar pornografi yang dihasilkan oleh AI.
Baca SelengkapnyaPenipu menggunakan wajah seseorang yang dikenal oleh korban .
Baca SelengkapnyaPakar Siber AS Ungkap Bahaya AI, Warga Bisa Ditelepon dengan Suara Presiden
Baca SelengkapnyaLangkah hukum akan diterapkan Kominfo apabila ditemukan kasus hoaks yang memiliki intensitas berat dan berpotensi memecah belah bangsa.
Baca SelengkapnyaJenderal TNI anak eks Kapolri ingatkan masyarakat tentang bahaya AI yang bisa digunakan sebagai alat penipuan.
Baca Selengkapnya