Awas, trojan baru ancam transaksi e-banking pengguna Android!
Merdeka.com - Sebuah ancaman terhadap keselamatan dalam e-banking kembali ditemukan lewat munculnya beberapa trojan baru di Android. Lewat trojan ini, data log in e-banking korban bisa dicuri tanpa ketahuan.
Seperti yang dilansir oleh The Hacker News (24/10), trojan ini sendiri saat ini mulai menyebar ke beberapa negara di Eropa, Brasil, dan India. Namun, yang paling rentan akan jadi korban adalah pengguna Android di Korea.
Menurut Malwarebytes, perusahaan pembuat antivirus, ancaman ini telah menyebar di banyak situs berbagi file dalam beberapa bulan terakhir di Korea Selatan. Selain itu, penyebarannya diduga juga terjadi di pasar aplikasi tak resmi.
-
Kenapa malware ini bisa masuk ke Android? Gara-gara taktik pengelabuan yang membuat program keamanan sulit mendeteksinya, membuat aplikasi berbahaya tersebut akhirnya diizinkan berfungsi di ekosistem Android layaknya aplikasi biasa pada umumnya.
-
Aplikasi malware apa yang mencuri data pengguna? Dikenal sebagai aplikasi SpyLoan, aplikasi bermasalah ini banyak ditemukan di Google Play Store — dan beberapa juga ditemukan di App Store Apple.
-
Bagaimana malware ini bisa menyamar di Android? Lewat metode bernama kompresi APK, APK akan disamarkan menjadi file yang bisa dipakai untuk menginstal dan mendistribusikan aplikasi berbahaya di ekosistem Android.
-
Bagaimana malware SpyLoan menginfeksi ponsel? Namun, setelah diunduh, serigala digital berbulu domba ini memasang malware canggih yang dapat mengekstraksi berbagai informasi pribadi dari pengguna yang tidak menaruh curiga.
-
Data apa yang diserang hacker? Kasus serangan hacker terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 membuka fakta lemahnya proteksi sistem di Indonesia.
-
Ransomware menginfeksi perangkat bagaimana? Ransomware bisa menyerang dengan berbagai metode untuk menginfeksi perangkat atau jaringan target. Biasanya yang paling banyak digunakan adalah email phishing dan rekayasa sosial lainnya.
Dikenal dengan nama Android/Trojan.Bank.Wroba, trojan ini sendiri juga mampu bersembunyi di balik aplikasi di Google Play Store. Sehingga, tanpa sadar pengguna pun bisa diawasi gerak-geriknya ketika menggunakan aplikasi ini.
"Trojan ini mampu menangkap SMS masuk, melihat aplikasi apa saja yang terpasang, dan berkomunikasi dengan server," kata juru bicara Malwarebytes.
Setelah diteliti, malware satu ini sendiri menyasar aplikasi e-banking yang terpasang dalam perangkat korban. Nantinya, aplikasi e-banking tersebut akan dihapus dan diganti aplikasi lain yang sebenarnya adalah keylogger.
Diduga aplikasi keylogger ini bertujuan untuk menangkap akun dan password yang diketikan pengguna. Dengan begitu, korban akan dicuri data dan uangnya yang tersimpan di bank.
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengimbau masyarakat agar mewaspadai penipuan dengan modus tersebut.
Baca SelengkapnyaMaraknya pembobolan rekening saat ini membuat masyarakat harus lebih berhati-hati saat bertransaksi, baik transaksi debit maupun lewat mobile banking.
Baca SelengkapnyaJika Anda menerima pesan yang mencurigakan lebih baik jangan diklik
Baca SelengkapnyaNasabah Bank BRI di Malang menjadi korban penipuan bermodus file APK yang dikirim melalui Whatsapp. Akibatnya, dia kehilangan Rp559,9 juta dari rekeningnya.
Baca SelengkapnyaKorban akan dimintai data pribadi perbankan oleh pelaku
Baca SelengkapnyaBerikut daftar aplikasi yang jangan pernah diinstal pengguna HP.
Baca SelengkapnyaMengoperasikan mobile banking menggunakan wifi publik berisiko terkena serangan yang disebut “man in the middle”.
Baca SelengkapnyaMenjelang lebaran, penipuan marak terjadi. Waspadalah!
Baca SelengkapnyaPaling baru, pembuat malware mencoba menyusup ke ponsel Android menggunakan metode kompresi APK tersembunyi.
Baca SelengkapnyaJangan asal klik jika terima pesan WhatsApp berupa file dari orang yang tidak dikenal
Baca SelengkapnyaPerlu diwaspadai jika pengguna nomor HP yang sudah terdaftar di perbankan tak dipakai lagi.
Baca SelengkapnyaSalah satu nasabah tabungan di Kota Malang, Jawa Timur harus kehilangan saldo di rekeningnya hingga Rp1,4 miliar.
Baca Selengkapnya